NovelToon NovelToon
Jodohku Tetanggaku

Jodohku Tetanggaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fernanda Syafira

Ayudia Larasati, gadis cantik yang sudah berkali - kali gagal mendapatkan pekerjaan itu, memilih pindah ke desa tempat kelahiran ibunya setelah mendapatkan kabar kalau di sana sedang ada banyak lowongan pekerjaan dengan posisi yang lumayan.
Selain itu, alasan lain kepindahannya adalah karena ingin menghindari mantan kekasihnya yang toxic dan playing victim.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria yang delapan tahun lebih tua darinya bernama Dimas Aryaseno. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran desa. Parasnya memang tampan, namun ia adalah orang yang cukup dingin dan pendiam pada lawan jenis, hingga di kira ia adalah pria 'belok'.
Rumah nenek Laras yang bersebelahan dengan rumah Dimas, membuat mereka cukup sering berinteraksi hingga hubungan mereka pun semakin dekat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Kampung Halaman Mbun

Netra gadis ayu itu menyapu pandang ke jalanan berkelok yang ia lewati. Hamparan tanaman padi dan sayur - sayuran yang berbaris rapi, sungguh memanjakan mata.

Rasa penat yang hinggap pun perlahan sirna bersama angin lembut yang menerpa wajah ayunya.

Aliran sungai jernih dengan batu - batu besar yang berkilauan di timpa sinar matahari pagi juga tak ketinggalan menyapa netra.

Gadis itu tersenyum manakala melihat capung yang nampak riuh beterbangan kesana kemari.

Perlahan, mobil angkutan umum yang ia tumpangi menepi di sebuah gapura besar yang ada di tepi jalan raya. Ya, gapura itu adalah gapura pintu masuk menuju ke desa tempat ibunya di lahirkan.

Laras bersama beberapa penumpang lain segera turun dari mobil angkutan umum yang membawa mereka.

Mobil itu kembali berjalan setelah si kernet menurunkan koper besar milik Laras yang di letakkan di atas mobil.

"Mbak Laras......!!!" Suara yang sedikit asing, namun ia kenali menyapa telinga.

Laras segera menoleh ke sumber suara. Tampak seorang pria remaja melambaikan tangan ke arahnya. Ia tersenyum sumeringah, menyambut sepupunya yang baru saja tiba.

"Loh, kamu sendirian, Man?" Tanya Laras.

"Hehe iya, mbak. Jam segini, orang - orang masih pada sibuk di pabrik, mbak." Jawab Hilman.

"Terus gimana?" Tanya Laras memandangi koper besar dan kardus yang ia bawa.

"Mbak ndak bilang, kalo bawa kopernya sebesar harapan gini." Hilman menggaruk - garuk kepalanya.

"Ya namanya mau pindah, kalau bawa baju sedikit, main dong namanya!" Kekeh Laras.

"Mbak, coba telfon Uti. Minta tolong suruh lek Pur nyusulin. Aku ndak bawa hape." Pinta Hilman.

Laras segera merogoh tote bag yang menggantung di pundaknya. Ia meraih hapenya.

"Yaah, mati, Man. Lowbat nih!" Sesal Laras.

"Aduh piye yo, mbak ? (Aduh gimana ya, Mbak?). Mbak Laras kuat ndak, mangku kopernya?" Tanya Hilman.

"Eh ediaan, abot tenan! (Eh, gila, berat banget!)" Keluh Hilman yang membuat Laras tertawa.

"E..ee.. Itu! Mas! Mas Dimas!" Seru Hilman sambil bertepuk tangan saat melihat tetangganya melintas.

Pengemudi itu menghentikan kendaraannya, kala mendengar ada yang memanggil. Ia menghentikan motornya dan menoleh ke sumber suara.

Dimas segera menghampiri saat mengenali pria yang baru saja memanggilnya dengan lambaian tangan.

"Wah, kebetulan ada mas Dimas!" Hilman sumeringah melihat pria yang bernama Dimas itu menghampirinya.

"Ngopo, Man? (Kenapa, Man?)." Tanya si pengemudi yang membuka kaca helm full facenya.

"Mas arep mulih, to? (Mas mau pulang, kan?)." Tanya Hilman.

"Iyo."

