Kisah ini ku angkat 50:50 kisah nyata dan fiksi, so aku berharap kalian mendukungku🙏
Aldhea kini menjalani hidupnya dengan penuh rasa jenuh karena sudah menjadi mahasiswa semester 6. Ya, semua orang tau banyak mahasiswa yang sudah mulai depresi jika sudah mendekati semester akhir. Kehidupan sehari-harinya sangatlah membosankan.
Hingga tiba di suatu waktu mereka bertemu. Bertemu salah satu bocah laki-laki yang masih duduk di bangku SMA, tetapi membuat hidup Aldhea berubah. Mereka berdua kian menjalin ikatan pertemanan tapi terkadang juga seperti layaknya sepasang pasangan. Mereka tidak bisa disebut teman tetapi mereka juga tidak lebih dari teman. Hubungan tanpa status itu, membingungkan ya?
Akankah dhea menjalani kisah itu tanpa adanya status yang jelas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suarapraja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari ketiga
"Hari ini lo jadi kan jengukin alva?" Tanya ockta sembari memberi makan miko.
"Iya, jadi. Nunggu kabar abangnya dulu disuruh datang jam berapa" jawabnya.
"Abangnya, cakep ga?"
"Dih centil amat lo"
"Yeuhh nanya doang kali"
"Keluarga mereka good looking, good rekening pula. Sedangkan kita? Kita yang cuma good attitude bisa apa. Itupun juga ga good good amat" ucap dhea setengah miris.
"Gapapa, gue hidup aja udah syukur" jawab ockta dengan setengah miris juga.
Mereka sama-sama beradu nasib tetapi saling mendukung satu sama lain juga. Itulah yang membuat mereka akhirnya menjadi sahabat.
Setelah mengobrol, tiba-tiba bunyi notifikasi dari ponsel dhea. Tertera nomor yang tidak dikenal mengirimkan sebuah pesan.
"Kamu kapan kesini?"
Dhea bingung karena mendapati pesan dari nomor yang tidak dikenal. Karena cuma dibaca, tiba-tiba pemilik nomor tersebut menelfonnya. Awalnya dhea ragu mengangkat, tapi ia memberanikan diri untuk mengangkat telfon itu hanya ingin memastikan siapa dia.
"Kenapa cuma diread?" Ucap seseorang dari telfon tersebut. Ya, itu suara alva. Suara lelaki yang ia cintai.
"Nona cantik, kok diem, hm?" Tanyanya sekali lagi.
"Alva?" Tanya dhea memastikan.
"Iya, ini aku. Bocil kesayanganmu" godanya.
Dhea tersenyum mendengar alva mengatakan hal itu. Ya, ia sangat merindukan suara alva. Ciri khas suaranya yang begitu lemah lembut yang selalu membuat dhea merasa tenang dan nyaman ketika mendengarnya.
"Tadi kamu belum jawab aku. Kenapa pesanku cuma di read, hm?" Tanyanya sekali lagi.
"Aku bingung karena dapat pesan dari nomor yang ga ku kenal terus tiba-tiba ngomong gitu. Ya kamu juga ga bilang ini nomor kamu" jelasnya.
"Hehheh maaf ya cantik. Ponselku yang kemarin udah di buang abang katanya. Rusak total kelindas mobil waktu kecelakaan" jelasnya.
"Iya, tau. Abang udah cerita ke aku"
"Cerita apa aja kamu sama abang?"
"Ceritain kamu"
"Oh gitu ya. Gitu kelakuan kalian berdua ketika aku tidur nyenyak kemarin, hm"
"Gosipin orang lagi bobo gabaik tau. Dosaa" lanjutnya.
"Suruh siapa ga bangun-bangun wlee" ledek dhea dengan sedikit tawa di wajahnya.
"Kan sekarang udah bangun. Bangun-bangun langsung liat nona cantik. Mata jadi auto segerr hehehehhe"
"Baru juga bangun udah mulai lagi gombalnya yeuh bocil dasarr"
"Hehehehe, jadi kamu kapan kesini, hm?" Tanyanya.
"Kayaknya gabisa deh hari ini" ucap dhea ingin mengerjai alva.
"Loh kok gitu? Ada kesibukan apa kamu sampai gamau jengukin aku hari ini" ucapnya dengan nada kesel.
