NovelToon NovelToon
Rempah Sang Waktu

Rempah Sang Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Cinta Istana/Kuno / Reinkarnasi / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author:

Seorang Food Vlogger modern yang cerewet dan gila pedas, Kirana, tiba-tiba terlempar ke era kerajaan kuno setelah menyentuh lesung batu di sebuah museum. Di sana, ia harus bertahan hidup dengan menjadi juru masak istana, memperkenalkan cita rasa modern, sambil menghindari hukuman mati dari Panglima Perang yang dingin, Raden Arya.

Season 2 : 08. Jempol Jahat dan Mimpi Buruk

Pagi itu, Kirana terbangun bukan karena alarm, melainkan karena getaran ponselnya yang tak henti-henti. Ponsel itu bergetar begitu kencang di atas meja nakas hingga nyaris jatuh.

Dengan mata setengah terpejam, Kirana meraba ponselnya.

“Siapa sih? Pagi-pagi spam…”

Ia menyalakan layar.

Mata Kirana melebar seketika. Rasa kantuknya hilang, digantikan oleh dingin yang merayap dari ujung kaki ke ubun-ubun.

99+ Panggilan Tak Terjawab.

999+ Pesan WhatsApp

Notifikasi Instagram meledak.

Kirana membuka instagram dengan tangan gemetar. Kolom komentar di postingan video masaknya yang terakhir—video Resep Sambal Matah—banjir caci maki.

“Dasar cewek gatel! Modal tampang doang!”

“Oh ini yang namanya Kirana? Yang berani ganggu hubungan Bu Dyandra sama Pak Arya?”

“Sadar diri woy! Lo cuma remah rengginang, jangan mimpi saingan sama berlian!”

“Report akunnya guys! Pelakor!”

Jantung Kirana berdegup kencang, sakit sekali. Apa-apaan ini?

Ia membuka tab explore. Di sana, sebuah akun gosip anonim dengan jutaan pengikut memposting sebuah foto.

Foto itu diambil kemarin siang di proyek Kota Tua. Foto Kirana sedang berdiri di balkon, dengan angle yang membuatnya terlihat seolah-olah sedang memohon atau mengemis pada Arya yang berdiri memunggunginya. Dyandra juga ada di foto itu, terlihat elegan dan ‘tersakiti’.

Caption : “Eksklusif! Seorang Content Creator masakan ‘kampung’ terciduk menyusup ke proyek miliaran demi menggoda Arsitek Sultan, AB. Padahal AB sudah bertunangan dengan seorang Putri dari Pengusaha Properti, D. Duh, Mbak…mau pansos jangan gini amat ya!”

Kirana melempar ponselnya ke kasur seolah benda itu bara api.

“Bohong…” desis Kirana, napasnya memburu. “Ini semua bohong.!”

Dyandra tidak main-main. Dia tidak menyerang fisik. Dia membunuh karakter Kirana lewat media sosial, di depan jutaan orang. Dia memutarbalikkan fakta: Kirana yang diundang, menjadi Kirana yang menyusup. Arya yang ramah, menjadi Arya yang risih akan kehadirannya.

Air mata Kirana tumpah. Ia mendekap lututnya di atas kasur. Di masa lalu, ia hanya perlu menghadapi satu Dyah Ayu. Di masa kini, ia harus menghadapi jutaan ‘hakim’ tak berwajah yang siap merajamnya dengan kata-kata.

Sementara itu, di Singapura.

Arya terbangun dengan sentakan keras.

“Hah…Hah…”

Ia duduk tegak di ranjang hotelnya yang mewah. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Jam digital menunjukkan pukul 04.00 pagi.

Mimpi itu lagi. Tapi kali ini jau lebih jelas.

Dalam mimpinya, ia melihat seorang wanita berbaju hijau—wajahnya mirip Dyandra tapi lebih kejam—sedang menuangkan cairan hitam ke dalam sumur desa. Orang-orang minum dari sumur itu, lalu jatuh sakit dan mati.

Dan di tengah kekacauan itu, Arya melihat dirinya sendiri. Ia memegang keris, menunjuk wanita berbaju hijau itu.

“Kau meracuni tanahku, Dyah Ayu!” Teriak Arya dalam mimpi itu.

Wanita itu tertawa melengking. “Aku tidak meracuni tanah, Panglima. Aku hanya membersihkan hama dari yang kau cintai.”

Arya memegang kepalanya yang pening. Nama itu…Dyah Ayu.

