NovelToon NovelToon
Kerinduan Di Antara Awan

Kerinduan Di Antara Awan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewa Aksara

Di antara kabut tebal yang melingkupi sebuah kota kecil, terdapat dua insan yang terpisah oleh luka-luka masa lalu dan dinding-dinding yang mereka bangun di sekitar hati mereka. Maya, seorang gadis muda dengan senyum rapuh yang menyembunyikan kesedihan yang tak terucapkan, bertemu dengan Atma, seorang penyair puisi yang membawa beban kesedihan yang sama beratnya.

Dalam taman yang dikelilingi oleh awan mendung, di tempat di mana kesedihan bersarang, keduanya menemukan tempat untuk berbagi cerita-cerita mereka yang penuh dengan rahasia dan rasa sakit. Di antara puisi-puisi yang penuh dengan warna dan keheningan yang menyentuh, Maya dan Atma menemukan cinta di antara kabut-kabut kesedihan.

Namun, cinta mereka tidak datang tanpa rintangan. Bayang-bayang masa lalu yang mengejar mereka, bersama dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi di balik senyuman mereka, menguji ketahanan cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewa Aksara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Si Jago Merah

Maya dan Atma baru saja tiba di rumah setelah seharian yang penuh aktivitas. Bunyi notifikasi di ponsel Maya begitu deras, seolah banyak yang mengirim pesan.

"Siapa yang mengirim pesan, sepertinya cukup ramai bunyi notifikasimu," kata Atma sambil melepaskan sepatunya diatas kursi rodanya.

Maya melihat sekilas ponselnya dan menaruhnya di atas meja. "Mungkin anak-anak di grup," jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Coba cek dulu, siapa tahu ada yang penting," ujar Atma.

"Nanti saja, setelah makan malam ya," balas Maya sambil menyiapkan peralatan makan.

"Yasudah, kalau begitu, hari ini aku yang masak," ucap Atma dengan semangat.

"Aku saja," jawab Maya. "Kamu itu lelah, Atma."

"Yasudah, kita berdua saja kalau begitu," ucap Atma sambil tersenyum. Mereka pun menuju dapur bersama-sama.

Mereka memutuskan untuk memasak nasi goreng, makanan favorit mereka berdua. Di dapur, mereka berbagi tugas dengan cekatan. Atma menyiapkan bahan-bahan sementara Maya mengatur wajan dan bumbu.

"Kamu potong sayuran, aku yang goreng nasinya," kata Maya sambil mengambil wajan.

"Oke, deal!" Atma menjawab sambil memotong bawang dan cabai dengan hati-hati.

Mereka berdua bekerja sama dengan sempurna, sesekali saling menggoda dan tertawa. Suasana dapur dipenuhi dengan aroma harum bawang putih dan bumbu yang mulai dimasak. Maya menumis bawang putih, bawang merah, dan cabai, sementara Atma mengaduk nasi dengan penuh semangat.

"Jadi, bagaimana perasaanmu tentang penghargaan tadi?" tanya Maya saat mereka menunggu nasi goreng matang.

"Aku masih tidak percaya kita bisa sejauh ini," jawab Atma sambil tersenyum. "Aku sangat bangga dengan kita berdua."

"Aku juga," kata Maya dengan lembut. "Kita telah bekerja keras untuk ini."

Setelah beberapa menit, nasi goreng mereka pun siap. Mereka menyajikannya di meja makan dengan porsi yang cukup besar, karena tahu mereka berdua cukup lapar setelah seharian beraktivitas.

"Selamat makan!" kata Maya dengan semangat, sambil memberikan Atma piring berisi nasi goreng yang masih mengepul.

"Selamat makan!" jawab Atma dengan senyum lebar.

Setelah makan malam yang nikmat, Maya akhirnya memeriksa ponselnya. Seperti yang diduganya, grup chat mereka penuh dengan ucapan selamat dari teman-teman dan keluarga. Beberapa pesan juga datang dari pelanggan setia Kedai Harapan yang berterima kasih atas tempat yang telah membantu mereka melalui masa-masa sulit.

"Wow, banyak sekali ucapan selamat," kata Maya sambil membaca pesan-pesan tersebut. "Semua orang begitu mendukung kita."

Atma tersenyum. "Itu karena kita telah menciptakan sesuatu yang benar-benar berarti bagi banyak orang."

Maya membantu Atma berpindah dari kursi rodanya ke sofa dengan penuh perhatian. Mereka berdua duduk berdekatan, saling merasakan kehangatan satu sama lain.

"Sayang," ucap Atma dengan lembut sambil menggenggam tangan Maya, "Aku bersyukur kamu datang dalam hidupku. Tanpamu, aku tidak bisa sampai di titik ini."

Maya tersenyum, matanya berbinar dengan cinta. "Aku juga bersyukur, Sayang," balasnya dengan suara lembut, merasakan kebahagiaan mendalam.

"Sayang," kata Atma lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius. Ia menatap mata Maya, penuh dengan ketulusan dan cinta. Maya melihat ke arah Atma dan sontak melihat sesuatu yang dipegangnya.

"Apakah kamu mau menjadi tunanganku?" ucap Atma, sambil membuka kotak kecil berisi cincin yang berkilauan.

