NovelToon NovelToon
Lily ( From The Hill To The Valley)

Lily ( From The Hill To The Valley)

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Careerlit
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Meg Yorah

Lily, gadis muda yang menjadi tulang punggung keluarga. Lily adalah anak kedua dari keluarga Brown, seorang pengusaha yang bangkrut dan meninggal dalam kecelakaan mobil bersama sang istri. Tidak ada harta yang ditinggalkan. Semua dijual untuk menutupi utang perusahaan. Nyonya Hannah, nenek Lily adalah wanita yang tidak bisa menerima keadaan. Dia tetap merasa kaya walau harus mengontrak di kawasan kumuh di pinggiran ibu kota. Begitu juga kakak Lily, Amber Rose yang tidak bisa melepaskan kehidupan hedon masa remajanya. Dia melakukan apa saja demi uang walau itu salah. Lily berjuang sendiri menghidupi keluarganya dengan cara halal. Adik Lily dan Rose, Corey yang masih SMA bisa dibilang berandalan. Tapi dia sangat menyayangi dan menghormati Lily walau sering membuat masalah yang membuat pusing keluarga itu.

Lily jatuh cinta pada Jared Watson, anak pengusaha kaya yang ternyata hanya memanfaatkan Lily sebagai bahan taruhan. Bagaimana akhir kisah Lily? Kita ikuti bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meg Yorah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam mencekam

Darrrr.... Tiba-tiba saja ban motor Lily pecah. Lily nyaris terjatuh kalau saja dia bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Ya Allah, untung gua ngga ngebut." Lily berkata lirih sambil bangkit dari tempatnya jatuh sambil mengangkat motornya.

Dia memandang sekeliling, berharap masih ada bengkel yang buka.

Lily menuntun motornya dan terus berjalan.

Ada beberapa orang yang lewat dan menawari bantuan untuk di dorong sampai ke SPBU ataupun penjual bensin eceran, tapi dia menolaknya. Dia bilang ban motornya pecah, jadi dia tidak menaiki motornya.

Orang-orang itu mengangguk dan berpesan agar Lily berhati-hati.

Setelah berjalan beberapa saat, Lily mulai kepayahan. Dari kantor tadi dia pulang untuk memasak, lalu pergi makan malam dengan keluarga Watson, dan sekarang dia malah harus menuntun motornya karena ban motornya pecah.

"Mana sih, bengkel? Masa kota gede kayak Jakarta nggak ada bengkel yang buka 24 jam? Di Tangsel aja ada." gerutu Lily.

Dia terus berjalan hingga akhirnya menemukan bengkel yang masih buka.

"Bang, bisa benerin motor saya?" Lily melihat tukang yang ada di bengkel itu masih sibuk dengan motor lain. Begitu juga dengan 2 pegawai lainnya.

Tukang yang cukup berumur dibanding 2 lainnya itu menatap Lily dan bertanya

"Kenapa motornya?"

"Pecah ban nih, Bang."

Laki-laki itu lalu berdiri memeriksa motornya. Dia mengangguk.

"Bisa sih, tapi nunggu agak lama ya? Mau nggak?"

"Kira-kira berapa lama, Bang."

Mata laki-laki itu sepertinya tertuju ke arah motor yang sedang dia betulkan.

"Ya kira-kira 1 jam lah."

"1 jam ya?" ulang Lily.

"Atau enggak tinggal aja motornya di sini dulu. Besok siang ambil. Soalnya sebenernya saya juga udah mau tutup ini." usul abang itu.

"Yaudah deh, saya tinggal aja."

Pria itu lalu kembali menekuni motor yang tadi sempat ditinggalkannya.

Lily sudah sangat mengantuk dan lelah.

Dia baru saja akan meminta Corey menjemput jika tidak ingat bahwa ponselnya mati.

Dia bingung harus naik apa, mau naik ojek online hapenya mati, mau pinjam charger orang-orang bengkel itu, dia segan.

Akhirnya dia bertanya pada orang bengkel kalau mau ke arah rumahnya naik angkot nomer berapa.