"Ya ada urusan"
"Iya, urusan apa hm?"
"Kepo bangett"
"Dih bocah ngeselin banget"
Dhea cuma tersenyum tipis mendengar alva mengatakan hal itu. Ya, bercandanya yang seperti inilah yang ia rindukan.
"Aldheaaa"
"Iyaa alvaraskaa"
"Datang, ya. Aku tungguin pokoknya. Haruss datengg titikk. Aku ga nerima penolakan" ucapnya lalu memutuskan telfonnya sepihak.
Dhea terkekeh mendengar alva. Membayangkannya, pasti sekarang alva sangat kesal padanya. Dari cara ngomongnya aja udah keliatan bahwa ia kesel ketika dhea mengatakan tidak bisa datang hari ini.
"Ciee udah mulai senyum lagi nih setelah beberapa hari kena badai nangiss" ledek ockta yang sedari tadi memperhatikan dhea.
"Mood gue lagi baguss" ucapnya dan tentunya dengan ekspresi full senyum diwajahnya.
Ya, alva memang selalu punya cara membuat dhea tersenyum.
"Huu bucin. Udah sono siap-siap jengukin ayangg hahahaha" ucap ockta melempar bantal ke wajah dhea.
"Paansi ayang-ayang. Pacaran aja kaga" cetus dhea.
"Nyenyenyee gitu-gitu juga lo sayang sama alva" ledek ockta.
Dhea tidak dapat berkata-kata lagi karena yang ockta katakan memang benar. Ya, ia menyayangi alva sekalipun status mereka belum jelas alias tidak berpacaran. Lagi-lagi, dhea menghiraukannya, karena baginya alva hadir pun sudah lebih dari cukup untuknya.
Setelah itu, dhea beberes kost sedangkan ockta sibuk mengurus miko. Mereka berbagi tugas agar pekerjaan cepat selesai. Dhea bagian cuci piring dan memasak sarapan sedangkan ockta bagian menyapu serta mengepel lantai. Itulah enaknya jika kita tinggal berdua. Bisa saling tolong menolong.
Selang beberapa jam mereka beberes, akhirnya pekerjaan mereka selesai. Kost yang mereka tinggali sekarang benar-benar sudah bersih dan rapi.
"Arghhh capee bangett" ucap ockta sembari menelantangkan tubuhnya dikasur.
"Gue juga. Rasanya kalau gini mau tiduran aja" ucapnya menyusul ockta dan ikut berbaring juga.
"Tiduran bentar deh. Jengukin alvanya tar aja sorean" saran ockta.
"Iya deh. Sekarang masih jam 11 siang juga. Nanti kesana jam 2 an aja kali ya" ucap dhea.
"Iya jam segitu aja. Gosah terlalu cepat datangnya" lanjut ockta setuju.
"Yaudah lanjut tidur dulu bentar. Cape bangett hoaamm ngantukk gue" ucap dhea lalu perlahan menutup matanya.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang dan mereka berdua masih tertidur pulas. Tiba-tiba terdengar bunyi telfon dari salah satu ponsel. Ya, ponselnya dhea.
Dhea segera meraih sumber suara tersebut lalu perlahan mengangkatnya dan berbicara dengan suara beratnya karena baru bangun tidur, halo.
"Kamu baru bangun?" Tanya seseorang dari telfon tersebut.
"Hm" jawab dhea masih setengah sadar.
"Jadi ini kesibukan kamu sampai kamu gamau jengukin aku, hm?"
Mendengar hal itu, mata dhea langsung terbuka lebar. Ya, ia terkejut ternyata yang menelfon adalah alva. Ia membuka matanya dan melihat layar ponselnya dan benar bahwa itu adalah alva.
"Aldheaa. Kok diem, hm?"
"Iyaa, kenapaa"
"Kamu kecapean ya?"
"Engga kok"
"Kalau cape istirahat aja, gausah kesini. Kesehatan kamu lebih penting. Kita masih bisa ketemu lain waktu" jelasnya.
"Enggaa, tadi aku ketiduran. Tar aku kesana, mau siap-siap dulu ya" ucap dhea.
"Bener mau kesini?" Tanya alva memastikan.
