NovelToon NovelToon
Tanah Bangsawan

Tanah Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: lunar crimson

Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.

Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

031 — Gapura

Gapura kokoh yang menjulang ke langit - langit itu tampak menyambut kedatangan mereka bertiga, Kilam yang sedari tidur langsung mendudukkan dirinya dengan perasaan kalut samapun halnya dengan Kahis yang menatap Carlio. Sebuah tempat pertama menyambut kedatangan Kahis, semua memori dan kenangan yang tersimpan di tempat itu tak pernah luput.

Masa kecilnya penuh dengan Mas Giricokro, kasih tangan dari ibunya Kinarsih lalu gerangan perlakuan dan ucapan yang menjadi bekalnya untuk hidup oleh ayahnya, Manurta.

Gemericik air mengusik gendang telinganya, hal pertama kali yang mereka lihat adalah air yang meluncur deras dari gunung Kapur. Gunung itu sama kokohnya berada di antara banyaknya sisi bumantara yang ada.

Tepat saat Carlio duduk di sebelah kanan, ia dapat menatap puas semuanya yang memijak pada Bumi di sana. Entah manusia atau gunung Kapur yang fana menjadi fokus perhatian Carlio, ada kalanya saat salah satu anak perempuan sedang berdiri ikut menatap dirinya dengan muka datar ia kembali menatap. Anak perempuan itu pula segera mengalihkan tatapannya.

Gunung Kapur kini sukses menjadi fokus sepenuhnya untuk Carlio, kokoh dan bermegah berdiri menapak membalam semua tak memperbolehkan yang lain untuk bermegah. Layaknya sebagai penanda bahwa ia ada di sana, memandu pada ladang penghijauan yang ada untuk berkabung padanya.

Walaupun hari menjelang sore tak memumpuni bahwa penduduk masih senantiasa berkumpul saling berebut mengambil alih pancuran air mengalir. Di kala langit menjingga ke ufuk barat disertai pusaran awan yang bergerumul mengikuti anginan sore yang terasa hangat sedikit demi sedikit akan lenyap.

Anak - anak yang bertelanjang dada memperlihatkan badannya yang kering lalu perutnya yang sedikit cekung sedang berlarian saling mengejar mengitari warga yang banyaknya sekian dari mereka dengan wajah berkerut menunggu giliran, tak ada satupun dari mereka yang berdiri membuncitkan perut semuanya loyo.

Terkadang para ibu - ibu juga itu berteriak pada anaknya yang tak mau diatur atau mereka saling bercengkrama bertukar cerita hidup mereka yang pernah terjadi. Entah itu dari ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran yang selalu menghantui tak pernah lupa untuk memikirkan bagaimana jalannya esok yang masih tetap sama penuh sengsara.

Lihat para suami mereka dengan telapak tangan kasar dengan urat keras yang sangat menonjol di bagian lengan dan betis, menandakan mereka telah melalui kerasnya bekerja. Dari sekian banyaknya mereka, tak ada yang bertubuh gempal semuanya terlihat kering dengan sorot mata cekung kelelahan.

Mereka sama resahnya dengan para ibu - ibu, memikirkan esok yang entah akan mendapatkan makan atau tidak untuk keluarganya. Mereka terlihat lebih cepat tua dibandingkan umur yang katanya masih muda.

Semuanya hanya bisa berharap pada air yang setidaknya menyokong kehidupan mereka. Tak ada sama sekali hal yang bisa dinikmati oleh mereka, mungkin saat mereka mempunyai kesempatan untuk berkumpul menyelonjorkan kaki yang terasa kram remuk setengah mati, saling beradu nasib tentang kehidupan yang sama - sama berat.

Mereka meratapi nasibnya sendiri - sendiri, yang tak tau kapan akan berubah. Entah sedanh menunggu nasib yang siapa tau akan berubah atau menunggu kematian yang pasti menjemput mereka. Hanya bisa berserah, mereka juga telah lelah dengan semua.

Gambaran penduduk di salah satu wilayah Gresik yang diperjelas melalui karangan oleh seseorang itu langsung berubah saat tapakan kuda dan roda yang menggesek di atas tanah tandus mengusik kesibukan mereka.

Sebuah kereta yang memasuki gapura, kereta besar yang biasanya digunakan oleh Londo yang berada di kalangan atas. Apalagi bendera kecil berlapis tiga warna yang menandakan kegigihan, kesucian dan keadilan. Tiga konsep yang hanya untuk bangsanya sendiri, lupakan mengenai bangsa lain yang harus mereka pijaki demi mewujudkan tiga makna bendera milik mereka itu.

Kahisyana tak berani melongo melihat ke arah mereka lagi, menutup tirai kereta rapat - rapat menoleh ke Carlio yang merangkulnya. Selama ini apa dia telah salah memilih sebuah jalan? Benar, dia sudah kalut tak bisa lagi berpikir.

