Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KREATOR EMBER
Ayuna memejamkan mata, mengacak rambut hitam panjangnya, menarik nafas berat lalu membuangnya, setiap langkah saat keluar rumah sakit ia meyakinkan diri bahwa ini hanya mimpi. Ayuna sempat menepuk pipinya, dan ini semua memang nyata.
Berjalan hingga parkiran ia terus membuang nafas sembari mengusap air matanya, begitu di atas motor, tangannya gemetar. Ia tak kuasa menopang tubuhnya. Kepala ia letakkan di spedometer beralaskan tangannya, ia menangis penuh pilu hingga pundaknya pun naik turun, sekali lagi berpisah dengan orang yang ia sayangi.
"Apa yang akan aku dapat kan ya Allah, hingga satu per satu orang yang kusayangi hilang dalam hidupku? Apakah kali ini aku kuat ya Allah?" Ayuna mengutarakan beban hatinya dengan tangis tertahan, ia bicara selama perjalanan pulang ke kos. Saat ini ia sudah tidak memiliki tempat cerita, melepaskan kegundahan hati lebih baik ngomong sendiri ke Allah, tak peduli di jalan di dengar ataupun dilihat orang seperti orang gila, terserah. Ayuna masih bisa mengendarai motor saja sudah hebat.
Sampai kos, langsung merebahkan diri di kasur tanpa mencuci kaki terlebih dulu. Ia menutup mata dengan lengannya, masih menangis dan semakin sesak di dada.
"Mbak?" sapa Tya, masuk kamar Ayuna begitu saja. Kaget karena pintu kamar terbuka, seingatnya tadi sudah ia kunci, ternyata Ayuna sudah datang.
"Eh iya, Ty?" jawab Ayuna langsung bangun dan mengusap air matanya. "Ada apa?" tanyanya dengan suara parau.
"Mbak nangis?" tanya Tya yang sengaja menyalakan lampu kamar Ayuna, sudah mulai petang, kok main gelap-gelapan. "Mbak?"
Wajahnya sembap, mata Ayuna merah, namun ia tetap tersenyum, "Kelihatan banget ya habis nangis?" tanyanya sambil meringis.
Tya mendekat, menepuk pundak Ayuna. "Pasti bukan urusan omzet penjualan, dagangan mbak laris kok, untungnya banyak. Iya kan?"
Ayuna mengangguk, dan mengelap air mata yang masih saja turun dengan tisu. "Urusan cinta ya, Mbak?" Tya emang celometan, kadang suka tak tahu kondisi sekitar. Ditanya begitu, Ayuna auto mewek lagi.
"Loh loh loh, kok tambah nangis sih!" Tya pun memeluk Ayuna.
"Gue punya salah apa sih, Ty. Sampai gue berada di titik ini. Orang tua gak ada tahun lalu, tahun ini gue ditinggalin cowok gue. Sengsara banget hidup gue Ty!" ucapnya pilu, sesenggukan sampai suaranya tercekat.
Tya hanya bisa mendengarkan, dirinya belum punya banyak pengalaman, meski dari keluarga biasa saja, sampai saat ini hidupnya lempeng, tidak ada masalah berarti, jadi tidak bisa memberi nasehat dan memilih menjadi pendengar.
"Sabar, Mbak!" ucap Tya sambil mengelus punggung Ayuna.
"Padahal gue juga gak aneh-aneh kenapa harus hidup sendiri gini sih!" ucapnya masih penuh tangis. Boleh kan sebagai manusia sehari aja mengeluh capek? Bolehkan sebagai manusia sehari aja protes sama Maha Hidup akan terjalnya jalan hidup? Boleh kan?
"Badai pasti berlalu, Mbak!" ucap Tya sebisanya.
"Sejak kecil gue hidup bahagia. Ayah dan ibu sangat perhatian sama gue, Ty. Segala macam keinginan gue selalu diberikan yang terbaik sama mereka. Apa mungkin semua kebahagian selesai saat gue masih kecil dulu, lalu saat dewasa gue tinggal sengsaranya doang?" protes Ayuna lagi.
Tya menggeleng, "Mbak gak boleh ngomong gitu, Mbak. Ucapan itu doa loh!"
"Gue capek, gue capek banget hidup kayak gini, Ty!"
"Mbak, jangan putus asa gitu. Yakin deh mbak habis ini bahagia. Mbak uangnya banyak, mbak udah jadi bos di usia muda, belum tentu perempuan lain bisa seperti Mbak loh. Begitu pun dengan aku."
"Uang banyak buat apa sih, Ty. Kalau orang yang kita sayangi udah gak ada. Cinta pertama gue, ayah juga gak ada. Sandaran hidup gue, ibu juga gak ada, bahkan kekasih hati gue pun memilih putus sama gue, lalu gue harus tetap berdiri begitu?"