"Iyaa. Kan udah bilang kemarin aku bakal datang lagi"
"Aku tunggu ya. See u nona cantikku, muahh" ucap alva lalu memutuskan telfon sepihak.
Seketika dhea salah tingkah mendengar alva mengatakan hal itu. Wajahnya memerah. Bibirnya full senyum. Bahkan saat ini ia seperti ngereog.
Ockta tiba-tiba terbangun karena dhea yang banyak tingkah disampingnya.
"Lo kenapa si kayak orang kesurupan gitu ah. Masih mau tidur gue" ucap ockta kesal karena ia merasakan gempa dikasurnya.
"Yeuh bangun woi udah soree. Katanya mau jengukin alva bareng" ucap dhea melemparkan bantal ke wajah ockta.
"Emang udah jam berapa"
"Udah jam 2 lewat. Udah bangunn siap-siap kerumah sakit kita. Gue mandi dulu" ucap dhea lalu meninggalkan ockta dan menuju kamar mandi.
Ockta tidak menghiraukannya. Ia lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya dulu sebentar sampai dhea selesai mandi.
***
Setelah lama bersiap-siap, akhirnya dhea dan ockta segera menuju rumah sakit untuk menjenguk alva. Tak lupa ia mampir ke minimarket untuk membeli beberapa roti, susu serta buah untuk dibawa ke rumah sakit. Setelah mampir, mereka memesan grab untuk menuju rumah sakit.
"Gue takut kalau ada mamanya, ta" ucap dhea saat didalam mobil saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Gapapa. Kayaknya dia ga mungkin marahin lo lagi apalagi kalau sampai didepan alva. Ga mungkin dia ngebentak lo dihadapan alva" ucap ockta menenangkan.
"Gimana kalau nanti mamanya ngasih gue duit 100jt dan nyuruh gue jauhin anaknya"
"Hahahah ngaco lo. Udah kayak disinetron aja hahah" tawa ockta mendengar hal konyol yang dhea katakan.
"Ya bisa aja kan" jawab dhea terkekeh.
"Terus kalau beneran, lo mau gitu ngambil duitnya terus jauhin alva?"
"Ga lah. Gue bakal pertahanin cinta gue anjayy keren banget gue" ucapnya merasa kece.
"Hahahahhaha lawak banget si" ockta tidak dapat menahan tawa atas obrolan mereka.
Tak berlangsung lama, akhirnya mereks tiba dirumah sakit besar tersebut.
"Gila, alva dirawat disini?" Ucap ockta kaget karena mobil sudah memasuki rumah sakit yang besar.
"Sekaya apa si alva sampai dirawat dirumah sakit gede terus kamar VIP lagi"
"Kan udah gue bilang dia dari keluarga good rekening dan good looking"
Akhirnya mereka turun dari mobil dan memasuki pintu utama rumah sakit. Mereka berdua bergegas menuju lift. Ketika pintu lift akan tertutup, tiba-tiba ada yang mencegatnya. Ya, seorang pria tinggi yang menahan pintu lift tertutup. Dan tentunya, itu adalah kakaknya alva, sosok alvin.
"Eh, dhea" sapanya.
"Kak alvin" ucap dhea terkejut.
"Panggil abang aja. Aku juga abangmu kan"
"Haha iyaa"
"Mau jengukin alva, ya?"
"Iyaa. Ohiya ini temenku namanya ockta. Alva juga kenal sama ockta dan hari ini emang kita udah janjian mau ketemu bareng bertiga" lanjut dhea memperkenalkan ockta kepada alvin.
"Alvin. Abangnya alva" ucap alvin sembari menolehkan tangannya untuk berjabat tangan dengan ockta.
"Ockta, temen kostnya dhea"
"Oh, kalian tinggal barengan?"
"Iya barengan. Biar irit hahahah"
Selang mereka mengobrol, akhirnya pintu lift terbuka. Mereka bertiga menuju kamar alva. Ketika memasuki kamar alva, didapatnya alva tengah duduk dikasurnya sedang membaca buku. Segabut itu anaknya.
"Loh ramai amat datengnya barengan" ucap alva menyapa kedatangan mereka bertiga.
Terlihat senyum tipis yang diberikan ketika melihat kedatangan dhea, nona cantiknya.
