NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 31

"Mas, kamu melamun?" tegur Nafisa saat menemani Amar makan siang. Tidak seperti biasanya selalu ada Budi yang ikut serta, maka kali ini tidak. Budi justru sedang ikut kepala tim perencanaan menemui klien.

"Ah, tidak. Aku tidak sedang melamun," kilah Amar sambil tersenyum tipis. Ia tetap berusaha biasa saja dengan Nafisa. Ia tak ingin membuat Nafisa menyadari kecurigaannya pada perempuan itu.

Sebenarnya memang tadi Amar sedang melamun. Selama Aliyah sakit, ia kerap makan siang di samping istrinya. Ia kerap makan sambil bercerita tentang apa saja. Berharap sang istri dapat mendengarkannya. Menurut dokter, pasien yang koma kadang kala bisa mendengar dan merasakan apa yang ada disekitar mereka. Namun mereka tak dapat merespon. Oleh sebab itu, Amar berharap dengan seringnya ia mengajak Aliyah bercerita dapat merangsang kesadaran. Kebiasaan barunya itu ternyata membuatnya selalu kepikiran Aliyah. Andaikan jarak rumah sakit dan kantornya dekat, mungkin Amar akan memilih menghabiskan makan siang di rumah sakit. Menemani istrinya yang sedang tertidur lelap.

Ya, Amar menganggap Aliyah sedang tertidur lelap. Mungkin istrinya itu sudah begitu lelah karena telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mengurus keluarga kecil mereka.

"Mas Amar kenapa sih? Kenapa akhir-akhir ini berubah? Udah nggak perhatian lagi seperti biasa. Padahal kita udah beberapa hari nggak ketemu, emangnya Mas nggak kangen?" rajuk Nafisa dengan suara mendayu-dayu.

Bila dulu Amar akan sangat senang sekali mendengar suara itu, maka sekarang tidak lagi. Yang ada justru ia muak. Sebaliknya, ia begitu merindukan suara lembut istrinya yang tidak dibuat-buat. Meskipun terkadang terdengar tegas, tetap saja bagi Amar suara Aliyah bagaikan simfoni yang begitu indah. Menenangkan dan menyenangkan.

Tiba-tiba saja mata Amar memerah dan berkaca-kaca. Amar memalingkan wajahnya agar Nafisa tidak melihat sehingga menimbulkan salah tanggap. Yang ada perempuan itu akan makin besar kepala, merasa dirinya begitu merasa bersalah padanya.

"Eh, itu ada pak Tommy," seru salah seorang di sana membuat atensi semua orang teralih pada direktur operasional perusahaan itu.

Begitu pula Nafisa. Ia langsung merapikan rambutnya dan bersikap semanis mungkin. Amar benar-benar muak melihat tingkah lakunya. Tapi ada untungnya juga pak Tommy datang sehingga ia tidak perlu merespon kata-kata Nafisa tadi.

"Selamat siang, pak Tommy," ucap Nafisa tersenyum semanis mungkin saat direktur operasional perusahaan mereka lewat di depan mejanya.

"Selamat siang, pak Tommy," ucap Amar juga.

Pak Tommy melirik keduanya kemudian mengangguk. Setelahnya, ia dan sekretarisnya pun segera berlalu duduk di meja yang tak jauh dari meja mereka.

Menjelang sore, Budi baru saja kembali ke kantor. Ia menghempaskan bokongnya ke kursinya dengan wajah ditekuk masam. Diam-diam Amar tersenyum kecil. Ia yakin sebentar lagi Budi akan dipanggil ke kantor pak Tommy. Dan benar saja, beberapa menit setelahnya, Budi pun segera dipanggil menghadap ke meja pak Tommy.

Brakkk ...

"Apa-apaan ini, Budi? Bagaimana bisa kau membuat proposal dengan anggaran asal-asalan seperti ini? Kau benar-benar telah mempermalukan perusahaan ini, kau tahu!" pekik pak Tommy sambil menghempaskan map berisi lembaran-lembaran proposal kerja sama yang akan mereka tawarkan dengan calon perusahaan rekanan mereka.

Budi menunduk lesu. Wajahnya terlihat merah padam. Ia pikir pekerjaannya akan lancar-lancar saja seperti kemarin-kemarin. Tapi tidak dinyana, justru pekerjaannya hari ini benar-benar kacau.

"Maaf, Pak. Tapi proposal itu bukan buatan saya," ujar Budi berusaha menyelamatkan dirinya sendiri.

"Apa maksud kamu? Bukankah aku memintamu yang membuatnya. Bahkan kamu sendiri yang menyanggupinya karena kau bilang Amar tidak bisa menyelesaikannya. Lalu bagaimana bisa kau mengatakan kalau ini bukan buatan kamu, hah? Kamu mau menghindari hukuman dari saya?" sentak pak Tommy kesal.

