Aku hampir gila, karena dihadapkan pada dua wanita.
Nadira adalah gadis pilihanku, sedangkan Naura adalah gadis pilihan ibu.
Jika tetap mempertahankan Nadira, maka hati ibulah yang akan tersakiti, tetapi jika memilih wanita pilihan ibu, maka aku harus siap melihat Nadira terluka dan kecewa.
lalu aku harus bagaimana? Apa aku bisa mencintai wanita pilihan ibu seperti aku mencintai Nadira?
hai...mampir yuk di cerita terbaruku!
jangan lupa like dan komen ya.. terima kasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 31
"Raf..dimana kuburannya Aisyah?" Tanya ibu.
Sepertinya ibu mulai dilanda ketakutan.
"Sebentar lagi Bu." Aku terus berjalan sambil menggandeng tangan ibu lebih erat lagi.
Kami semakin dekat dengan kuburan Aisyah. Dari tempat kami berjalan aku dapat melihat sosok wanita berambut panjang sedang telungkup memeluk gundukan tanah merah.
Apa itu Naura?
Semakin dekat..dan.. benar ternyata itu Naura.
"Raf..itu Naura." Teriak ibu sumringah.
Ibu berlari mendekati Naura yang tidur memeluk gundukan tanah merah milik Aisyah.
"Naura sayang.." ibu membangunkan Naura dengan lembut. Ibu juga mengusap bahu Naura.
Naura membuka matanya pelan-pelan.
Ia memandang kami bergantian.
"Naura..ini ibu, nak." Ibu menggenggam tangan Naura erat sembari menatap Naura dengan pancaran penuh kasih sayang.
"Lepaskan!"
Di luar dugaan, Naura menghempaskan tangan ibu hingga ibu oleng dan hampir saja tersungkur.
"Jangan pernah ganggu aku. Aku tidak kenal sama kamu." Bentak Naura dengan mata mendelik.
Jujur aku merinding dengan situasi seperti ini. Hampir magrib, di tengah pemakaman menghadapi Naura yang acak-acakan.
Aku seperti sedang menjalani uji nyali saja.
Ibu menangis tersedu-sedu menerima perlakuan kasar dari Naura.
Sudah pasti ibu tidak akan pernah menyangka jika menantu pilihannya dan kesayangannya bisa berubah jadi gila.
"Bu, tolong dengarkan aku. Kita harus menelpon pihak rumah sakit jiwa. Jangan pikirkan apa pun, yang paling penting Naura tidak kabur-kaburan seperti sekarang."
Aku berbisik ditelinga ibu.
Ibu pun hanya pasrah menerima usulan dari ku.
Aku membawa ibu menjauh dari Naura.
Ibu duduk sembari menghapus sisa-sisa air mata diwajahnya.
Aku segera menelpon Nadira, meminta ia menghubungi saudaranya yang bekerja di rumah sakit jiwa untuk menangani Naura. Aku juga segera mengirim alamat lengkap kami sekarang.
Semoga saja pihak rumah sakit jiwa segera datang jadi kami tidak perlu berlama-lama di sini.
***
Hampir satu jam menunggu, tampak cahaya lampu mobil memasuki halaman pemakaman umum ini.
"Alhamdulillah akhirnya datang juga."
Aku merasa lega.
Nadira muncul bersama dua orang lelaki memakai seragam rumah sakit jiwa.
Kami bersalaman. Aku pun menceritakan semua perihal Naura dan meminta mereka membawa Naura ke rumah sakit jiwa.
Aku meminta Nadira menemani ibu di sini. Aku dan petugas rumah sakit jiwa pun memasuki pemakaman umum untuk membawa Naura.
Beruntung Naura tidak kemana-mana, jadi kami tidak perlu mencari keberadaannya.
Kami berjalan mengendap-endap, dan sepertinya juga Naura tidak sadar kedatangan kami.
Hap!
Kedua pekerja rumah sakit jiwa itu berhasil menangkap Naura. Naura berontak tidak karuan. Ia menjerit-jerit hingga hatiku ikut teriris
"Maaf kan kami Naura."
Ucap batinku penuh penyesalan.
Naura sudah dibawa pergi, aku menuntun ibu masuk ke dalam mobil.
Tangis ibu semakin pecah. Sedang aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Nadira ikut pulang bersama ku.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, kami tidak saling bicara. Semua bungkam.
Sesampainya di rumah, ibu turun dan lekas masuk tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Raf, aku menginap di sini saja ya?" Ucap Nadira.
"Em.. gimana ya? Kamu pulang saja ya. Aku pesankan mobil online." Tawarku padanya.
Nadira menggeleng, bibirnya mengerucut. Itu artinya ia menolak tawaranku.
"Sudah malam Raf, tidak mungkin aku pulang sendiri. Bagaimana kalau supirnya jahat?"
Aku hanya bisa menghela napas. Lalu mengiyakan permintaan Naura untuk tidur di rumah ibu.
Naura bersorak riang, lalu ia mencium pipiku sekilas.
Kami masuk dan aku segera mengunci pintu rumah.
"Kamu masuk duluan ke kamar. Itu kamarnya. Aku mau lihat ibu dulu." Aku menunjuk kamar tamu lalu beranjak pergi menuju kamar ibu.
Kriek..!
Aku membuka pintu kamar. Tampak ibu duduk di depan cermin. Tangannya memegang tisu. Sesekali mengusapnya.