"Sini duduk, ta" ajak alvin yang sudah terlebih dahulu duduk di sofa.
Sedangkan dhea, memilih duduk dikursi dekat kasur alva karena ingin berbincang sebentar dengannya.
"Kamu gimana? Udah mendingan?" Tanya dhea dengan melihat alva.
"Belum. Soalnya ga dirawat sama kamu, aw sakitt" ucap alva karena menerima cubitan kecil dari dhea.
"Jangan gitu si ada abangmu loh, ada ockta juga. Ga malu kamu" bisik dhea.
"Ngapain malu dengan abang sendiri. Hai ocktaa" sapa alva melihat ockta yang diam duduk disofa.
"Udah baikan lo. Sembuh cepet gih kasian dhea nangis mulu dirumah" goda ockta.
"Hm? Nangis?kamu kenapa nangis?" Alva terkejut mendengar yang ockta katakan.
"Ih enggaa. Ngaco nih si ockta"
"Ya emang bener lo kerjanya nangiss teruss"
"Engga yaaa"
"Biasa bocil emang gitu. Suka cengeng" alva juga ikut ngeledek.
Alvin cuma tersenyum mendengar obrolan mereka bertiga. Ya, karena disitu ia lah yang paling tua jadi ia paham betul bercandanya remaja seperti apa.
Selang mereka mengobrol, tiba-tiba ponsel ockta bunyi. "Bentar ya gue angkat telfon dulu" ucapnya lalu bergegas keluar dari kamar.
"Hadiahnya udah kamu ambil?" Tanya alva melihat dhea.
"Udah. Ehiya, bukannya tas itu buat sodaramu waktu itu?"
"Itu buatmu. Aku gapunya sodada perempuan. Ada sih, tapi jauh tinggalnya. Aku bohong sama kamu waktu itu hehehe, maaf ya cantik"
"Suka kan?" Lanjutnya.
"Sukaa lah. Kan itu pilihanku" ucap dhea.
"Bagus deh kalau gitu. Ohiyaa, aku bahkan belum ngucapin kamu. Selamat ulang tahun, nona cantikku" ucapnya lalu mengecup pundak tangan dhea pelan.
"Kok kamu bisa tau si aku ulang tahun"tanya dhea penasaran.
"Waktu itu aku liat KTP mu"
"Hah? Kapan?"
"Waktu kerumahmu terus ada kang paket datang. Kan aku yang bayar paketnya dan buka dompetmu. Disitu aku iseng liat KTP mu dan liat tanggal lahirmu deh. Bahkan foto KTP mu polos bangett yaa heheheh"
"Yeuhh ngeledekk" ucap dhea dengan ekspresi cemberut.
"Mukanya gausah gitu. Makin cantik kalau cemberut" goda alva gemes melihat tingkah dhea.
"Kamu sih ih ngeselin bangett"
"Hehehiya engga-engga"
"Eh dhea, sorry banget ini mah. Tiba-tiba gue dipanggil ke sekret. Gue harus kesana sekarang. Alva, gue pamit dulu ya, sorry banget gabisa lama-lama disini. Lo cepet sembuh ya biar dhea ga khawatir lagi. Kak alvin, aku pamit dulu ya" ucap ockta yang tiba-tiba masuk ruangan dan pamit ingin ke kampus karena ada urusan.
"Tunggu. Bareng aja. Aku juga mau sekalian ke kantor dulu. Ada file yang mau ditanda tangani. Biar aku anterin kamu ke kampusmu dulu. Ga betah juga disini liat bucin ini tidak memedulikan abangnya yang diem mematung" singgung alvin.
"Hahahahah maaf abangg. Yodah gih kalian perginya barengan aja" ucap alva terkekeh.
"Bener gapapa?" Tanya ockta memastikan.
"Iya gapapa. Ayo berangkat. Dhea, titip alva ya. Kalau dia bandel, pukul aja gapapa" ucap alvin sembari memakai jas hitam miliknya lalu akhirnya meninggalkan kamar terlebih dahulu.
