Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ambil Kesempatan
Bab. 31
"Tumben lo telat kayak gini?" tanya Dimas dan di angguki okeh Johan.
Ghani hanya mengangguk samar. Pria itu menatap ke arah motornya yang sudah siap.
"Nggak ada kendala?" tanya Ghani yang justru melempar pertanyaan lain.
"Aman," jawab Johan. "Udah gue coba juga tadi. Nggak ada masalah sama sekali." tambahnya lagi.
"Mana mereka?" tanya Ghani yang belum melihat kedatangan lawan mainnya.
Sementara Dimas melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Lalu pria itu mengedarkan pandangannya.
"Mungkin sepuluh menit lagi juga datang."
"Segera hubungi mereka suruh cepet datang. Gue nggak punya banyak waktu nungguin mereka," ujar Ghani dengan nada datar.
Pria itu memang tampak kurang nyaman sedari tiba. Membuat Johan mengernyitkan keningnya. Tidak seperti biasanya Ghani seperti ini.
"Ada acara lagi?" tanya Johan yang pada akhirnya tidak bisa membiarkan rasa penasarannya semakin menumpuk.
Ghani meliriknya sekilas. Lalu mengangguk samar.
"Sama Musi?" kali ini bukan Johan yang bertanya. Melainkan Dimas dengan wajah jengahnya.
Bukan karena apa, sebenarnya mereka sangat ingin sekali mengatakan yang sebenarnya. Akan tetapi masih mempertimbangkan lagi. Sebab, belum ada bukti yang kuat.
"Bukan. Keluarga gue," jawab Ghani.
Baru mereka akan bertanya lagi, rombongan lawan Ghani tampak baru tiba. Mereka pun langsung bersiap dan tidak membuang waktu lagi.
***
Jarum jam menunjuk ke arah duabelas. Tampak seorang gadis menggeliat di atas kasur. Membuka selimut yang mulai terasa panas menurutnya.
Perlahan, gadis itu mengerjakan pelan matanya. Lalu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar dengan perasaan yang asing.
"Gue di mana?" gumam gadis itu yang tidak mengenali ruangan tempat dirinya berada sekarang ini.
Gadis yang tak lain ialah Rinda, dengan segera mencoba untuk duduk. Kepalanya masih terasa berdenyut nyeri. Mungkin, karena kebanyakan tidur sedari sore.
Rinda merasa sedikit asing dengan ruangan ini. Membuat gadis itu merasa agak takut. Di tambah lagi samar-samar dia mendengar suara gemercik air dari arah kanannya.
Takut, seketika Rinda melihat ke arah tubuhnya yang ternyata masih berpakaian lengkap.
Tidak berselang lama, keluarlah sosok pria dari arah pintu yang terletak di sisi kanan ruangan kamar tersebut. Membuat Rinda hampir saja terjingkat kaget kalau saja tidak segera menatap ke arah sosok tersebut.
"Kak Ghani?" gumam Rinda.
Rinda mengucek matanya lagi. Barang kali penglihatannya sedang dalam masalah. Namun, yang ada di hadapannya tersebut tidak berubah. Tetap sosok pria yang tengah memakai handuk di pinggangnya dengan bertelanjang dada. Sontak, Rinda langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Ngapain Kak Ghani kayak gitu?" tanya Rinda dengan nada panik.
Sementara Ghani mengangkat alisnya. Menatap aneh ke arah gadis yang saya ini tengah membuang muka darinya.
"Suka-suka gue. Di kamar gue sendiri," sahut Ghani kemudian.
Pria itu membuka lemari dan mengambil salah satu baju di sana. Bukannya berpindah tempat, Ghani justru memilih untuk berganti di sana juga.
"Tapi kan nggak gini juga!" protes Rinda.
Tidak ingin matanya ternoda, Rinda berusaha untuk bangkit dari tempat nya. Meskipun kepalanya masih terasa pusing, gadis itu tetap memaksa dirinya untuk bangkit dan pergi dari sana. Kenapa juga ia bisa ada di sini? Sejak kapan? Itulah pertanyaan yang bersarang di hatinya sekarang.
Namun, entah ini rejeki atau kesialan Rinda, gadis itu kehilangan keseimbangan dirinya di kala akan melangkahkan kakinya.
Ghani yang kebetulan membalikkan badan pun dengan cepat meraih tangan Rinda, di saat gadis itu hampir saja terjatuh ke samping. Menarik ke arahnya.
"Lo itu masih demam. Nggak usah makai acara mau kabur segala!" sentak Ghani dengan nada tertahan.
Rinda yang masih merasakan sakit di kepalanya, berusaha mendongak dan menatap ke arah Ghani. Lalu mendorong dada bidang milik suaminya. Namun, tidak mendapat respon.
"Nggak usah ambil-ambil kesempatan deh, Kak! Lepasin gue!"
Rinda tetap terus menolak di peluk Ghani seperti ini.
Maaf ya, Ayang. Semalam Yuta ada tamu. Jadi nggak bisa kasih bonus. hehe