"Karang Wetan ya? Kalau nggak salah itu angkotnya BX 789 deh. Bener nggak, Di?" tanya laki-laki itu pada temannya.

"Nggak tau saya Bang, Arul tuh kali tau."

Merasa namanya disebut, laki-laki yang bernama Arul itupun menyahut.

"Nggak tau lah awak, Bang. Baru 2 minggu pula awak disini." jawabnya.

"Bah, udah 2 minggu rupanya kau, lupa pula aku. Gajian kau hari ini kan, kau juga kan, Di. Nggak kau ingatkan pula aku." Laki-laki tadi sepertinya boss buat mereka berdua.

"Nggak pakai ojek online aja, Neng. Daripada bingung kan? Lebih aman juga."

"Hape saya mati, Bang."

Pria itu mengangguk sambil terus melanjutkan pekerjaannya.

Tidak berapa lama, ada seorang anak laki-laki seumuran Corey datang. Lily berpikir dia akan membetulkan motornya juga, ternyata tidak.

"Pak...Di cariin Mamak, di telpon nggak di angkat terus."

"Bapak lagi sibuk, Mang. Kereta itu sudah harus jadi besok pagi. Makanya Bapak masih disini."

Lily teringat almarhumah ibunya yang masih saja bilang motor dengan sebutan kereta walaupun sudah tinggal di Jakarta bertahun-tahun.

"Di kira Mamak, Bapak main ke lapo."

"Bah, muncung kau."

"Bukan aku, Pak. Mamak yang bilang." laki-laki muda itu langsung protes.

"Yaudah Pak. Pulang aku ya." Si anak nampak akan pergi sebelum dicegah si Bapak.

"Eh, Gabe. Tunggu kau. Bentar bentar."

"Apalagi sih, Pak. Mamak nunggu aku ini. Kena semprot pula nanti aku."

"Kau macam tak kenal Mamak kau aja, Mang. Dia marhata-hata, tinggal dengar pun."

"Ishh... Bapak ni. Dah lah. Pulang awak ya."

"Mang, sini dulu nah."

"Neng, biar di antar anakku ini ya. Usahanya terserah deh. Udah malam ini. Perempuan pula. Bahaya. Biar di antar anakku ya?"

"Bah, kok aku pula yang antar."

Melihat sang anak sepertinya menolak Lily menggeleng.

"Nggak usah, Bang. Naik angkot aja." ujar Lily.

"Ish, Gabe. Kau antar lah kakak itu. Lumayan nanti upahnya buatmu."

Anak laki-laki yang bernama Gabe itu hanya garuk-garuk kepala.

"Mau antar kemana, Kak?" tanyanya.

"Ke Kampung Sawah." Lily menyebut langsung alamat rumahnya.

"Kampung Sawah, Karang Wetan?" Gabe sepertinya terkejut.

"Iya. Tahu nggak, kalau mau anterin saya. Ntar saya lebihin deh ongkosnya." Lily merasa ide pemilik bengkel itu cukup bagus.

"Duh, kalau siang sih nggak apa-apa Kak. Jauh juga. Tapi ini malem sih."

"Kenapa pula kalau malem?" Si Bapak yang penasaran bertanya pada anaknya.

"Ada bapak bertanya pada anaknya..." Si anak malah bernyanyi alih-alih menjawab.

Tapi mereka semua tertawa.

"Kenapa, Mang. Malah nyanyi-nyanyi, agak laen emang kutengok."

"Di daerah Kali Cumi kan rawan begal, Pak. Nggak maulah awak."

"Bah, yang betulnya kau? Emang harus lewat Kali Cumi ya, Neng?"

"Iya, Bang."

"Yahh, kalau gitu nggak jadi deh. Anak saya ini walau rambutnya kribo, nyawanya tetap jauh berharga dibanding babi 100 kilo."

Pemilik bengkel mengatakan dengan wajah datar. Lily bengong. Dua pegawai bengkel tertawa. Si anak, Gabe cemberut maksimal.

"Tega kali Bapak samain aku ma babi."

