Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~24
Tak terasa sudah hampir satu minggu Hanna tak bekerja lagi, ia sudah melamar di beberapa perusahaan namun tak kunjung dipanggil. Entah ia harus mencari pekerjaan di mana lagi saat ini, padahal dengan pengalamannya seharusnya ia mudah diterima mengingat hanya perusahaan kecil yang ia masuki.
"Tidak, aku tidak boleh menyesal keluar dari pekerjaanku."
Wanita itu selalu meyakinkan dirinya berhenti menjadi sekretaris mantan kekasihnya adalah pilihan yang tepat karena di sana mentalnya benar-benar diuji, pria yang ia kenal sangat baik dan perhatian itu kini berubah menjadi pria bengis tanpa perasaan. Terkadang ia takut ketika tatapan tajam itu benar-benar akan menyakitinya.
Kini hari-hari Hanna hanya dihabiskan dengan berolahraga dimalam hari dan juga mencari lowongan pekerjaan dibeberapa surat kabar saat pagi hingga siang hari, beberapa teman yang ia hubungi pun juga belum kunjung mengabarinya kembali.
Apa sesulit ini mencari pekerjaan bahkan beberapa perusahaan yang ia datangi secara langsung menolaknya hanya dengan melihat wajahnya saja tanpa bertanya pengalamannya, apa karena ia kurang tinggi? Sepertinya tidak mungkin, ia juga tak begitu jelek. Ia merasa cantik hanya saja mungkin kulitnya tak seputih model yang ada di televisi.
Jaman sekarang memang sulit sekali mencari pekerjaan meskipun memiliki pengalaman dan nilai bagus jika tak ada orang dalam yang merekomendasikan, pantas saja diluar sana keadaan masyarakat semakin terkotak-kotakkan yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin karena nyatanya tidak hanya praktek korupsi tapi praktek nepotisme juga sangat marak.
Kini wanita itu nampak menyeka keringat di dahinya setelah lelah mendatangi beberapa kantor yang berakhir menolaknya.
"Harusnya mereka tidak perlu membuat lowongan jika memang ada orang dalam yang ingin dimasukkan," gumamnya seraya duduk disebuah bangku di pinggir jalan untuk melepas lelah, tangannya memegang surat lamaran yang terlihat mulai kusut amplopnya padahal belum sempat dibuka oleh perusahaan yang ia tuju.
"Harusnya waktu itu aku meminta nomor kontak tuan Jovan, dia pasti mempunyai kenalan." gumamnya dengan pandangan datar kearah jalanan dimana kendaraan nampak lalu lalang.
Malam harinya Hanna pun kembali berolahraga di taman dekat apartemennya, beberapa orang juga terlihat melakukan hal yang sama yaitu berlari kecil ataupun hanya sekedar jalan kaki, olahraga memang tak harus pagi atau sore hari bahkan olahraga malam memiliki banyak manfaat selain untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan kualitas tidur juga bisa untuk mengurangi stres.
"Hanna!"
Tiba-tiba seseorang memanggilnya dan Hanna pun sontak menoleh, rupanya tetangga apartemennya yang hendak berangkat bekerja.
"Hai David," sapanya dengan ramah.
"Hai Hanna, sendirian?" tanya pria itu menghampiri lalu jalan beriringan dengan wanita itu.
"Hm, apa kamu baru berangkat?" Hanna menatap pemuda yang mungkin seumuran dengannya itu.
"Begitulah, apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan? Kebetulan di tempatku ada lowongan tapi cuma sebagai pelayan bar." tawar pria bernama David tersebut.
"Benarkah?" Hanna nampak tak tertarik dengan tempat semacam itu.
"Hm, jika kamu mau besok bisa langsung bekerja." sahut pria itu kemudian.
Hanna pun mencoba memikirkannya, jika ia tolak belum tentu ia akan cepat mendapatkan panggilan kerja. Menganggur terlalu lama juga tidak bagus karena ia dan ayahnya masih butuh makan.
"Kerjanya cuma mengantar minuman Hanna, kamu tidak harus menemani para tamu minum kecuali kamu ingin uang lebih." imbuh pria itu lagi.