Maya terpaku, terkejut dan terharu. Air matanya mulai mengalir tanpa bisa ditahan. Ia menatap cincin itu, kemudian kembali menatap mata Atma yang penuh harap dan cinta. Perasaan bahagia meluap-luap di dalam hatinya.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti keabadian, Maya mengangguk sambil tersenyum lebar, air matanya terus mengalir. Tak lama setelah Atma menunjukkan kotak cincin itu, suara ribut-ribut terdengar dari luar rumah. Pak RT dan beberapa warga terlihat cemas di depan rumah mereka.

"Ada apa, Pak RT?" tanya Maya dengan cemas.

Pak RT tampak ragu dan khawatir. "Anu, Maya... Kedai kopi, Nak Maya," ucap Pak RT dengan nada berat.

"Kenapa, Pak?" Maya merasa firasatnya semakin tidak enak.

"Kedai kopi, Nak Maya, dilahap oleh api," jawab Pak RT akhirnya.

Mendengar itu, Maya dan Atma terkejut. Mereka segera bergegas menuju kedai kopi mereka dengan bantuan mobil Pak RT. Sesampainya di sana, mereka melihat api yang sangat besar melahap seluruh kedai, menyinari tengah malam dengan cahaya yang menyedihkan. Warga dan pengunjung berdiri di sekitar, beberapa dengan air mata di mata mereka.

Maya berusaha lari menuju kedai, tetapi Atma dengan sigap menahannya. "Maya, jangan! Itu berbahaya!" seru Atma.

Namun, Maya yang terdesak oleh kepanikan dan kesedihan, memberontak dan terlepas dari pegangan Atma. Dalam usahanya menahan Maya, Atma jatuh dari kursi rodanya.

"Atma!" Maya berteriak, melihat Atma yang terjatuh. Ia segera berlari kembali dan membantunya bangun.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Atma menggenggam tangan Maya erat-erat. "Maya, kita tidak bisa mempertaruhkan nyawa kita. Kedai itu penting, tapi kamu lebih penting," ucap Atma dengan tegas namun penuh kasih.

Maya memandang Atma, air mata mengalir di pipinya. Ia menyadari betapa berbahayanya situasi itu dan betapa pentingnya keselamatan mereka.

Tak lama, petugas pemadam kebakaran datang dan mulai memadamkan api. Warga sekitar membantu sebisa mereka, namun api yang besar sulit dikendalikan. Setelah beberapa jam yang mencekam, api akhirnya berhasil dipadamkan, namun kedai mereka sudah hangus.

Maya dan Atma duduk di tepi jalan, melihat reruntuhan yang dulu adalah tempat mereka menuangkan harapan dan mimpi. Warga sekitar memberikan dukungan moral, mencoba menghibur mereka.

Pak RT mendekati mereka, menepuk pundak Atma dengan lembut. "Nak Atma, Nak Maya, kalian kuat. Kalian sudah memberikan begitu banyak harapan dan kebahagiaan bagi kita semua. Kita akan membangun kembali kedai ini bersama-sama," ucap Pak RT dengan suara penuh keyakinan.

Maya menatap Atma, dan meskipun kesedihan mendalam tampak di mata mereka, ada secercah harapan yang mulai tumbuh. Mereka tahu bahwa meskipun kedai itu terbakar, semangat dan cinta mereka tidak akan padam.

"Terima kasih, Pak RT, terima kasih semuanya," kata Atma dengan suara serak.

Petugas pemadam kebakaran menghampiri Maya dan Atma, membawa berita yang lebih mengejutkan. "Ini bukan kebakaran yang tidak disengaja," kata petugas dengan nada serius. "Kami menemukan tempat bensin dan korek api di belakang kedai kopi kalian."

Maya dan Atma terkejut mendengar kabar itu. Maya menangis, merasa sedih dan marah. "Siapa yang melakukan hal keji ini kepada kita?" tanyanya dengan suara bergetar.

Atma, melihat Maya yang begitu terpukul, segera mengambil tindakan. "Kita tidak bisa tinggal diam," katanya dengan tegas. Atma mengeluarkan ponselnya dan menelepon kepolisian, melaporkan kebakaran tersebut dan meminta penyelidikan segera untuk mengusut siapa dalang di balik kebakaran kedai kopi mereka, Maya melihat ekspresi Atma yang begitu marah dan itu pertama kalinya Maya.

1
Kana
semoga semua impian terwujud ya 🤗
Kana
bangun atma. ku tabok ya bkin cape nangis kau/Right Bah!/
Kana
pingsan aja biar ga cape 🙃
Kana
lagi kerja aku jgn dibuat nangis bisa? 🥺
Gema: siapa suruh baca di saat kerja wkwkw
total 1 replies
Aegis Aetna
aku mampir kak, semangat.
Gema: Terimakasih udah mampir yaa
total 1 replies
Kana
😢 ini mah buku diary
Kana
elma😭
Gema: parah elma nya ya
total 1 replies
ATAKOTA_
sangat menyentuh
Gema: terimakasih
total 1 replies
Kana
Ga sabar pengen ketemu kayanya ya🤭
Kana
ciiee 😚
Kana
Jangan makan pedes atma🤨
Gema: hahaha
total 1 replies
Kana
kasian lestari🥀
Gema: Maaf ya wkwkw
total 1 replies
Kana
jahil nya 🤨
Kana
Semangat Nulisnya🥰
Gema
Selamat menikmati perjalanan Atma dan Maya yah
Gema
senyum senyum yah wkwkw
Kana
Senyum2 nah🤭
Kana
Semangat dan Sukses Untuk Novelnya 🌷
Kana
Keren🥰
Gema: makasih sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!