"Tapi memang kenyataannya begitu, Pak. Saya memang sudah menyanggupinya, tapi tiba-tiba Pak Amar marah. Ia tidak suka kalau saya mengambil alih pekerjaannya. Jadi ia membuat sendiri proposal itu. Setelahnya, saya pikir proposal itu akan ia sampaikan sendiri ke hadapan klien, tapi tiba-tiba ia justru meminta saya menggantikan tugasnya. Ia belum bisa berkonsentrasi dalam menyampaikan presentasi. Saya yang berpikir tidak masalah pun lantas menerimanya begitu saja. Saya tidak menyangka kalau pak Amar justru akan membuat proposal asal-asalan. Sepertinya ia berniat untuk memojokkan saya karena saya sudah beberapa kali mengambil alih pekerjaannya," ujar Budi mencoba berkelit dan mencari kambing hitam.

Padahal Budi membuat sendiri proposal itu. Sebenarnya Budi hendak mencuri file Amar lagi seperti sebelumnya, tapi entah kenapa tiba-tiba komputer Amar dikunci. Alhasil ia tidak bisa mengakses komputer Amar sesuka hati seperti biasanya. Padahal ia harap Amar pun membuat proposal serupa agar bisa ia ambil alih seperti beberapa waktu ini.

"Benar apa yang kau katakan?" tanya Pak Tommy memastikan.

Dengan tanpa rasa bersalah, Budi pun mengangguk cepat.

Brakkk ...

Pak Tommy menggebrak meja kerjanya keras membuat karyawan di luar sampai kasak-kusuk mendengarnya.

"Rita, cepat panggil Amar ke mari!" titahnya pada sekretarisnya.

Rita pun segera melakukan perintah sang bos setelah panggilan itu ditutup.

Tak lama kemudian Amar pun masuk dalam ruangan setelah dipersilakan.

Tampak ekspresi penuh kekesalan di wajah pak Tommy. Sementara itu, Budi tampak menundukkan wajahnya. Amar memang sudah curiga, ia pasti akan segera dipanggil setelah Budi masuk ke dalam ruangan Pak Tommy

"Jelaskan, apa maksud kamu menyuruh Budi menyampaikan proposal gila itu, hah? Kau ingin mempermalukan perusahaan ini, hah?" bentak pak Tommy tanpa mau meminta penjelasan Amar terlebih dahulu.

Amar sudah memprediksi hal ini akan terjadi. Jadi ia pun telah bersiap untuk memberikan jawaban sejujurnya.

"Proposal gila? Apa maksud Anda? Saya tidak pernah meminta Budi untuk melakukan apa-apa termasuk menggantikannya melakukan presentasi proposal."

"Amar, aku tahu kau kecewa karena beberapa kali tidak diajak dalam rapat dengan klien, tapi bagaimanapun kau tidak boleh menjebakku seperti ini. Ini sama saja kau mempermalukan perusahaan," ucap Budi tiba-tiba.

Sungguh mata Amar membulat tak percaya. Ia tidak menyangka kalau rekan kerja yang sudah ia anggap seperti sahabat sendiri justru hendak mengkambinghitamkan dirinya atas kesalahannya sendiri.

Amar tersenyum sinis, "aku tidak menyangka akhirnya kau menunjukkan wajah aslimu juga, Budi."

"Apa maksudmu?" tanya Budi seolah-olah tidak paham maksud Amar.

"Sekarang katakan dengan jujur pada Pak Tommy kalau aku tidak ikut campur sama sekali dengan urusanmu. Bahkan aku tidak tahu menahu mengenai apa yang kau lakukan. Bukankah kau sendiri yang membuat proposal itu, kenapa sekarang tiba-tiba kau mengatakan kalau akulah yang membuatnya? Kau ingin menjebakku?"

"Tidak. Kenapa aku ingin menjebak mu? Untuk apa? Aku hanya mengatakan yang sesungguhnya," kelit Budi lagi.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Mirani Rani
Lumayan
Mirani Rani
Luar biasa
Husnul Khalifah
baru baca pala udah puyeng apalagi kalo ada di posisi aliyah
Yovita Vita
gak seru,polisinya polisi india
Yovita Vita
pasti si penjahat budi
Yovita Vita
ayahnya amar yg datang
Yovita Vita
budibyg mukul amar
Yovita Vita
dasat nafisa sundal
Yovita Vita
aliyah😭😭😭
Yovita Vita
alaram yg berbunyi di ponsel aliyah
Yovita Vita
amar dn fisa kakak beradik
Yovita Vita
baru tau rasa,amar laki brengsrk
Vivi Abdi Aza
Luar biasa
Vivi Abdi Aza
Lumayan
Yovita Vita
gk tega q,Ikutan 😭😭
CikCintania
perkara paling menakutkn di dunia kehilangan org paling d sayang.. 😭😭
CikCintania
lah kenapa xpenjarakn saja.. nanti d luar makin teruk pula🤭🤭
CikCintania
Ayok adik beradik kali🤭🤭
Yovita Vita
batu baca bab 1 udh mancing emosi
CikCintania
Didikn Bundanya sdh betul anaknya sendiri yg maw jadi setan ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!