NovelToon NovelToon
KESEDERHANAANMU LAH YANG MEMBUATKU JATUH CINTA

KESEDERHANAANMU LAH YANG MEMBUATKU JATUH CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Karir / Romansa
Popularitas:833
Nilai: 5
Nama Author: Jyoti_Pratibha

Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.

Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.

Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.

Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....

Happy reading....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Veronica yang merasa ada memanggilnya pun menolehkan kepalanya ia melihat siapa orang yang memanggilnya. Dan ia menemukan orang itu.

Pria dengan kemeja biru dan celana hitam, sedang melambaikan tangan kepadanya. Ia menamatkan matanya untuk melihat orang itu dengan jelas. Dan ia mengenali pria itu.

“Andra”ucapnya.

Veronica mendekati pria itu dengan berjalan sedikit cepat agar segera sampai. Ia pun mengurungkan niatnya untuk memesan ojek online.

Ketika sudah sampai di depan pria itu, Veronica sekali lagi menamatkan matanya untuk melihat dengan jelas pria itu.

“Ternyata kamu yang manggil aku, ku kira siapa tadi”ucap Veronica dengan nada candaan.

Derandra yang mendengar ucapan Veronica terkekeh kecil. Dia awalnya juga tidak mengenali Veronica jika tidak melihatnya dengan jelas.

“Oh ya kamu ngapain disini? Gak mungkin kamu ke cafe karena tempat itu sudah tutup.”

“Sebenarnya iya, tapi karena cafenya udah tutup jadinya tidak jadi mampir. Mungkin lain kali aku akan mampir ke cafe ini, kudengar cafe ini sedang digandrungi para anak muda karena menunya yang enak, benarkah?”

“Mungkin iya, aku juga tidak terlalu memperhatikan sosial media karena sibuk bekerja. Kebetulan aku bekerja disini, jadi aku hanya memasakkan apa yang pelanggan pesan.”

Derandra mengangguk-anggukkan kepalanya, sebenarnya pertanyaan yang ditanyakan ya tadi adalah bohong. Dia hanya tidak ingin jujur terhadap Veronica tentang niatnya.

“Yah sudahlah mau bagaimana lagi, mungkin aku harus mencari warung makan di dekat sini untuk makan malam”ucap Derandra dengan lesu.

“Kamu lapar?”tanya Veronica. Derandra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kalau begitu kamu ikut ke kosanku saja, aku akan membuatkan makanan untukmu. Gak baik makan malam di luar seperti ini, lebih baik membuat makanan sendiri”ujar Veronica.

“Emang gak papa?”tanya Derandra.

“Gak papa aku mau nunjukin menu baru yang kubuat padamu perdana karena kamu yang pertama kali mencobanya ayo. Aku nebeng ya maklum motorku lagi diservis.”

Derandra yang mendengar ucapan wanita itu hanya menggelengkan kepalanya. Kelakuan wanita itu benar-benar diluar nalar.

“Wanita unik”batinnya.

Derandra menjalankan mobilnya, dia juga mengajak ngobrol dengan Veronica tanpa rasa canggung.

Tak lupa dirinya juga minta maaf pada wanita itu karena belum sempat berpamitan padanya. Beruntungnya Veronica memaafkannya,

Veronica juga menyadari bahwa jika menunggu lebih lama akan mengalami macet nantinya jika tidak berangkat lebih awal. Apalagi mereka juga tidak janjian untuk bertemu saat itu.

Sepanjang perjalan mereka terus berbicara tanpa henti, entah itu membahas tentang kegiatan sehari-hari setelah kembali ke kota, lalu membahas tentang asal-usul kerajaan yang ada di negara, serta sejarah tentang nama negara ini.

Derandra dan Veronica yang sama-sama menyukai sejarah tentu sangat nyambung dalam pembicaraan ini.

Menurut mereka sejarah yang ada di negara ini tidak boleh dilupakan, karena sejarah itu menunjukkan jati diri negara ini. Dan juga sifat orang-orangnya.

Banyak hal yang membuat hati mereka teriris ketika melihat anak-anak jaman sekarang. Hal sepenting ini, bisa dilupakan dan digantikan dengan hal baru.

Derandra yang merupakan anak blasteran, juga sangat menyayangkan kelakuan anak jaman sekarang.

Mereka seakan lupa jati diri tempat asalnya, karena merasa tidak keren jika mempertahankan budaya asalnya.