"Iki lho, mas. Mbak ku agi tas teko, ndak weruh nak gawananne uokeh mbanget, jathukno mau aku ngejak lik Pur. Gek aku yo ra nggowo hape e. Arep njaluk tulung iki. (Ini lho, mas. Mbak ku baru saja datang, gak tau kalau bawannya banyak banget. Tau gitu tadi aku ngajak lik Pur. Mana aku ya gak bawa hape. Mau minta tolong ini.)" Cerita Hilman.

"Ayo tak ewangi. (Ayo aku bantu)." Kata Dimas yang mengerti maksud Hilman.

"Tenane iki, mas? Walah matur suwun, mas. (Bener ini, Mas? Walah, terima kasih, Mas.)" Sahut Hilman senang.

"Mbak naik motor sama mas Dimas saja. Barang - barangnya biar tak bawa. Tapi tolong bantu aku ngangkat koper ini ke motor, hehehe." Kata Hilman.

"Ee, iya, Man." Kata Laras yang nampak bingung.

Ia sendiri sungkan karena harus menebeng pada orang lain. Bukan tak mengenal sama sekali, mereka pernah bertemu satu kali saat Laras dan keluarganya berkunjung pada momen idul fitri.

Keluarga Laras sangat jarang berkunjung ke kampung halaman ibunya karena jaraknya yang jauh dan tentunya membutuhkan banyak biaya.

Ayah laras adalah seorang ASN sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga, sehingga perekonomian mereka bisa di bilang pas - pasan saja. Terlebih, mereka tinggal di kota dengan empat orang anggota keluarga.

Saat Laras hendak membantu Hilman, tanpa ba bi bu, tiba - tiba Dimas mengambil alih koper itu dan meletakkannya di bagian belakang.

Hilman pun kemudian naik ke atas motornya, sementara Dimas masih setia memegangi koper Laras agar tidak jatuh.

"Kotaknya biar aku saja yang bawa, Man." Kata Laras.

"Ndak usah, mbak. Bisa kok aku bawanya, lagian ndak berat juga." Hilman mengambil kotak kardus yang di pegang oleh Laras.

"Gak naik?" Dimas melihat ke arah Laras.

"Eeh, iya." Jawab Laras.

Namun, ia kembali kebingungan saat akan menaiki motor besar itu.

"Astaga, tinggi juga motornya. Gak mungkin mau langsung melangkah!" Batin Laras.

"Susah?" Suara Dimas membuatnya terkejut.

Pria itu mengulurkan tangannya tanpa berucap apa - apa lagi. Hilman yang melihat kecanggungan dua orang di depannya, hanya bisa terkekeh geli.

"Maaf ya, Mas." Kata Laras kemudian memegang tangan Dimas dan naik ke boncengan.

"Aku jalan duluan ya, mas." Pamit Hilman yang di jawab anggukan oleh Dimas.

Dimas pun mengikuti motor yang di kendarai Hilman. Ia terus berada di belakang Hilman untuk memastikan kalau koper yang di bawa Hilman tidak jatuh karena tidak di ikat.

Sepanjang perjalanan, Dimas dan Laras hanya terdiam. Tak ada percakapan atau sekedar basa basi di antara mereka berdua.

Sepuluh menit menempuh perjalanan, mereka akhirnya sampai di halaman rumah nenek Laras.

Laras pun segera turun dari boncengan. Ia memegang bahu Dimas untuk memudahkannya turun.

"Maaf, mas." Lirihnya sebelum memegang bahu pria itu. Namun, Dimas diam saja, tak merespon.

"Ni manusia apa patung sih?." Gerutu Laras.

"Kamu gak bilang to, nduk, kalau bawa koper besar. Duhalah jadi ngerepoti Dimas." Kata nenek Laras yang biasa ia panggil Uti.

Wanita tua itu tergopoh - gopoh keluar dari rumah saat melihat cucunya baru turun dari motor.

Dimas pun turun dari motor dan melepas helmnya. Ia lalu menyalami wanita tua, tetangganya itu.

"Mboten nopo - nopo, ti. (Gak apa - apa, ti). Kebetulan lewat mau pulang." Jawab Dimas dengan sopan dan halus.

"Suwun yo, le. Amit, iki Uti ngerepoti terus. (Terimakasih ya, nak. Maaf ini Uti merepotkan terus.)." Kata Uti.