"Alva, sorry ya kemaren-kemaren gue berprasangka buruk sama lo. Gue kira lo ghosting dhea, taunya lo kena musibah. Sorry banget ini mah udah ngatain lo brengsek sebelumnya heheheh damai ya, va. Gue pamit yaa. Babaii kawannn" ucap ockta lalu berlari keluar meninggalkan dhea dan alva didalam kamar.
"Yeuh enak aja aku dikatain cowo brengsek" ucap alva.
"Ya kan kita gatau. Kamunya tiba-tiba ngilang gitu aja waktu itu. Aku nunggu kamu sampai malam dan kamu ga dateng" jelas dhea.
"Kamu nunggu sampai malam?"
"Maaf ya, cantik. Aku minta maaf bangett udah buat kamu nunggu selama itu. Lain kali gausah nunggu lagi. Biar aku yang tungguin kamu, okeyy" ucap alva lalu mengecup pundak tangan dhea.
"Aku kangen kamu" bisik dhea pelan.
"Aku juga, sayang"
"Sayang?"
"Gaboleh?"
"Boleh"
Dhea menyandarkan kepalanya dikasur alva. Lebih tepatnya dipaha alva. Alva cuma mengelus-elus rambut dhea yang begitu hitam dan lembut. Berharap nona cantiknya itu tertidur jika dapat elusan darinya.
"Alvaa" ucap dhea pelan masih dengan menutup matanya.
"Hm?"
"Gimana kalau aku ga ada?"
"Ga ada gimana?"
"Gimana kalau suatu waktu kita lostcontac" ucap dhea sembari memperbaiki posisi duduknya dan berhadapan langsung dengan alva.
"Gausah ngomong yang engga-engga"
"Aku seriuss"
"Kamu mau kita lostcontac?"
"Ya maksudku kalau seandainya gitu"
"Ga ada kata lostcontac"
"Terus kalau aku tiba-tiba ngilang gimana"
"Dheaa. Berhenti memikirkan hal-hal yang seperti itu deh. Kenapa mikirnya gitu, hm? Kamu beneran mau ngilang? Kamu mau kita asing? Aku ga ngizinin. Aku ga setuju kamu bertindak seenaknya gitu aja ya" tegas alva.
"Udah sekarang kamu tidur aja dari pada mikir yang engga-engga. Aku ga suka pembicaraan yang membuat kita bakal bertengkar seperti ini"
"Bobo sini dalam pangkuanku" ajak alva dengan menepuk pahanya agar dhea menempelkan kepalanya disana.
"Kamu juga, jangan tiba-tiba ngilang nanti. Aku suka nunggu. Jangan sampai kamu udah pergi jauh ninggalin aku tapi aku masih nungguin kamu disini" terang dhea yang tengah menempelkan kepalanya dipaha alva.
"Itu ga bakal terjadi" ucap alva menenangkan sembari mengelus kepala dhea dengan pelan.
"Udah ya jangan mikir yang aneh-aneh lagi. Aku disini, masih disini, sama kamu" lanjutnya.
Selang mereka mengobrol, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Terlihat wanita paruh baya membuka pintu tersebut. Ya, mamanya alva. Sontak dhea bangun mengangkat kepalanya dan mihat ke arah mama alva.
"Mama. Kok ga bilang mau dateng?" Tanya alva terkejut melihat kehadiran mamanya.
"Ngapain harus bilang untuk jengukin anak mama?" Jawabnya dengan nada cetus karena melihat ada dhea disamping alva.
Ya, ia masih merasa kesal atas apa yanh menimpa alva dan terlebih lagi, semuanya ia lampiaskan kepada dhea.
"Sejak kapan temenmu ada disini?" Tanya mamanya sembari melihat dhea dengan tatapan tajam.
"Beberapa jam yang lalu. Abang balik ke kantor dulu katanya ada berkas yang mau ditanda tangani. Nanti kalau kelar, baru balik lagi kesini" jawab alva.
"Ini, dhea. Wanita yang pernah ku ceritakan waktu itu dan ku ajak ke panti waktu itu" lanjutnya.
Dhea berdiri dan menolehkan tangannya berharap mamanya menerima jabatan tangan tersebut sebagai perkenalan awal mereka, tetapi harapannya kecil.
Mamanya justru mengabaikan dhea.
"Ma" ucap alva yang kecewa melihat perlakuan mamanya terhadap dhea.
"Udah gapapa" jawab dhea menghentikan alva.
"Mama kenapa gitu si"
"Dia yang buat kamu kecelakaan seperti ini. Mama ga suka" jawabnya dengan memberi dhea tatapan tajam sekali lagi.
"Ma, aku kecelakaan karena aku ga hati-hati bawa motornya. Ini ga ada hubungannya dengan dhea. Dia gatau apa-apa ma" jelasnya.
"Tapi karena dia kan kamu sampai ngebut gitu. Sampai bawa motornya ga hati-hati. Karena kamu mau ketemu sama perempuan itu"
"Ya tetep aja bukan salah dia, ma. Mama, udah berhenti bersikap kayak gitu, alva ga suka mama gini" terangnya.
Melihat anak bungsunya bicara seperti itu, mebuat hatinya akhirnya luluh.
"Terimakasih, sudah mau menjaga alva selama alvin pergi dari tadi" ucap mamanya dengan melihat dhea tetapi dengan ekspresi datar.
"Gapapa, tante. Udah seharusnya gitu" balas dhea dengan ekspresi tenang padahal dalam hatinya, ia sangat takut berhadapan dengan mamanya alva.
"Udah mukanya gausah cemberut gitu, ma" goda alva.
"Makanya kamu cepet sembuh biar bisa keluar dari sini sayang" ucapnya sembari mengecup kening anak bungsunya itu.
"Iyaa janji bakal keluar rumah sakit minggu ini. Alva juga ngerasa udah mendingan dan udah bosen banget disini" ucapnya.
"Ya kamu baru boleh keluar kalau dokter udah ngizinin. Walaupun kamu bilang gitu tapi kalau dokter belum izinin pulang, gaboleh pulang. Kesehatanmu lebih utama dulu" perintah mamanya.
"Iya mama" ucap alva sembari mengecup pundak tangan mamanya.
"Kalian satu sekolah?" Tanya mamanya dengan melihat dhea dan juga alva.
"Engga" jawab alva singkat.
"Dia seniorku" lanjutnya.
"Berarti udah kuliah?"
"Iya"
"Jurusan apa?"
"Manajemen, tante" ucap dhea.
"Wah bagus itu. Mau jadi manajer ya nanti"
"Semoga aja tante" jawab dhea terkekeh.
Raut wajah mama alva sudah membaik. Tatapannya kepada dhea kini sudah bagus. Mungkin karena ia juga sudsh ditenangkan oleh anak bungsunya itu.
Selang mereka berbincang bersama-sama, akhirnya dhea pamit pulang.
"Aku mau pulang dulu, tante. Hari udah mau gelap juga" ucap dhea pamit ingin pulang.
"Kamu hati-hati dijalan loh. Anak gadis kasian. Maaf ya dari kemarin tante nyalahin kamu atas kecelakaan yang menimpa alva. Itu karena pembawaan tante emosi. Wajar lah ya seorang ibu dan juga karena kita sama-sama wanita jadi kamu pasti paham kalau tante bertindak seperti itu sama kamu dari kemarin" ucap mamanya.
"Gapapa, tante. Aku paham kok. Yaudah kalau gitu aku pamit pulang dulu ya" ucapnya dengan melirik alva dan juga mamanya.
"Kamu diantar aja sama supir. Jangan pulang sendirian. Tunggu sebentar" cegah mama alva yang mengambil ponsel dari dalam tasnya.
"Halo, pak. Tolong antarkan teman alva pulang sekarang. Jemput dia diatas sekarang" perintahnya lalu menutup telfon tersebut.
"Kamu tunggu dulu, sebentar ada supir yang akan antar kamu pulang"
"Ga perlu tante. Aku bisa naik grab kok" ucap dhea sungkan.
"Udah gapapa tante ga ngizinin kamu pulang sendirian apalagi hari udah mau gelap seperti ini" jelasnya.
Tak berlangsung lama, sang supir datang menjemput dhea.
"Yasudah kalau gitu, terimakasih tante. Aku pamit pulang ya"
"Dhea, kabarin ya kalau udah sampai" ucap alva sebelum dhea benar-benar keluar dari kamarnya.
Dhea cuma mengangguk lalu akhirnya keluar dari ruangan tersebut.
***