Menurut Derandra, banyak hal yang harus diketahui oleh banyak orang tentang kebudayaan negara ini. Mungkin bisa dibilang, kebudayaan negara ini tidak kalah bagus dengan negara lain.

Hanya saja belum terekspos dan juga tidak ada yang membantu untuk mempertahankan kebudayaan itu.

Pemerintah sendiri juga tidak memperhatikan kebudayaan sekitar hanya untuk mengenalkan kebudayaan pada kalangan muda.

Mereka seakan tutup mata dan lebih mementingkan kantong sendiri.

Ingin sekali Derandra bekerja di pemerintahan dan memecat semua orang yang tidak ingin berkontribusi dalam menjaga kebudayaan. Ini sangatlah menyebalkan baginya.

Veronica juga berpikir sama dengan Derandra. Dia juga sangat menyayangkan hal ini, pemerintah negara ini sangat tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya. Dan juga tidak amanat.

Mereka hanya memikirkan kantong dan perut. Veronica hanya bisa berdoa pada mereka yang melakukan seperti itu agar diberikan karma yang sangat menyakitkan jika hukum negara ini tidak segera bertindak.

Setidaknya kebesaran Tuhan lebih dahsyat daripada hukum negara ini.

ΠΠ

Sesampainya di tempat kos Veronica, Derandra memarkirkan mobilnya di parkiran paling mudah untuk dijangkau agar pulang nanti dirinya tidak bingung mengeluarkan mobilnya.

Setelahnya mereka masuk ke dalam kos-kosan Veronica. Dia mengajak Derandra untuk ke dapur terlebih dahulu karena dirinya akan mengganti bajunya.

Derandra menuruti ucapan Veronica, ia pun berjalan ke arah dapur kos ini. Kos ini sangat nyaman baginya, kos-kosan ini sangat luas dan bersih. Ia sangat menyukai tempat ini.

Dapur yang berada diluar, dan mesin cuci yang ada di balkon kos ini. Membuat dapur kost terlihat luas dan menyenangkan.

Derandra berpikir mungkin dulunya mesin cuci itu berada di area dapur, namun mungkin karena penyempitan. Akhirnya pemilik kos memindahkan tempat cuci baju di balkon.

Derandra melihat Veronica yang membawa bahan masakan untuk dimasak.

Dia meletakkan bahan masakan itu di meja.

“Kamu tunggu beberapa menit dulu ya, sampai masakanku selesai.”

“Apa kamu butuh bantuan untuk memotong sayurannya? Atau tidak mengupas perbawangan?”

“Ndak perlu biar aku aja, kamu main ponsel aja dulu.”

Veronica pun mulai mencuci semua bahan-bahan yang dibawanya tadi. Setelahnya ia melumuri daging ayam yang dibersihkan ya tadi dengan sedikit garam dan air perasan jeruk nipis.

Dia mendiamkan daging ayam itu kurang lebih 10 menit. Dengan waktu yang ia atur di ponselnya.

Sembari menunggu daging itu, Veronica mengulek bahan-bahan yang lain. Seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, terasi, cabe merah besar, cabe rawit merah. Tak lupa pelengkapnya yaitu sayuran di dalam masakannya nanti.

Setelahnya ia memotong sayuran lain untuk membuat tumisan sederhana sebagai pelengkap makanan utama. Ia mengulek dengan terasi, bumbunya untuk menumis.

Veronica mendahulukan tumisan sayur terlebih dahulu karena lebih cepat. Mulanya ia memanaskan minyak sedikit dan setelahnya ia memasukkan bawang putih dan bawang merah hingga harum dan layu.

Setelahnya ia memasukkan cabai merah dan tomat, lalu mengaduknya rata hingga tomat mulai layu. Sesudahnya ia menambahkan sayur genjer ke dalam wajan dan mengaduknya sayurnya hingga tercampur rata dengan bumbu.

Terakhir adalah seasoning dan menambahkan sedikit air agar sayur lebih empuk. Ia menutup wajahnya untuk menunggu sayurnya matang tetapi tetap renyah, selama beberapa menit.

“Oke pas.”

Veronica menuangkan tumisan itu ke perangkat yang disiapkannya. Setelahnya ia menghias dengan tumbuhan kecil sebagai pelengkap. Ia menaruhkan piring itu di meja, dan melanjutkan masakannya yang tadi.

