Mila terjebak oleh keadaan. Ia terpaksa harus sabar mendengar cacian dari Angga. Angga sangat membenci Mila. Karena menurut Angga, Mila adalah wanita miskin, rendahan yang hanya ingin menikmati kekayaan keluarganya.
Mila juga sangat membenci Angga semenjak kejadian yang menimpa dirinya bersama Angga. Angga adalah satu-satunya orang yang tidak ingin Mila temui lagi di dunia ini tapi, takdir berkata lain. Dimana pun Mila berada pasti ada Angga.
Walaupun keduanya saling bermusuhan, tapi mereka tidak menyadari bahwa setiap hari mereka saling bertemu dan bersama. Kapankah benih-benih cinta akan tumbuh di hati mereka?
Baca kisah Mila dan Angga hanya di Novel toon dengan judul Menikah dengan Mr. Arogan.
Jangan lupa like dan share nya ya.... Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Mawarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Kembalinya Tasya
Pagi itu bukanlah pagi yang damai. Karena mereka semua lagi sibuk dengan statment masing-masing mengenai pesta pernikahan yang akan segera di selenggarakan. Reina dan Mama Siska sama sekali tidak bisa kompak sangat sulit menyatukan kemauan keduanya. Namun berbeda dengan Mila, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya kepada Reina dan Mama Siska. Ia tidak tahu siapa yang harus di belanya.
Terserah..... Terserah... Kalian deh.. Ya ampun mau nikah aja ribet banget sih, ucap Mila dalam hati sambil menggaruk samping keningnya yang tidak gatal.
Brak! Angga memukul meja dengan kuat. Karena sudah tidak tahan lagi dengan keributan yang di buat oleh ibu dan adiknya itu. Dan itu berhasil membuat suasana menjadi hening untuk sejenak.
“Angga pergi dulu!”, ucapnya datar sambil berdiri dari kursi. “Mil, kakak pergi ya. Mm, kamu lebih baik masuk kamar aja ya. Entar gendang telinga kamu bisa pecah”, sambungnya dan berlalu pergi.
Sepertinya otak Mila benar-benar telah eror. Dari tadi ia ternganga saja melihat Mama Siska dan Reina. Sampai-sampai ia mengangguk saja apa yang di bilang Angga padanya. Padahal sebenarnya ia juga tidak tahu apa yang dimaksud Angga. Ia benar-benar seperti orang linglung.
“Ih, kak Angga! Masa gitu sih pamitan sama calon istri!”, ejek Reina yang melihat kakaknya tidak ada romantisnya sama sekali.
Seketika langkah Angga terhenti. Lalu, ia membalikkan badannya. “Terus, kakak harus gimana, Reina?”, tanya Angga dengan mengeratkan giginya karena kesal dengan Reina.
“Look at me!”, jawab Reina.
Reina pindah posisi dengan duduk di hadapan Mila. “Mila sayang, Kakak pergi kerja dulu ya. Tunggu kakak pulang. Oke”, ucap Reina memperagakan dengan centil.
“Em, Kak Angga.... Jangan, jangan kayak gitu ya... Geli”, ucap Mila sambil bergidik.
“Tuh, denger!” ucap Angga pada Reina.
Kemudian, Angga langsung berbalik lagi dan bergegas pergi. Reina kesal pada Mila yang tidak pro dengannya. Mereka berdua saling beradu argumen. Kedua orang tua mereka pun geleng-geleng kepala melihat anak-anaknya yang terkadang masih kekanak-kanakan.
“Sudah.. Sudah...”, ucap Papa Roy menghentikan perdebatan antara Mila dan Reina. “Ma, Papa juga berangkat sekarang ya”.
“Oke, Mama antar ke depan ya Pa”, jawab Mama Siska sambil membawakan tas milik suaminya.
Dan tinggalah kedua wanita itu yang sih menikmati sarapan paginya. Tapi beberapa saat kemudian mereka mendengar keributan di luar.
Di luar rumah...
Angga yang baru keluar dari rumah, langsung didatangi oleh seorang wanita yang tidak lain adalah Tasya. Ia berlari dari pagar dan langsung memeluk Angga. Angga sampai mati kutu dibuat olehnya. Kemudian, Angga sadar dan segera melepaskan pelukannya.
Tasya menangis di hadapan Angga dengan luka memar di wajah dan tangannya. Lagi-lagi Angga sangat terkejut dengan pemandangan itu.
“Apa yang terjadi padamu, Tasya?”, tanya Angga yang sedikit panik.
“Hiks, tolong aku Ngga. Aku takut. Semua ini perbuatan suamiku. Hiks”, jawab Tasya sambil menangis tersedu-sedu.
Bagaimana Angga tidak iba melihatnya. Lebam di tubuhnya begitu banyak. Angga jadi bingung harus berbuat apa. Pasalnya ia sudah berjanji tidak akan memikirkan Tasya lagi. Tapi, di lain sisi ia juga tidak bisa melihat Tasya diperlakukan kasar begitu. Ini sudah pelanggaran hukum dan Tasya pantas untuk di tolong.
“Ada apa ini?”, tanya Papa Roy yang juga baru keluar rumah.
“Hah? Tasya? Kamu kenapa? Kok bisa seperti ini?”, tanya Mama Siska yang sangat kaget melihat Tasya di rumahnya dengan kondisi memprihatinkan.
Tasya hanya bisa menangis antara sedih tapi malu. Dan kemudian, Angga lah yang mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Tasya.
Dan di sisi lain, ada Mila dan Reina yang sedang mengintip dari balik pintu. Reaksi Reina sama dengan yang lainnya. Namun, tidak dengan Mila yang sudah tahu sejak semalam. Reina menatap curiga pada Mila yang bersikap biasa saja. Tadinya Reina ingin menemui Tasya juga namun, ia urungkan karena penasaran dengan beberapa hal.
Reina pun menarik tangan Mila untuk kembali ke meja makan. Tentu saja Mila bingung dengan sikap Reina yang bukannya mendatangi Tasya, malah mengajak Mila kembali ke meja makan.
“Ada apa Rei? Kok kamu ngajak aku ke sini lagi? Bukannya kamu seharusnya melihat kondisi Tasya?”, tanya Mila penasaran.
“Mila, jawab dengan jujur. Apakah kamu sudah mengetahui kondisi Tasya sebelumnya?”, Reina kembali bertanya pada Mila.
Milan menatap Reina yang begitu serius mempertanyakan hal tersebut. Hatinya pun bergetar karena tidak mampu berbohong. Dan begitu juga dengan mulutnya yang selalu ingin berbicara pada yang telah ia lihat sebelumnya. Dan pada akhirnya Mila menganggukkan kepalanya. Reina pun terduduk lemas.
“Apakah hal ini juga yang membuat kamu dan Farhan berbohong semalam?”, tanya Reina lagi.
Skakmat! Akhirnya ketahuan juga. Mila menjadi sangat malu dan takut atas kebohongannya itu. Angga tahu karena ia melihatnya langsung. Tapi, Reina? Ia tahu hanya dengan melihat raut wajah dan tingkah laku lawan bicaranya. Reina benar-benar sukar untuk di bohongi. Begitulah kira-kira yang terpikirkan oleh Mila. Dan lagi-lagi Mila menganggukkan kepalanya.
***