Naya tidak pernah membayangkan diulang tahun pernikahannya yang ke-empat harus berakhir menjadi mimpi buruk untuknya. Brian, suaminya terpaksa menjual Naya untuk melunasi utang-utangnya. Naya yang masih mencintai suaminya rela dengan keputusan Brian. Tidak ada yang pernah menerima dirinya selain Brian.
Di sana, Naya bertemu dengan Clara dan Rose. PSK yang mengubah sudut pandang Naya tentang dunia malam, dunia para penghibur.
Noah, klien pertama Naya, seorang pewaris tunggal perusahaan otomotif terbesar di Negara itu, menginginkan Naya untuk menemaninya setiap malam.
Naya dengan segala kerapuhannya dan Noah dengan segala kekuasaan dan arogansinya. Apakah mereka bisa saling menyembuhkan luka? Atau Noah hanya akan menambah luka Naya?
Lalu, bagaimana dengan pernikahan Naya dengan Brian? Suami yang sudah mengenalkan arti keluarga untuk Naya yang seorang anak yatim piatu sejak lahir.
Clara, Rose dan kisah memilukan PSK lainnya.
Ini bukanlah kisah tentang mereka di atas ranjang. Tapi ini adalah kisah yang tidak mereka ceritakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisya Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Naya mengusap wajahnya yang basah. Dengan masih berpakaian rumah sakit, ia tertatih berjalan menuju pintu, mencari lift, dan …
“Nona Naya, anda mau ke mana?” Rio tiba-tiba muncul dari lift.
Naya menghentikan langkahnya. “Mana Tuan Noah?”
“Tuan Noah sudah pergi, saya diperintahkan menjaga anda di sini.”
Bodoh. Harusnya Naya sudah menduga kalau Noah tidak akan membiarkan dirinya benar-benar sendiri.
Suasana menjadi canggung. Naya sedang mencari cara untuk pergi dari sana, dan Rio yang menunggu Naya untuk kembali ke kamarnya.
“Rio, kau tau dimana Mr. Elmer sekarang?”
Pria itu tersentak. “Anda mau menemui Mr. Elmer?”
Naya mengangguk mantap.
“Tapi Nona, Tuan Noah tidak akan suka anda menemui ayahnya sendirian.”
“Tuan Noah tidak perlu tau, kalau tidak ada yang memberitahunya, kan?” Naya menatap Rio menunggu jawaban. Rio tau apa yang ia maksud.
“Saya tidak berani, Nona. Perintah Tuan Noah jelas, menjaga anda.”
“Rio. Aku membutuhkan bantuanmu. Hanya ini satu-satunya cara agar semua drama ini berakhir. Aku sendiri yang harus bertemu Mr. Elmer. Aku mohon.”
Rio berpikir sejenak. “Kalau saya boleh tau, apa rencana anda, Nona?”
Naya terdiam, rencana bodoh itu hanya memiliki dua kemungkinan, Mr. Elmer menyetujuinya atau membunuhnya. “Untuk sekarang, aku hanya ingin menemui beliau.”
Rio masih mencerna apa sebenarnya yang ingin wanita di depannya ini rencanakan. “Maaf, Nona. Saya tidak bisa. Tuan Noah akan benar-benar marah.”
“Kalau begitu, aku sendiri yang akan ke sana.” Ia berjalan melewati Rio.
“Nona. Ini sangat bahaya. Anda tidak tau sekeras apa Mr. Elmer. Tuan Noah sedang berusaha melindungi anda.”
“Karena itu, Tuan Noah sudah banyak membantuku. Biarkan aku membayar sedikit saja dari kebaikannya.” Suaranya berubah serak. Air matanya mengenang.
Tarikan napas panjang dari Rio terdengar. “Mari ikut saya, Nona. Kita harus kembali sebelum Tuan Noah sadar anda keluar dari hotel ini, Nona.”
Naya tersenyum. “Tentu. Tidak akan ada yang tau aku pernah meninggallkan hotel ini.”
Rio memimpin jalan, hingga mereka sampai di parkiran bawah. Rio menghubungi seseorang, Naya tidak dengar pasti, hingga selang lima menit sebuah mobil hitam tidak terlalu mencolok berhenti depan mereka.
“Silahkan, Nona.”
Awalnya Naya ragu, ingatan tentang penculikannya masih membekas jelas. Hingga Rio kembali bersuara.