Kenapa nama itu terasa begitu familiar? Dan kenapa wajah wanita iblis di mimpinya itu begitu mirip dengan Dyandra, tunangan tidak resminya di dunia nyata?

Arya meraih ponselnya untuk mengecek jam. Namun, matanya tertuju pada notifikasi berita yang muncul di layar utamanya.

“Skandal Cinta Segitiga Arsitek Muda: Akun Medsos ‘K’ Diserang Netizen.”

Alis Arya bertaut. Ia membuka berita itu. Ia melihat foto dirinya dan Kirana di proyek kemarin.

Wajah Arya mengeras. Rahangnya menegang.

“Sialan,” umpat Arya.

Ini bukan kerjaan wartawan iseng. Ini angle kamera CCTV yang ada di lokasi proyek atau foto yang diam-diam diambil orang dalam. Dan narasinya…narasi ini terlalu rapi. Terlalu terstruktur untuk sekedar gosip murahan.

Arya tahu siapa pelakunya.

Pintu kamar hotelnya diketuk pelan.

“Arya? Kamu udah bangun?” Suara lembut Dyandra terdengar dari luar.

Arya berjalan menuju pintu, membukanya dengan kasar.

Dyandra berdiri di sana, sudah rapi dengan gaun pagi dan wajah penuh keprihatinan yang palsu.

“Ya ampun, Ar. Kamu udah liat berita?” Dyandra langsung nyerocos, masuk ke kamar Arya tanpa izin. “Gila banget ya perempuan itu? Ternyata dia cuma manfaatin kamu buat naikin followers. Sekarang lihat akibatnya, nama kamu jadi jelek karena terbawa-bawa berita itu.”

Arya menatap Dyandra dingin. Sangat dingin.

“Kamu yang menyebarkan foto itu, kan,?” Tanya Arya datar.

Dyandra tertegun sejenak. Akting kagetnya nyaris sempurna. “Maksud kamu apa? Kok kamu nuduh aku? Aku ini korban, Arya! Orang-orang taunya kita pasangan, terus ada cewek kampung masuk, aku malu!”

“Jangan pura-pura, Dyan,!” Arya melangkah maju, membuat Dyandra mundur selangkah karena terintimidasi aura ‘Panglima’ yang keluar dari tubuh Arya.

“Foto itu diambil dari sudut tempat asistenmu berdiri kemarin. Dan narasi ‘pertunangan’ itu…cuma kamu yang terobsesi menyebarkannya,” desis Arya.

“Aku cuma melindungi reputasi kamu!” Bentak Dyandra, topeng manis yang diperlihatkannya retak sedikit. “Kamu arsitek terkenal! Kamu nggak pantes dikaitin sama tukang masak kayak dia! Aku bersihin nama kamu biar investor tidak ragu!”

“Dengan cara menghancurkan hidup orang lain?”

Arya mengambil jasnya dari gantungan.

“Aku mau balik ke Jakarta sekarang.”

Mata Dyandra membelalak. “Kamu gila?! Nanti siang kita signing kontrak sama investor! Kalau kamu pergi, kontrak ini batal! Perusahaan kamu bisa bangkrut, Arya!”

Arya berhenti di ambang pintu. Ia menoleh, menatap Dyandra dengan tatapan yang membuat nyali wanita itu ciut.

“Silakan batalkan kontraknya. Saya bisa cari uang dari proyek lain,” ucap Arya tenang namun mematikan. “Tapi saya tidak akan membiarkan wanita yang tidak bersalah dihancurkan cuma karena egomu terluka.”

“Arya! Kalau kamu pergi, aku pastikan karier wanita itu tamat selamanya!” Ancam Dyandra histeris.

Arya tidak menjawab. Ia membanting pintu kamar hotel, meninggalkan Dyandra yang berteriak frustasi.

Jakarta. Lobi Apartemen Kirana.

Kirana duduk di pojok lobi, memakai topi dan masker. Ia takut naik ke unitnya karena ada beberapa orang asing (mungkin wartawan atau hater) yang berkeliaran di depan gedung.

Ponselnya terus bergetar. Ia ingin mematikannya, tapi takut ada kabar penting.

Sebuah tangan menyentuh bahunya. Kirana tersentak kaget, nyaris memukul orang itu dengan tasnya.

“Hei, ini saya, Dimas,” suara tenang itu terdengar.

Kirana mendongak. Dimas berdiri disana, membawa dua gelas kopi dan kantong plastik minimarket.

“Mas Dimas…” Kirana menghela napas lega, bahunya merosot lemas.