"Njih, mboten nopo - nopo, ti, ampun sungkan ngoten niku. Kulo wangsul riyin njih, ti. (Iya, gak apa - apa, ti, jangan sungkan seperti itu. Saya pulang dulu ya, ti)." Pamit Dimas.

"Ora melebu ndisik, le. Ngopi opo ngeteh sek. (Gak masuk dulu, le. minum kopi atau minum teh dulu.)" Tawar Uti.

"Mboten usah, ti. Matur suwun, kulo wangsul njih, ti. (Tidak usah, ti. Terima kasih, saya pulang ya, ti)." Tolak Dimas.

"njih, njih, matur suwun, le." Kata Uti.

Ia kemudian melirik dan menyenggol - nyenggol tangan cucunya. Laras yang menoleh karena di senggol Utinya pun mengerutkan kening saat wanita tua itu memberikan kode.

Laras membulatkan bibirnya, saat mengerti maksud dari Utinya itu.

"M-makasih ya, mas." Kata Laras yang hanya di jawab anggukan oleh pria yang sudah berada di atas motornya.

"Assalamualaikum." Kata Dimas sebelum melajukan motornya.

"Waalaikumsalam." Jawab Uti dan Laras serempak.

"Aduh ya Allah, putu (cucu) Uti. Kangen banget, wes sui mbanget ora merene. (Sudah lama sekali gak kesini.)" Uti memeluk Laras dengan erat. Melepaskan rasa rindu pada cucu perempuan satu - satunya yang ia miliki.

Dari empat orang anak dan sembilan orang cucu, hanya Laras lah satu - satunya cucu perempuan. Sama seperti ibu Laras yang menjadi satu - satunya putri Uti dan mendiang Kakungnya.

"Laras juga kangen banget sama Uti. Maaf ya, ti, karena sudah lama tidak mengunjungi Uti." Lirih Laras.

"Iyo, wes ora popo. Uti yo paham, sing penting kowe, ayah, mbun karo adimu waras. (Iya, sudah tidak apa - apa. Uti mengerti, yang penting kamu, ayah, mbun sama adikmu sehat.)" Jawab Uti.

"Lho, mas Dimas mpun wangsul to, ti? (Lho, mas Dimas sudah pulang to, ti?)." Tanya Hilman yang baru muncul.

"Iyo, kuwi. Di kon melebu ra gelem kok. (Iya itu. Di suruh masuk gak mau kok)." Jawab Uti.

"Lha Uti sama mbak Laras gak mau masuk? Tak tutupe iki lawange nak ora gelem melebu. (Aku tutup ini pintunya kalau gak mau masuk)." Goda Hilman.

"Oo bocah kok ra nggenah! Utine malah di kon neng njobo ki piye to! (Oo bocah kok gak jelas! Utinya malah di suruh di luar ni, gimana to!)" Omel Uti sambil berjalan masuk bersama Laras.

1
Nur Wakidah
aku sg moco melu kesemsem karo guya guyu dewe ☺️☺️☺️
Sari Nande16
q seng Moco Yo kesem sem 🤣🤣
Yulay Yuli
selalu kesemsem dengan perlakuan Dimas, berasa aku yg digituin 😅😀
Dewi kunti
ojo sue2 ay mengko Ndak gur njagani jodoh nya org,sat set ngunu lho
Sari Nande16
uluh2 mas Dimas 🥰🥰
Yulay Yuli
mauuuu..... mau.... 😘😁
Yulay Yuli
lemes ya dipanggil sayang sama Ay 😂😂😂
ayu rahma
ahh dimass so sweeett,, 🥰🥰
Bungatiem
ih gemes
Yulay Yuli
udh buruan halalin thour
Dewi kunti
biasanya tambah LG up nya
Bungatiem
double upda ya Thor
Irma Minul
luar biasa 👍👍👍
Bungatiem
Thor ko novel rahasia pasangku ga pernah update?? padahal bagus juga lo cerita nya 😞
Faqisa Sakila
Dri cinta ugal2an pak kades sama crita ini jd novel favorit bnget ,,
update trus y kk..
sk bngt ma critany
Dewi kunti
ra usah cemburu
Dedes
makane gek endang dicencang mas 😂
Nur Wakidah
nah mas Dim , , , Hadooohhh kan kedisek an Gus Farid 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
mas Dimas isok misoh yoan 🤣🤣🤣
Nur Wakidah
awas ketikung MAS DIM , , , 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!