"Harus, Mbak. Mbak harus hidup, kuat, sabar, siapa tahu pengalaman hidup Mbak ini menjadi cerminan buat aku, buat teman Mbak yang lain, bahwa kita tidak boleh menaruh harapan besar, menaruh cinta yang besar selain pada Allah."
"Tya!" rengek Ayuna sembari memeluk adik kosnya itu, apa yang diucapkan Tya memang benar, tapi butuh hati yang lapang untuk menerima semua ini.
"Kehilangan orang yang kita sayangi bukan berati masa depan kita hilang, Mbak!" ucap Tya mendadak jadi penasehat ulung.
"Sekarang Mbak mandi ya, aku belikan makan di luar. Nangis juga butuh tenaga loh!"
"Tya!" rengek Ayuna lagi, yakin deh kalimat itu buat menghibur Ayuna untuk tetap tersenyum.
Sepeninggal Tya, Ayuna melihat kamar kecil kosnya. Melihat deretan produk skincare tertata rapi, di kamar kecil ini ia tata sedemikian rupa agar ada spot aesthetic untuk live jualan, dan di kamar ini pula ia merintis menjadi bos kecil dengan usahanya sendiri. Patut disyukuri tentunya, Ayuna tidak butuh waktu tahunan diberikan kesempatan meraih omzet dua digit dari jualan skincare ini. Memang manusia tidak ada yang sempurna, di satu sisi hati tercabik perih, di sisi lain ada uang yang terus bertumbuh.
"Allahu Akbar," ucap Ayuna berat.
Rasanya badan Ayuna seperti tanpa tulang, terlalu lemah menapak, harapan bahagia bersama Rajendra pupus. Saat memejamkan mata sembari mengguyur kepala dengan air, senyum Rajendra sangat nyata. Kata romantis dan perlakuan sayang masih terasa nyata, tubuh Ayuna tumbang sekali lagi. Lantai kamar mandi saksi bisu betapa ringkihnya Ayuna saat ini.
Beruntung Tya masuk ke kamar Ayuna secepatnya, mengajak gadis itu untuk segera menyudahi kegiatan di kamar mandi, ia menggedor karena Ayuna hanya menyahut sebentar. Bahkan Tya mengancam akan memanggil Bu Kos buat mendobrak pintu bila Ayuna tak segera keluar.
Tya benar-benar mendampingi Ayuna, menemani Ayuna sembahyang dan makan, setiap kali Ayuna berhenti menyendok, Tya akan bilang "Makan, Mbak, nanti sakit."
Ayuna menurut saja, kepalanya sudah berat. Setelah makan dia pun pamit tidur saja, dan Tya pun memastikan agar Ayuna tidak melakulan hal yang tidak baik. Ayuna hanya mengangguk saja.
Keesokan harinya, Ayuna bangun sedikit terlambat. Ia buru-buru sholat shubuh, lalu tidur kembali. Tya maju mundur untuk masuk ke kamar. Pikiran Tya hari ini hari sabtu, biasanya Ayuna buka toko online lebih pagi. Tya pun balik ke kamarnya, biarlah sehari ini tidak online. Kasihan Ayuna juga.
Tepat pukul 10, Tya melihat pintu kamar Ayuna sudah terbuka. Gadis itu memakai jaket dan training saja, rambutnya dicepol, segera saja Tya menghampiri Ayuna.
"Segera buka deh, Ty. Bunyi notif ponsel jualan banyak sejak tadi malam, aku keluar dulu cari makan!" ucap Ayuna. Tya hanya mengangguk dan segera persiapan untuk live.
"Udah lama gak lihat kak Ay, nih!" Tya membaca salah satu komentar audien. Ia melihat di belakangnya, ternyata Ayuna sudah duduk dan siap menyantap bubur ayam yang ia beli di depan kos.
"Mbak Ay, ada yang kangen tuh, say hello dong!"
Ayuna pun menghadap kamera dan tersenyum.
"Kak Ay habis nangis yah?" Tya membaca komentar selanjutnya. Ia tertawa, netizen memang jeli banget ya. Padahal posisi Ayuna agak jauh dari kamera, tetap saja terlihat habis nangis.
"Iya, lagi putus cinta tadi malam. Nah buat hibur Kak Ayuna boleh deh segera check out produk skincarenya. Lumayan nanti buat beli cilok biar gak nangis lagi!" emang dasar mulut Tya saja yang ember, bisa banget memanfaatkan kondisi Ayuna buat jualan.
"Gak usah ember!" tegur Ayuna sembari menabok lengan Tya.
Tya tertawa, makin usil malah. "Sakit tahu Kak Ay, emang ya orang habis putus cinta itu menyeramkan!" lanjut Tya dan semakin ditanggapi netizen.
Kuat Kak Ay, cowok gak dia doang.
Cepat move on Kak
Cowoknya mokondo kali
Kenapa sih cewek pintar kayak Kak Ay tapi cowoknya gesrek
Tya tertawa membaca komentar maha benar netizen.