Dimas duduk disebelahnya, memberikan kopi. “Jangan buka sosmed dulu. Sampah semua isinya.”

“Gimana bisa nggak buka, Mas? Notifnya masuk terus,” suara Kirana serak menahan tangis. “Mereka bilang aku pelakor. Padahal pegangan tangan sama Arya aja belum pernah.”

“Itu cara main Dyandra,” kata Dimas serius sambil membetulkan kacamatanya. “Dia itu ‘Ratu Semut’. Dia nggak gigit sendiri, dia nyuruh pasukannya. Polanya selalu sama; Isolasi target, hancurkan mental, bikin target nyerah.”

“Terus aku harus gimana? Nyerah?”

“Jangan,” Dimas menatap Kirana tajam. “Kalau kamu nyerah, sejarah ulang lagi. Dulu Dyah Ayu menang karena berhasil bikin semua orang takut. Kali ini, kita punya senjata yang nggak dia punya.”

“Apa?”

“Kebenaran. Dan…Arya yang mulai sadar.”

Ponsel Kirana berbunyi lagi. Kali ini bukan notifikasi instagram. Itu panggilan telepon.

Layar ponsel menyala menampilkan nama; Arya Baskara.

Kirana menatap layar itu ragu. “Mas Dimas…ini Arya.”

“Angkat,” perintah Dimas. “Dia butuh denger suara kamu. Dan kamu butuh denger kalau dia nggak percaya sama gosip itu.”

Kirana menggeser tombol hijau dengan tangan gemetar. Ia menempelkan ponsel ke telinga.

“Halo?”

Di seberang sana, terdengar suara deru napas Arya yang terburu-buru dan suara pengumuman bandara yang samar-samar.

“Kirana,” suara Arya terdengar tegas, namun ada nada kekhawatiran yang sangat dalam. “Dengerin saya. Jangan baca komentar. Jangan keluar rumah. Jangan percaya apapun yang kamu baca di internet.”

Air mata Kirana menetes. Suara itu…suara pelindungnya.

“Kamu di mana, Ar?” Tanya Kirana lirih.

“Saya di Changi. Saya pulang sekarang. Tunggu saya,” kata Arya. “Saya nggak akan biarin sejarah sialan di mimpi saya itu kejadian lagi. Dyandra salah pilih lawan.”

Klik. Sambungan terputus.

Kirana menurunkan ponselnya. Ia menatap Dimas yang tersenyum tipis

“Tuh kan,” kata Dimas. “Panglimanya udah bangun. Perang baru aja dimulai, Mbak Kirana. Dan kali ini, posisinya seimbang.”

Kirana menghapus air matanya. Cincin di balik bajunya terasa hangat, seolah memberikan kekuatan.

“Oke,” gumam Kirana. Matanya yang tadi redup kini menyala kembali. “Lo mau main kasar, Dyan? Ayo. Gue ladenin. Gue punya netizen, lo punya buzzer. Tapi gue punya satu hal yang lo nggak punya: Gue megang hati Arya.”

1
Roro
yeee ketemu lagi arya sama kirana
Roro
keren sumpah
NP
Makasih banyak ya kak 🥰🔥
Roro
wahhh ternyata nanti berjodoh di masa depan 😍😍😍
NP: 🤣🤣 tadinya mau stay di masa lampau kirana nya galau 🤭
total 1 replies
Gedang Raja
tambah semangat lagi ya Thor hehehe semangat semangat semangat
Roro
akan kah kirana tinggal
Roro
ayo thor aky tungu update nya
Roro
gimana yah jadinya, apa kita akan bakal pulang atau bertahan di era masa lalu.
NP: Hayoo tebak, kira kira Kirana pilih tinggal di masa lalu atau masa depan?
total 1 replies
Roro
Arya so sweet
Roro
panglima dingin.. mancair yah
NP
Ditunggu ya kak hehehe.. makasih udah suka cerita nya😍
Roro
aku suka banget ceritanya nya Thor, aku tunggu lanjutan nya
Roro
lanjut thor
Roro
kok aku suka yah sama karakter Kirana ini
Roro
ahhhsetuju Kirana
Roro
bagus ceritanya aku suka
Roro
keren thor
Roro
keren jadi semngat aku bacanya, kayak nya tertular semangat nya Kirana deh
NP: Makasih banyak kak Roro😍🙏
total 1 replies
Roro
fix Kirana berada di abad ke 14
Roro
jangan jangan Kirana sampai ke abad 14
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!