NovelToon NovelToon
Bermimpi Di Waktu Senja

Bermimpi Di Waktu Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:26
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan ceritanya yuk langsung aja kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8: Serangan dari Balik Bayangan

Pagi itu, Aris tidak disambut oleh kicauan burung, melainkan oleh dering telepon yang tak berhenti dari nomor-nomor asing. Saat ia membuka pintu apartemennya untuk mengambil koran, ia menemukan Pak Darmo berdiri di sana dengan wajah cemas, memegang tablet digitalnya.

"Ris, kau harus lihat ini. Namamu... namamu ada di mana-mana," suara Pak Darmo bergetar.

Aris mengambil tablet itu. Sebuah tajuk berita utama dari situs berita online yang berafiliasi dengan Grup Mahakarya terpampang jelas: "Skandal di Balik Sosok Pahlawan Bantaran: Aris, Arsitek yang Dipecat Karena Malpraktik Struktur."

Di bawahnya terdapat artikel panjang yang memutarbalikkan fakta tentang kegagalan proyek sepuluh tahun lalu. Baskoro telah merilis dokumen internal perusahaan yang menunjukkan bahwa Aris sengaja memanipulasi data kekuatan beton untuk menghemat biaya—sebuah kebohongan publik yang sangat rapi. Foto Aris yang tampak lusuh diambil secara diam-diam saat ia sedang makan di warteg, membuat citranya terlihat seperti pria tua yang depresi dan tidak stabil secara mental.

Aris merasakan dunianya berputar. Jantungnya berdenyut menyakitkan. Ini adalah serangan yang ia takutkan. Baskoro tidak mencoba meruntuhkan bangunannya; ia meruntuhkan kredibilitas sang pembangun.

"Ini fitnah," bisik Aris, suaranya hampir hilang. "Aku dipecat justru karena aku menolak mengurangi kualitas beton yang mereka inginkan."

"Aku tahu, Ris. Tapi dunia internet tidak butuh kebenaran, mereka butuh drama," kata Pak Darmo sedih.

Aris segera menuju kantor Yudha, namun di depan gedung firma hukum itu, ia sudah dihadang oleh kerumunan wartawan. Lampu kilat kamera membutakan matanya. Pertanyaan-pertanyaan tajam dilemparkan seperti belati.

"Pak Aris, benarkah Rumah Senja adalah cara Anda menebus dosa masa lalu karena bangunan yang runtuh?"

"Apakah benar Anda menderita gangguan kecemasan akut sejak dipecat?"

Yudha muncul dan dengan sigap menarik Aris masuk ke dalam gedung, menutup pintu rapat-rapat. Di dalam, suasana terasa sangat tegang.

"Kita dalam masalah besar, Pak Aris," ucap Yudha tanpa basa-basi. "Pihak Global Green Fund yang kemarin tertarik mendanai kita tiba-tiba menarik diri. Mereka bilang tidak bisa bekerja sama dengan orang yang memiliki catatan hitam terkait integritas struktural. Tanpa dana mereka, status Quo dari Balai Kota bisa dicabut dalam hitungan hari."

Aris terduduk di kursi, menutupi wajah dengan kedua tangannya. "Baskoro tahu di mana harus memukul. Dia memukul pada kejujuranku, satu-satunya hal yang kupunya setelah Sarah pergi."

"Ada satu cara untuk membalas ini," Yudha mendekat, matanya menyala. "Kita harus menemukan saksi kunci dari proyek sepuluh tahun lalu itu. Orang yang memegang data asli kekuatan beton sebelum Baskoro mengubahnya. Siapa dia, Pak?"

Aris terdiam lama. Ingatannya kembali ke masa-masa pahit itu. "Hendra. Dia adalah pengawas lapangan kepercayaanku. Tapi dia menghilang setelah aku dipecat. Kudengar dia mendapat pesangon besar dan pindah ke luar kota."

"Cari dia," perintah Yudha. "Saya akan mencoba menahan media di sini. Bapak harus menemukan Hendra. Dia adalah satu-satunya kunci untuk membersihkan nama Bapak dan menyelamatkan Rumah Senja."

Aris keluar melalui pintu belakang untuk menghindari wartawan. Ia berjalan menyusuri gang-gang sempit, merasa seperti buronan di kotanya sendiri. Di setiap sudut, ia merasa orang-orang memperhatikannya, membicarakannya di balik layar ponsel mereka.

Sore itu, di bawah langit yang mulai berubah jingga, Aris sampai di sebuah area pemakaman tua. Ia datang ke makam Sarah. Ia duduk di sana, di samping nisan yang dingin, mencari jawaban yang tidak kunjung datang.

"Apakah aku harus berhenti, Sar?" bisiknya pada angin. "Semakin aku mencoba membangun, semakin banyak yang dihancurkan."

Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Sebuah pesan singkat dari Maya masuk: “Hendra ada di Bogor. Dia bekerja sebagai tukang kayu di bengkel kecil dekat stasiun. Baskoro sedang mengirim orang ke sana untuk membungkamnya. Bapak harus lebih cepat. – M”

Aris berdiri. Rasa lelah di kakinya seolah hilang digantikan oleh adrenalin. Senja ini bukan lagi waktu untuk merenung, melainkan waktu untuk berburu. Ia berlari menuju stasiun kereta, dengan satu tujuan: mengambil kembali harga dirinya yang dicuri sepuluh tahun lalu.

Di dalam kereta yang melaju kencang, Aris menatap bayangan dirinya di jendela kaca. Ia tidak lagi melihat pria tua yang lemah. Ia melihat seorang pejuang yang siap melakukan apa saja demi sebuah janji. Perjalanan menuju fajar yang sesungguhnya baru saja dimulai, dan ia tidak akan membiarkan kegelapan menghentikannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!