Aku masuk meski tanpa meminta izin.
"Bu,"
Aku menyentuh pundak ibu yang sesekali berguncang.
"Ibu sedih Raf, ibu merasa gagal menjadi mertua yang baik untuk Naura. Semua yang terjadi pada Naura adalah kesalahan kita Raf. Ibu tidak akan bisa memaafkan diri ibu sendiri jika sesuatu hal yang buruk terjadi pada Naura nantinya."
"Bu, aku janji akan mengembalikan keceriaan Naura seperti dulu lagi. Aku janji Bu."
Aku memeluk wanita tua yang memikul beban berat atas sakitnya Naura.
"Sekarang ibu istirahat besok kita akan ke rumah sakit menemui Naura. Mudah-mudahan Naura baik-baik saja malam ini ya Bu."
Ibu bangkit dari duduknya lalu memilih berbaring di ranjang. Aku menutup separuh tubuh ibu menggunakan selimut.
***
"Kamu?" Ibu tampak terkejut kala mendapati Nadira baru keluar dari kamarku.
"Raf..? Apa-apaan ini?" Bentak ibu dengan suara tinggi.
"Ibu? Ada yang salah? Aku istri Rafka loh Bu, menantu ibu."
Nadira berusaha membela dirinya sendiri.
Ibu pitam, hampir saja tangannya mencakar wajah Nadira. Beruntung aku bisa menghalangi, sehingga wajah mulus Nadira bisa terselamatkan.
Melihat ibu yang agresif, Nadira mundur menjauh dari ibu.
Dadanya tampak naik turun, wajahnya padam karena menahan amarah.
Aku membawa ibu ke kamar dan memberinya segelas air putih agar jauh lebih tenang.
"Raf, ibu tidak ingin wanita itu menginjak rumah ibu."
"Tapi Bu.."
"Usir dia bisa atau ibu yang usir dia."
Ucap ibu bernada ancaman.
Mau tidak mau, dengan perasaan berat hati aku keluar dari kamar ibu menemui Nadira.
Tampak wajah kesal Nadira.
" Aku tidak habis pikir, mengapa ibu mu begitu menyayangi Naura? Apa kurangnya aku dimata ibu mu, Raf? Aku wanita berkelas, berpendidikan dan kamu...sangat mencintaiku. Ibu ternyata sangat kejam Raf."
Madura menyandang tas lalu bergegas bangkit dan keluar dari rumah ibu.
Sebuah mobil berhenti di depan rumah ibu, sepertinya itu mobil yang akan menjemput Nadira.
Sebelum Nadira masuk ke mobil, ia kembali berjalan menemui ku.
"Raf, untuk mendapatkan nafkah batin darimu saja sulit, padahal kita suami istri. Jangan salahkan aku jika suatu saat kamu menemukan aku bersama lelaki lain." Ujar Nadira lalu berjalan memasuki mobil. Dan mobil itu langsung melesat membawa Nadira menjauh dari pandangan ku.
Aku termenung mencerna semua kalimat yang keluar dari bibir tipis Nadira.
Aku tidak menampik, apa yang dikatakan Nadira benar, untuk memberinya kehangatan saja aku tidak mampu.
Jadi jika suatu saat aku menemukan Nadira sedang senam ranjang dengan lelaki lain, maka semua itu bukan salah Nadira. Semua ini salahku!
***
"Raf..sudah selesai mengurus semuanya?" Tanya ibu.
"Sudah. Tapi kita belum bisa menemui Naura. Kita hanya bisa menatap Naura dari kejauhan. Sekarang Nadira masih masa pemulihan. Dua atau tiga Minggu lagi, kalau kondisi jiwanya membaik, baru di perbolehkan." Sahutku.
Aku menggandeng tangan ibu menuju tempat dimana Naura di rawat.
Tampak dari kejauhan Naura sedang duduk melamun. Tangannya masih memegang boneka beruang. Kondisinya jauh lebih baik. Rambutnya sudah dipangkas sebahu sehingga Naura tampak lebih rapi. Jilbab yang dulu menutupi rambut hitamnya untuk sementara ini tidak terpasang karena Naura mengalami gangguan jiwa.
Tiba-tiba ibu sudah menangis tersedu-sedu,
"Raf..lebih baik ibu mati saja dari pada menyaksikan Naura seperti ini.."
seperti appa! sakit. udhh gitu nadira kena racun dr air ketuban yg nyerang syaraf dan janntung. mukanya menyot ke kiri. tangan lumpuh,kaki lumpuh sebelah.
90% isinya perempuan/ istri2 yh ditinggal nikah lagi dan suaminya tdk peduli dgn anak2nya. yg buat stress dan depresi yg istrinya tdk bisa cari uang,tdk bisa apa2
nadira hidupnya bahagia ya, cuma didunia nadira! tp nanti ketika di akherat durimu masuk neraka kekal.
RASULLAH BERKATA " BUKAN UMATKU DAN GOLONGANKU BAGI LAKI2 DAN PEREMPUAN YG DENGAN SENGAJA MENGHANCURKAN IKATAN PERNIKAHAN SEPASANG SUAMI ISTRI YANG SAH DI MATA ALLAH, TEMPAT MEREKA DI NERAKA BERSAMA RAJA IBLIS..
ADA HADISNYA !!!