"Baiklah, aku mau David." Hanna terpaksa menerimanya asalkan ia bekerja sembari menunggu beberapa lamaran pekerjaannya dipanggil.
Kini keduanya nampak jalan beriringan meninggalkan taman sembari berbincang kecil mengingat mereka telah lama tak berjumpa. Hanna memang mudah akrab dengan siapa saja yang ia anggap baik, namun tanpa wanita itu sadari nampak seseorang mengawasinya dari dalam mobilnya dengan pandangan datar dan meremehkan.
"Baiklah, sampai jumpa Hanna."
David pun segera pergi dan kini Hanna kembali melanjutkan langkahnya menuju apartemennya yang berada tak jauh dari sana.
Keesokan harinya....
Sore itu Hanna bersiap untuk bekerja disebuah bar elit di kotanya, tadi siang ia sudah interview secara online dan ia merasa cocok karena rupanya di tempat tersebut diupah per jam. Ia bebas bekerja jam berapa pun yang ia mau mengingat bar buka dari jam 12 siang hingga pukul 12 malam, saat malam hari upahnya pun dua kali lipat lebih besar mengingat tamu lebih banyak datang di saat menjelang malam.
Setelah ia pikir-pikir lebih baik ia mengambil jam malam karena upah yang akan ia dapat lebih besar, ia sudah memiliki sedikit pengalaman bekerja sebagai seorang pelayan disebuah acara jadi sepertinya itu takkan jauh berbeda. Meskipun ia tidak tahu keadaan tempat tersebut bagaimana namun dari cerita David bar itu hanya diperuntukkan untuk pengunjung kelas atas.
Sesampainya disana, Hanna langsung mendapatkan dua stel seragam pelayan dan hampir mirip seperti seragam yang ia gunakan saat menjadi seorang pelayan ditempat sebelumnya yaitu sebuah rok span selutut beserta kemeja putih juga sebuah rompi berwarna hitam senada dengan roknya, masih lumayan sopan pikirnya.
"Hai Hanna," seorang bartender langsung menyapa ramah ketika Hanna baru mendatangi mejanya.
"Jangan takut tugasmu cuma mengantar minuman ke beberapa ruangan VIP maupun bar, lagipula selera pengunjung bukan seorang pelayan jadi jangan khawatir untuk digoda atau sejenisnya." terang David ketika melihat wajah tegang Hanna.
Mendengar itu pun Hanna merasa sedikit lega, lagipula memang ada pria kaya yang tertarik dengan pelayan sepertinya, kemudian wanita itu segera memulai pekerjaannya mengantar minuman pesanan pelanggan. Semakin malam pengunjung pun semakin ramai, ada yang datang beramai-ramai untuk mengadakan meeting atau hanya datang bersama kekasih atau teman-temannya saja dan semua orang-orang kalangan atas.
"Lelah Hanna?"
Kini setelah bar tutup Hanna dan David segera meninggalkan tempat tersebut, mereka memilih berjalan kaki beberapa ratus meter untuk sampai ke apartemennya karena kebetulan jarak tempat kerja dan tempat tinggal mereka tak begitu jauh.
"Lumayan, apa setiap malam tamu selalu banyak ya?" tukas Hanna yang sedang jalan beriringan dengan pria itu.
"Ini tak seberapa Hanna saat akhir pekan nanti tamu akan lebih banyak lagi tapi kamu jangan khawatir manager sangat baik beliau sering memberikan kita tips," David tersenyum menatap wanita itu.
Hanna pun mengangguk kecil, wanita itu terlihat lelah dan mengantuk meskipun sebelumnya sempat tidur siang namun sama saja karena ia belum terbiasa.
Saat melewati taman rupanya masih ramai dengan para pemuda pemudi dan itu membuatnya sedikit tenang karena tak harus was-was pulang, sesampainya di area apartemen keduanya pun langsung berpisah mengingat David tinggal di lantai bawah sedangkan wanita itu di lantai 3.
Namun tanpa Hanna sadari nampak seseorang mengawasinya dari dalam sebuah mobil dengan pandangan datar tanpa ekspresi.
awas aja nanti kamu nyesel
bgtulah jeroan hobi nya ngintilin aja kurang ekrjaan,pasti hbis ini ngehina hanna lgi🥴🥴