Setelah 10 menit, Veronica memanaskan minyak dan memasukkan bumbu yang diuleg nya tadi. Menumisnya hingga harum dan matang, setelahnya ia memasukkan daging ayam yang direndam ya tadi. Menumisnya dengan bumbu hingga berubah warna, sesudahnya dia menambahkan serai, jahe, dan daun jeruk ke dalamnya. Setelah itu ia menuangkan santan kental dan sedikit air, lalu mengaduknya perlahan agar santan tidak pecah. Sesudahnya ia membumbui dengan garam.

Veronica mengaduknya hingga merata dan menunggunya hingga kuahnya mengental.

Setelah daging empuk ia mengangkatnya dan menaruh di mangkuk. Tak lupa memberikan garnish pada makanan itu untuk menggugah selera.

Ia menyiapkan dua piring nasi untuknya dan Derandra. Ia juga sudah mencicipi masakan keduanya tadi, dan menurutnya sudah pas. Tapi entah bagaimana pendapat Derandra nantinya, ia akan menanyakan itu.

“Andra ayo makan”panggil Veronica pada Derandra yang berada di balkon dapur. Derandra yang mendengar panggilan Veronica pun mendekati wanita itu, perutnya benar-benar sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan wanita itu. Bau masakan yang membuatnya tergoda dan ingin segera merasakan masakan wanita itu.

Derandra mendudukan badannya dan melihat meja makan yang hanya diisi dua menu saja. Namun dua menu ini sudah membuat perutnya berbunyi sedari tadi.

“Yang kubuat hanya dua menu saja untuk mempercepat waktu, ini adalah tumis genjer, sayurnya kubawa dari rumah. Karena waktu itu banyak tanaman genjer di belakang rumah”ucap Veronica sambil menunjukkan nama masakan yang dibuatnya tadi. “Dan ini adalah menu baru yang kubuat hari ini gulai belacan, aku baru mencobanya untuk pertama kali. Semoga kamu suka dengan masakan pertama buatan ku ini.”

Tanpa banyak kata, Derandra mengambil masakan Veronica ke dalam piringnya. Ia memasukkan sayur genjer dengan nasi ke dalam mulutnya.

Aroma bawang putih yang harum menyatu, menciptakan pelukan rasa yang hangat. Tambahan sedikit terasi memberikan kedalaman rasa,seolah mengajaknya kembali ke akar tradisi. Saat sayur genjer mulai layu, warna hijau cerahnya tetap bersinar, menyiratkan kesegaran yang tak lekang oleh waktu. Benar-benar enak.

Setelahnya ia menyendokkan gulai belacan dengan nasi ke dalam mulutnya. Rasa gurih belacan, yang dihasilkan dari rendaman garam dan jeruk nipis, berpadu harmonis dengan rempah-rempah pilihan, seolah membawanya ke ladang-ladang rempah di tanah tropis.

Aromanya yang kuat dan menggoda meresap ke udara, menciptakan sebuah simfoni tak terlupakan. Meluapkan kehangatan dari setiap bumbu yang digunakan.

Daging yang terendam dalam kuahnya yang kaya, menyerap setiap nuansa rasa, menjadikannya bintang dalam setiap penyajian.

“Bagaimana?”tanya Veronica dengan antusias.

Derandra melihat kearah Veronica, ia meletakkan sendoknya dan memberikan jempol dua pada perempuan itu.

“Sangat enak, rasa dari setiap bumbu yang kamu olah meresap di setiap di setiap dagingnya. Dan untuk sayur genjer nya, makanan sederhana dengan bumbu yang diulek sangat pas. Kamu memasaknya dengan baik Veron”puji Derandra pada masakan yang dibuat oleh Veronica. Ia tidak bohong, makanan yang dibuat Veronica sangatlah enak.

“Ah syukurlah jika kamu menyukai makanan buatanku, bisa dibilang untuk pertama kalinya aku membuat gulai belacan ini. Karena waktu akan kembali kesini, aku melihat resep dari orang asli sana. Dan akhirnya aku baru mencobanya, dan kamu adalah orang pertama yang mencoba masakan pertama ku ini”jelas Veronica.

“Kalau boleh aku tahu kamu bisa memasak dari kapan? Entah kenapa aku merasa kamu sangat ahli dalam mengolah makanan.”

