Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Yang Sama
"Karena _" Ben menjeda kalimat dan lalu meraih tengkuk Una, mendekatkan wajahnya lalu memagut lembut dalam bibir Una.
"Bernafas," seru Ben. Una mengatur deru nafasnya, detak jantungnya berdegup kencang.
"Kita sudah dewasa Na, kamu pasti tau maksud aku. Cinta ! Suka ! Iya, aku memang menyukaimu bahkan sebelum aku pergi ke Singapur beberapa tahun lalu. Tujuan kita menjalin hubungan sudah pasti arahnya adalah rumah tangga, bukan kisah cinta abg yang menye-menye." ungkap Ben sambil merapihkan rambut Una, menyelipkan helaian rambut pada daun telinga.
"Aku baru putus dengan Kak Alan, masa aku jawab iya pak, aku juga suka kok sama bapak."
"Kenapa enggak, toh kamu sama dia enggak serius. Kamu tidak punya perasaan pada Alan kan ?"
"Sok tau ihh."
"Jadi... " ucap Ben sambil menatap Wajah Una. Sedangkan Una, wajahnya merona detak jantungnya berdegup kencang. Sejujurnya dia memang tertarik dengan Ben tapi dia tidak mungkin menjawab atau mengatakannya sekarang.
"Kita pulang sekarang," sahut Una sambil tersenyum.
Ben berdecak, mendekatkan kembali wajahnya untuk mencium kening Una.
"Ayo," ucapnya sambil berdiri. Mereka meninggalkan ruangan menuju kasir, berjalan beriringan.
Perlahan menjalankan mobilnya meninggalkan area reataurant, Una yang duduk disebelahnya menatap pada Ben. "Kenapa ? Kamu mau bertanya apa?" Ucap Ben tetap fokus pada jalan.
"Hmm, mobil yang waktu itu aku tabrak, sepertinya bukan yang ini ya,"
"Owh, bukan. Waktu aku berangkat ke Singapur, semua kendaraan, tempat tinggal aku serahkan ke Bian untuk mengurusnya. Termasuk juga perusahaan."
"Ketika aku kembali dia sudah mengganti semua, aku belum sempat tanya. Kenapa ? Kau mau pakai mobil bersejarah itu," lanjut Ben menoleh sekilas pada Una dan tersenyum.
"Ckk, sultan mah bebas. Ganti mobil kayak ganti baju." jawab Una.
"Kamu udah enggak kerja di cafe lagi kan ?"
"Enggak, tapi aku gabung di salah satu label music. Cover lagu-lagu yang pernah hits"
"Pakai video klip juga ?"
"Iya."
"Sosialisasinya kemana ?"
"Labelnya punya laman medsos resmi termasuk youtub* channel."
"Tapi enggak ada yang aneh-aneh kan ?"
"Maksudnya ?"
"Kamu taulah maksud aku."
"Enggak adalah, yang aneh kan cuma situ doang," lirih Una sambil mengalihkan pandangan, namun masih bisa didengar Ben
"Aku dengar Na."
Telah sampai di depan rumah kost Una, Ben menatap pada Una yang sedang melepas seat belt.
"Aku turun pak," ucap Una
"Aruna"
Una berbalik menatap Ben yang melepaskan seat beltnya.
"Kamu tidak menjawab tidak masalah, bagiku statement tidak penting. Yang penting adalah bukti kalau kita memang saling menyayangi."
"Bukti ? Bukti kayak gimana ?"
"Seperti kamu tidak boleh dekat dengan pria manapun, itu juga bukti kalau kamu menjaga perasaan kita berdua," seru Ben sambil menyentil kening Una.
"Auw,,, ishh apaan sih pak."
"Kamu jadi turun nggak, atau mau ikut aku"
"Ishhh mesum."
"Apa? mesum !"
"Malam pak Ben, bye," sahut Una sambil membuka pintu mobil. Melambaikan tangan lalu membuka pagar dan masuk ke area rumah kostan tempatnya tinggal.
***
Telah berada dalam mobil bersama Ben menuju kantor, sesuai dengan ucapan Ben semalam bahwa dia akan mengantar dan menjemput Una.
"Nanti sore aku pulang sendiri ya, motor aku masih diparkiran"
"Hmmm"
Jalanan sudah mulai padat, hingga Ben harus konsentrasi pada kemudi dan jalan didepannya.
"Aku nanti turun halte depan kantor."
"Kenapa ? Sekalian aja di lobby."
"Kalau ada yang lihat gimana?"
"Kalau mereka nggak buta ya pasti melihat Na."
"Ish bukan begitu, aku enggak mau digosipin ada main sama pimpinan perusahaan."
"Lah, memang benar kan. Kamu ada hubungan dengan aku, jadi masalahnya dimana ?"
"Pokoknya aku turun di halte."
"Tapi nanti ke ruangan aku ya."
"Mau ngapain?"
"Kamu maunya ngapain?"
"Aneh-aneh, aku sibuk."
"Aku belum dapat morning kiss dan pelukan dari kamu, penting itu Na, mood booster sepanjang hari."
Ben akhirnya mengalah dan menurunkan Una di Halte, namun dia tidak keluar dari mobil setelah dia memarkirkan mobil di area vip khusus direksi tidak jauh dari pintu utama.
Melihat Una berjalan mendekati pintu masuk, Ben keluar dari mobil berjalan di belakang Una. Tidak menyadari keberadaan Ben begitupun saat berada dalam lift.
Ketika sampai di lantai divisinya dan hendak keluar dari lift, Ben menariknya. Una terkejut, refleks dia memukul lengan Ben.
"Ishh, ngagetin aja sih," ucapnya, sedangkan Ben hanya terkekeh.
Menggenggam jemari Una saat keluar dari lift menuju ruangan Ben.
"Selamat pagi pak," ucap Nora pada Ben
"Pagi" jawab Ben, sedangkan Una hanya tersenyum pada Nora.
Una berjalan menuju jendela besar di belakang meja kerja Ben, pemandangan yang cukup menarik. Padatnya kota Jakarta.
Ben melepaskan jas dan menyampirkan pada kursi kerjanya. Menghampiri Una dan memeluknya dari belakang. Terasa ada yang berdesir dalam dada Una, yang tidak pernah ia rasakan selama dengan Alan. Apa ini memang tanda bahwa ia memiliki rasa yang sama pada Ben.
Ben membalikan tubuh hingga menghadap padanya, mata mereka saling menatap. mendekatkan wajahnya pada wajah Una, hela nafas Ben terasa di kulit Una membuat detak jantungnya makin tak karuan.
"Pak__"
"Stt, diam. Jangan kacaukan suasana," jawab Ben lalu menyatukan bibir mereka.
_____
hai readers,, please like, koment, vote dll dong
😁
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun