Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tersesat
Langit sore mulai menghitam saat mobil hitam keluarga Alegria melaju pelan di jalan utama menuju SMA High school internasional. Pak Reno, supir pribadi yang sudah melayani keluarga Alegria sejak lama, memeriksa kaca spion berkali-kali. Sesuatu terasa janggal. Terlalu sepi. Terlalu sunyi untuk jalan biasa yang selalu padat.
Tiba-tiba, dari persimpangan, tiga mobil lain muncul dan mengepungnya dari segala arah.
“Ini jebakan…” bisik Pak Reno, matanya menyipit waspada.
Empat pria bertopeng turun dari mobil di depan. Salah satunya memegang besi panjang, yang lain membawa semacam pemotong ban. Mereka mendekat cepat.
Pak Reno buru-buru mengunci pintu dan menyalakan alarm otomatis.
Tapi sebelum ia bisa mundur, salah satu pria melempar benda keras ke kaca depan—pecah. Suara alarm meraung. Dalam hitungan detik, para penyerang memecah masuk. Pak Reno sempat meraih tongkat setrum di kursi penumpang, tapi kalah jumlah.
“mana princes Alegria?!” salah satu dari mereka berteriak.
“dia tidak ada disini!” teriak Pak Reno, napasnya berat, wajahnya mulai berdarah.
Mobil dihantam, bannya disayat, dan dalam waktu singkat, kendaraan itu tak bisa dikenali lagi. Para pria bertopeng meninggalkan tempat itu dengan kemarahan membara.
Sementara itu, beberapa kilometer dari sana, Alethea berjalan kaki di trotoar sunyi. Hoodie hitam besar menutupi tubuhnya. Topi menarik bayangan ke wajahnya. Masker menyembunyikan sebagian besar cirinya.
Ia tahu mobil itu akan diserang. Ia tahu dirinya seharusnya ada di sana. tapi dia mengubah alur nya .
Namun, ada masalah lain: dia tidak tahu jalan pulang.
Ponselnya kehilangan sinyal sejak lima menit lalu. Peta tak bisa dimuat. Dan setiap tikungan kota ini terlihat seperti duplikasi latar fiksi yang membingungkan. Bahkan toko-toko yang ia lewati memiliki nama yang hanya ada dalam cerita. Dunia ini menolaknya mengenali rute dengan mudah—seolah-olah sistemnya dirancang untuk memaksanya kembali ke alur.
"Jadi ini hukuman karena keluar dari skrip?" gumamnya, napasnya mulai cepat.
Langkah kakinya terus menyusuri jalanan kota dengan sedikit frustasi karna tak bisa menghubungi keluarga nya ,
“Mereka tahu aku tidak di mobil. Dan pasti mereka masih mencari keberadaan ku , aku tak boleh terlihat siapa pun , sepertinya aku punya kaca mata hitam , ya itu bisa merubah penampilan ku , aku tak boleh menampakan wajah ku ke mereka ”
Alethea menunduk di bawah lampu jalan , ia masih mencoba menghubungi keluarga nya tapi tiba-tiba daya ponsel nya habis dan ponsel pun mati .
" sepertinya author penulis novel ini sangat membenci alethea, kenapa dia selalu ingin Alethea celaka , dasar author kejam" Alethea terus mengumpat si pembuat novel .
***
Rumah keluarga Alegria yang biasanya penuh wibawa dan ketenangan, malam itu berubah menjadi pusat kekacauan. Alarm keamanan berbunyi berulang kali, telepon rumah berdering tanpa henti, dan langkah-langkah kaki menggema di sepanjang lorong marmer.
Di ruang tengah, Papa Bram berdiri dengan wajah tegang, menekan panggilan pada ponselnya untuk kesekian kalinya. “Masih tidak aktif! Nomor Alethea tidak bisa dihubungi!” bentaknya pada sistem komunikasi rumah.
Mama Cintya terduduk di sofa, wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca. “Pak Reno... mereka bilang dia... dia sekarat di rumah sakit. Mobilnya hancur, tapi Alethea tak ditemukan di dalam.”
Aryan membanting meja kecil di sudut ruangan. “Kenapa dia gak ada di mobil ? Dan kenapa bisa seperti ini ??"
Ares mengacak rambutnya dengan frustrasi. “Apa ini bagian dari rencana Sombra? Menjebak kita lewat Alethea?”
Sementara itu, Arvel sudah bersiap dengan jaket hitam dan pistol di pinggang. “Aku akan mencari alethea. Cek semua CCTV sekitar sekolah. Periksa lokasi terakhir Alethea. Kalau mereka menyentuh adik kita... aku pastikan itu kesalahan terakhir mereka.”
Arvel kemudian menghubungi teman-temannya untuk membantunya mencari dimana keberadaan adik nya ,
" adik ku hilang tolong segera bantu aku mencari keberadaan nya ," dia hilang ingatan tak mungkin dia mengingat jalan pulang , tolong siapa pun yang bertemu adik ku bawa dia pulang ke mansion gua ." ucap arvel pada teman-teman nya .
Brian yang mendengar berita bahwa Alethea menghilang pun membantu arvel mencari keberadaan adik teman nya itu .
***
Papa Bram menatap tajam ke seluruh ruangan, suaranya rendah tapi penuh ancaman. “Tak satu pun dari kita yang bisa istirahat malam ini sampai Alethea ditemukan. Kirim semua orang kita. Alethea bukan hanya putriku… dia Alegria. Dan tidak ada yang boleh menyentuh darah Alegria tanpa membayar mahal.”
Di sudut ruangan, Mama Cintya berbisik pelan sambil menatap foto keluarga mereka.
"Alethea sayang... kamu di mana?"
***
alethea kembali berjalan setelah lama berdiam diri di bawah lampu jalan ,
Langkah kaki Alethea melambat. Kakinya pegal, napasnya berat, dan hoodie hitam yang dipakainya mulai terasa panas dan lembap. Kota ini seperti labirin yang tak punya pintu keluar. Jalanan semakin sunyi. Lampu-lampu toko mulai padam satu per satu.
Tangannya menggenggam ponsel yang sudah mati sejak setengah jam lalu. Tak ada arah, tak ada sinyal, tak ada orang yang bisa ia percaya—atau begitulah pikirnya.
"Aku... nyasar di dunia fiksi," gumamnya lirih, mencoba menertawakan situasi, tapi suaranya justru terdengar seperti ingin menangis.
Di saat itulah, dari kejauhan, suara mesin mobil terdengar. Sebuah sedan hitam melaju pelan dari arah berlawanan, lampunya menyinari jalanan yang sepi. Alethea memalingkan wajah, berharap mobil itu hanya lewat.
Tapi mobil itu berhenti. Perlahan, jendela turun.
"Baju hitam, topi, masker. Kamu pikir itu cukup untuk nyamar, huh?"
Suara itu—tenang, dingin, tapi terasa familiar.
Alethea menoleh.
Briyan Alexander.
Ia menatapnya dari balik kemudi, wajahnya netral, tapi matanya penuh pertanyaan.
"Masuk," katanya singkat.
Alethea ragu. “Kamu ngapain di sini?”
“Cari udara segar,” jawab Briyan sambil mengangkat alis. “Dan nemuin murid baru yang jalan sendirian malam-malam dengan hoodie macam penjahat. Sekarang masuk, sebelum ada yang beneran berniat jahat.”
Alethea akhirnya membuka pintu dan duduk di kursi penumpang. Mobil kembali melaju, tenang, menyusuri kota.
"Orang tuamu pasti panik," ucap Briyan, memecah keheningan.
"Aku juga panik," jawab Alethea pelan.
Briyan meliriknya. "Kamu gak tau jalan pulang?"
Alethea menggeleng, lalu tersenyum pahit. "Lucu, ya? Tinggal di mansion mewah tapi gak tau alamatnya."
Briyan menghela napas. “Kamu lebih aneh dari yang kupikir.”
"Terima kasih," kata Alethea ketus, tapi ada nada geli di suaranya.
Setelah beberapa menit, Briyan akhirnya bertanya dengan serius, “kenapa kamu bisa berjalan sendiri di jalanan "
Alethea menatap lurus ke depan. " aku ga ikut mobil yang menjemput ku karna aku merasa kan firasat tak enak"
Briyan menoleh ke arah Alethea yang terlihat lelah dan menghela nafas. tak ada percakapan lagi di antara mereka berdua .
tak lama Alethea pun tertidur pulas di mobil Bryan , Bryan yang melihat alethea tertidur tersenyum tipis " ternyata kamu bisa seimut ini kalau tidur" .
Mobil pun terus melaju menyusuri kota yang masih terlihat ramai dan tak lama kemudian mobil pun berhenti di sebuah apartemen mewah , Bryan turun dan menggendong Alethea yang masih tertidur , Bryan tak mengantar kan Alethea pulang tapi membawanya ke apartemen Bryan .
bryan menggendong Alethea menyusuri lorong-lorong apartemen, dan sampai di apartemen milik nya Bryan pun membuka pintu dan langsung menuju kamar nya , ia meletakkan Alethea dengan perlahan di tempat tidur , dia melihat begitu lucu nya Alethea tidur yang mengemut ibu jari nya ,
Brian tersenyum melihat alethea yang tidur " kau sungguh menggemaskan di saat tidur"
Tpi saya mw sedikit berkomentar, saya membaca novel kk karna tertarik membaca sinopsisnya.
Tapi menurut saya, percakapan ringannya terlalu banyak, membuat pembaca cepat bosan. Coba kakak kurangi percakapan2nya, tpi lebih menggambarkannya aja dan alur konfliknya buat lebih dalam kata2nya.
Terus penggambaran tokohnya agak kurang menjalankan perannya. seperti papa bram( kaya, hebat, punya banyak pengawal) tpi knapa anaknya kurang terjaga, gk ada pengawal yg memantauan dari dekat/jauh.
Arvel ( berjanji mau jaga adeknya di sekolah) tpi gk tw adek tersesat, pergi menyelatkan Aliando.
Gitu aja sih thor, semoga kedepannya lebih bagus, dan mohon jangan tersinggung dengan komentar saya.😊