Apa benar pula yang dikatakan oleh Carlio jika hidup milik kita sendiri - sendiri? Tanpa perlu memikirkan orang lain?

Mengapa pula ia harus hidup dalam perasaan memberatkan orang lain? Jika tidak memikirkan harga diri ia akan langsung membuang jati dirinya, memilih melanjutkan hidup sepenuhnya dengan pria di sebelahnya yang jelas - jelas mencintainya.

Anak - anak itu yang digagalkan fokusnya oleh kereta yang baru saja memasuki gapura denhan antusias melambaikan tangannya, berusaha menyambut kereta besar yang belum atau tidak pernah ia lihat. Mereka hanya tahu dari dongeng - dongeng yang sempat mereka dengar, dari seorang Guru belia yang tak tahu sekarang kabarnya bagaimana.

“Halo!! Hai!”

“Keluar dong, wahai Putri!”

“Aku mohon, ayo sapa kami!”

Mereka terus berteriak kencang melambaikan tangan di setiap sisi jalan, memutari kereta hingga akhirnya mereka kicep setelah mendengar larangan orang yang lebih tua yang keras agar segera berhenti.

Entah mereka yang sudah berlanjut dewasa berdiri melihat dengan muka yang raut berbeda - beda, ada yang dengan muka sinis, penasaran atau bahkan sedikitnya mereka memasang muka datar.

Namun, tatapan mereka sangat begitu menelisik. Kahis bisa melihat itu semua, mengintip sedikit dari balik tirai hanya memperlihatkan satu sisi bagian matanya atau kadang kala melihat ke arah depan yang tertutup hanya diberi sebuah kaca transparan hingga bisa untuknya melihat kondisi di arah depan walaupun secara tak bebas.

Kahis melihatnya, mereka semua yang kebanyakan dikenali olehnya begitupun mereka yang sudah pasti mengenalnya. Anak gadis dari Tuan Manurta yang begitu terpandang, tingkatannya lebih dari seorang kepala desa itu sendiri yang kabar beritanya telah menyerahkan diri secara cuma - cuma ke koloni.

Mereka begitu rindu pada sosok gadis yang disayangkan, namun bagaimana lagi? Tidak mungkin akan kembali, pikirnya dengan demikian.

“Sudahlah tak usah kau seperti itu, mereka isinya udah pasti orang jahat!” larang seorang Ibu - ibu, menarik tangan anak perempuannya yang tak luput memperhatikan kereta yang jarang ia lihat lalu memaksanya ikut dirinya pulang.

Ibu itu tengah hamil tua, satu tangan untuk menarik pergelangan tangan anak perempuannya yang untung saja nurut dan satu tangannya lagi memegang sebuah kendi air yang ia panggul berisikan kebutuhan air minum.

“Apakah isi kereta itu orang - orang bangsawan? Pangeran atau putri dalam dongeng yang pernah diceritakan Bu Guru?” tanya anak perempuan itu masih tak melepaskan tatapannya dari kereta.

“Jangan tanyakan apa yang tak perlu tahu, itu tidak penting,” tukas sang Ibu, ia melirik ke anak perempuannya yanv menundukkan kepala lalu mendongak memperlihatkan mata kebiruan gelap yang didapat bukan darinya. Segera pula ia melemparkan pandangannya ke arah yang lain, melupakan semuanya.

1
Arlingga Ve Mustafa🇮🇩🇹🇷
hadir,,,, semangaat ea,,, 💪💪
Yi Yid
siapa ini? carlio kh
Zizi
smngt kak up nya🌹🌹
lunariesse van der hourver: terima kasih semangat juga 💗💗💗
total 1 replies
hazelsgn
p
Ikhsan
bagus kak,keren
Ikhsan: sama sama kak
lunariesse van der hourver: terimakasih
total 2 replies
Bilqies
gak kurang sih cuma udah kewajiban kamu sebagai orang tua untuk membesarkan dan membiayai anaknya
Bilqies
1 kata egois
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
Mhila izuna
mampir thor
si ciprut
dua dulu😁
si ciprut
saya sih bukan mau mencela atau bagaimana. cuma untuk sesi bab awal lebih baik fokus pada tokoh utama dulu. entah itu perkenalan dari tokoh protagonis. dari segi pendidikan atau visual ataupun yg lainnya. fokus itu dulu. baru bab selanjutnya adalah jalan cerita kisah yg akan disampaikan.
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗
lunariesse van der hourver: baiklaaa terima kasih krisarnya kakk
total 1 replies
Yiab Yoje
thorrr
lunariesse van der hourver: apaaaa
total 1 replies
husnia wahidah
prolognya bagus bgt, heran
lunariesse van der hourver: makasih ya sengku
total 1 replies
husnia wahidah
kapan up nya thor? seru banget baru kali ini nemu cerita kaya gini
lunariesse van der hourver: ditunggu ya seng
total 1 replies
Legiyan Lyn
keren
niara kahishaa
mantap bgt thor
hazelsgn
hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!