"Ishh.. Bercanda pula aku, Mang. Naik angkot aja ya, Neng. BX 789. Cari yang rame. Kalau bisa yang ada perempuannya. Jangan yang cuma ada supirnya aja. Yaaa, buat jaga-jaga aja."

Lily mengangguk lemah.

"Yaudah pulang sana kau. Bilang sama Mamak, Bapak pulang abis ini."

"Benar ya, Pak. Kak, maaf ya nggak bisa ngantar aku."

Lily mengangguk dan tersenyum.

"Iya, nggak apa-apa. Santai aja."

Akhirnya si anak pemilik bengkel pulang.

Lily berpamitan pada orang-orang di bengkel dan mencari angkot yang dimaksud sambil memastikan angkot tersebut berisi lebih dari 3 orang penumpang.

Setelah beberapa angkot dengan yang dimaksud lewat, Lily belum juga menemukan yang berisi banyak penumpang.

Hingga angkot yang kelima baru ada angkot berisi beberapa pria dan 2 orang wanita. Mereka semua nampak sibuk dengan hape.

Lily memasuki angkot dengan percaya diri. Dia duduk di samping 2 orang wanita yang ada di dalam angkot tersebut, dia memejamkan mata, ingin tidur walau sesaat.

Saat matanya terpejam dan mungkin dia tertidur beberapa detik, dia mendengar suara aneh.

Saat membuka matanya dia kaget melihat pintu angkot yang tiba-tiba tertutup.

Orang-orang di angkot juga memandangnya aneh.

Karena pintu angkot gelap, Lily tidak bisa melihat dengan jelas pemandangan di luar angkot.

Tapi sesaat kemudian angkot tersebut berbelok ke gang yang lumayan lebar. Menjauh dari jalan raya.

Jantung Lily berdegup kencang. Dia ketakutan setengah mati.

Dia orang wanita dalam angkot itu seperti satu komplotan dengan semua laki-laki yang ada di dalam angkot.

"Ayo buruan." seru sang sopir.

Lily hendak berteriak sebelum ada yang membekap mulutnya. Lily hendak melawan tapi tiba-tiba badannya lemas. Benar-benar tak berdaya.

Dia tidak pingsan, dia masih sadar, tapi dia lemas total tak bertenaga.

Saat itulah orang-orang dalam angkot ini mulai melecehkannya, dua orang perempuan itu juga tak berempati samasekali, mereka terlihat merekam kegiatan jahanam ini.

Tidak berapa lama dia mendengar suara sirine polisi.

Orang-orang di dalam angkot terlihat kalang kabut dan mau kabur.

Lily yang kesadarannya terjaga bersyukur sampai menangis tersebut tapi tidak ada suara yang keluar kecuali tubuhnya yang berguncang.

Seorang laki-laki yang sangat mirip dengan Jared terlihat mendekatinya.

"Lily kamu nggak apa-apa kan?"

Wajah panik pria itu terekam jelas di otak Lily. Pria itu menutupi bagian atas tubuh Lily yang terbuka dengan jaketnya.

Lama-lama semuanya memburam. Lily benar-benar pingsan.

1
Ratna Shinta Dewi
Saran aja ni kak. Untuk bahasa asing dan bahasa daerah dikasih terjemahan. Semangat
Ratna Shinta Dewi
nama panjang Mpok Odah, Saodah bukan wkekwk
Meg Yorah: Bukan Kak..
Raudah nama panjangnya mah..hehe
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
secara wajar, manusia menyukai keindahan, nenek lebih sayang ke Rose krn cantik, tp ketulusan Lily memenangkan hati nenek
Ratna Shinta Dewi
jangan makan daging rendang nenek, gak baik buat nenek2, buat saya aja xixixi
Meg Yorah: Hehehe... Makasih komentarnya, Kak. Alhamdulillah, ini komentar pertama yang saya dapat. Tolong terus dukung saya ya, Kak. Terimakasih.
total 1 replies
Ratna Shinta Dewi
warga kok baik bgt sih, masak ada tetangga begitu 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!