“Ini mobil pribadi saya, yang sedang menyetir adalah adik saya. Reno.”
Setelah mendapat penjelasan itu, Naya tenang. Ia pun masuk, dan Rio duduk di bangku depan bersama saudaranya.
“Ke Kantor Utama,” ucap Rio.
“Kau serius?” Reno khawatir.
“Cepat. Sebelum Tuan Noah kembali.”
“Rio, jangan bawa-bawa namaku, mengerti. Aku tidak mau berurusan dengan keluarga bermasalah itu. Apalagi berita tentang ….”
“Reno. Diam!”
Laki-laki itu segera mengatup bibirnya dan melirik Naya sekilas dari cermin kaca yang tergantung.
Naya hanya menyimak. Meskipun pikirannya meminta penjelasan. Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah hampir 30 menit, mereka sampai di depan sebuah gedung tinggi. Naya baru sekali melihat kantor itu, Elmer Corp. terpampang jelas di bagian atas gedung dengan cahaya yang menyinar begitu terang. Masih ada beberapa pegawai yang mondar-mandir. Mungkin baru saja menyantap makan malam dan bersiap untuk kembali bekerja. Naya tidak begitu yakin, ia belum pernah merasakan menjadi pegawai kantoran. Meskipun dulu sekali, dirinya pernah ingin bekerja, tapi mantan suaminya, Brian, melarangnya.
Reno memutari gedung, hingga memasuki laman parkir yang sudah mulai senggang. Rio turun, dan diikuti Naya. Sementara Reno menunggu di mobil. Rio juga terus memantau pergerakan dari bosnya, Noah, dari bawahannya yang sedang menjaga ibu Noah.
Mereka memasuki gedung dari pintu yang terhubung dengan area parkir, ada empat lift di sana, masing-masing saling berhadapan. Rio mengambil lift di sebelah kanan. Setelah lift terbuka dan mereka masuk, Rio menekan tombol dengan angka 35. Tidak butuh waktu lama hingga bunyi dentingan lift berbunyi ketika mereka sudah sampai.
Tepat di depan lift itu, ada satu meja khusus yang di huni oleh seorang wanita cantik yang masih dengan pakaian rapinya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Jam berapa sebenarnya mereka selesai bekerja? Naya mungkin tidak sanggup jika harus menghabiskan seharian di belakang meja.
Wanita itu berdiri menyambut Naya dan Rio. Bukan menyambut, lebih tepatnya mempertanyakan, kenapa mereka ada di sana tanpa janji temu.
Naya maju lebih dulu. “Saya ingin bertemu dengan Mr. Elmer.”
Dengan senyum yang di paksa. “Maaf, Nona. Mr. Elmer hanya bisa ditemui setelah membuat janji. Anda bisa kembali besok.”
Naya juga tersenyum, sudah menduganya. “Katakan pada Mr. Elmer. Saya Naya. Wanita yang bersama putranya, Noah.” Ia menjeda. “Saya punya kesepakatan untuknya.”
Wanita itu ragu. Tetapi melihat wajah serius Naya, apalagi menyebut tentang nama sang pewaris, wanita itu mengangkat pesawat teleponnya dan menghubungi seseorang di dalam. Hingga wanita itu mengulang kalimat Naya, setelahnya wanita itu terdiam dan mengangguk dan mengiyakan dengan patuh.
Naya meremas tangannya menunggu harap. Wanita itu kembali tersenyum ke arah Naya lalu dengan sangat ramah mempersilahkan Naya untuk menghampiri dua pintu besar dari kayu yang terukir mewah. Senyum Naya menghilang ketika detakan jantungnya menjadi tidak beraturan. Ia berdoa, semoga ia masih bisa keluar dengan keadaan bernyawa. Dengan keberaniannya yang tersisa, Naya pun melangkah masuk.
...****************...
Haiiii… sembari nunggu bab baru, yuk meluncur ke novel dibawah ini yang tidak kalah serunya..
sukses trs tuk karya2nya thor 🙏🙏😍😍
semangat mba dgn karya selanjutnya 💪💪
terimakasih banyak sdh banyak menhibur🙏🙏
semangat terus ya kak, terima kasih sudah memberikan cerita yg sangat menginspirasi. sukses n bahagia selalu❤️