“Mungkin sekitar aku kelas 6 SD, saat kecil aku selalu membantu ibuku ketika memasak. Dan yah seperti yang kamu tahu, dengan peralatan sederhana seperti umumnya di desa. Tentu itu sedikit membuatku kesusahan karena memasaknya harus pakai tungku. Dan ketika ibuku meninggal, aku harus bisa memasak untuk ku makan dengan ayahku.”

“Apa ayahmu tidak memasak untukmu? Maaf kalau aku lancang nanyanya, karena setahuku semua itu ditanggung oleh ayahmu ketika ibumu sudah tidak ada. Seharusnya.”

“Sebenarnya ayahku melarang diriku untuk memasak, tapi ketika melihat ayahku yang kelelahan ketika pulang dari sawah. Dan terkadang ayahku selalu lupa untuk membuat makanan untuk dirinya sendiri, akhirnya aku berinisiatif untuk membuat masakan sendiri. Yah sedikit kesulitan sebenarnya, tapi aku menikmatinya.”

“Dengan peralatan sederhana?”

“Yah dengan peralatan sederhana. Tapi aku menyukainya karena dengan itu, aku bisa membuat api di dalam tungku ketika orang lain menggunakan kompor. Itu adalah prestasi.”

“Prestasi? Astaga bagaimana bisa menyalakan api di tungku disebut prestasi Veron? Kamu lucu sekali.”

“Kamu saja tidak tahu, bahwa teman sepantaranku tidak ada yang bisa membuat api di tungku. Itu disebut prestasi, mungkin kalau orang kota pasti pakai minyak tanah menyalakan api di kayu benarkan?”

Derandra yang mendengarnya tidak menampik bahwa ucapan Veronica benar.

Dia juga mengakui, bahwa setiap kali camping dirinya dan temannya selalu menggunakan minyak tanah untuk menyalakan api.

Karena sejatinya dia juga tidak tahu cara menyalakan api dengan kertas.

Pengalaman baru bagi Derandra dengan kehidupan Veronica yang bisa dibilang sangat berbeda dengan kehidupannya.

Mereka saling bercerita tentang pengalaman satu sama lain. Dan tentunya bercerita setelah menghabiskan makanannya tanpa mempedulikan penghuni kos lain yang lewat.

Entah itu sekedar ke dapur atau ke balkon untuk mencuci baju. Mereka tetap mengobrol dan bercerita banyak hal.

Hingga tanpa sadar waktu sudah sangat malam. Derandra memutuskan untuk pulang karena mengingat besok dirinya harus berangkat pagi untuk bekerja, dan juga Veronica.

Sebelum pergi Derandra membantu Veronica membersihkan piring-piring yang mereka gunakan. Kebiasaan Derandra ketika sudah makan ketika dirumah.

Setelahnya ia pamit pada Veronica. “Kalau begitu aku pulang terlebih dahulu, sampai bertemu kapan lagi Veron.”

Veronica menganggukkan kepalanya ia juga melambaikan tangannya ketika Derandra membunyikan klaksonnya. Ketika mobil Derandra sudah pergi, Veronica memutuskan kembali ke dalam kamar kosnya.

“Hari yang panjang untuk esok hari Veronica, mari beristirahat”ucap Veronica ada dirinya sendiri sembari melakukan peregangan pada tangannya.

Sementara Derandra yang sedang menuju ke rumah, kembali tersenyum tipis ketika mengingat kebersamaan mereka.

Dia tak menyangka akan memakan masakan buatan Veronica secara langsung. Meskipun dulu dia juga pernah merasakan masakan buatan wanita itu.

Namun entah kenapa ia merasakan kebahagiaan ketika melihat dan memakan makanan buatan wanita itu secara langsung. Sangat menyenangkan dan juga mengenyangkan bagi perutnya.

Ketika sedang melamun karena memikirkan kebersamaan mereka, Derandra mendengar ada yang menelponnya saat ini.

Ia pun mengambil earphone untuk menyambungkan ke telpon nya.

“Halo?”

“Andra, apa kau sudah kembali ke kota?”

“Iya ada apa?”

“Bagus, besok kita ketemu di tempat biasa ya. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Dan kau harus datang tepat waktu tidak boleh telat.”

“Tapi-”

“Sialan!”

Orang menelponnya mematikannya secara sepihak tanpa menghiraukan ucapan Derandra yang belum selesai.

Kebiasaan orang yang menelponnya ketika seperti ini adalah tidak membiarkannya berbicara terlebih dahulu dan setelahnya mematikan secara sepihak. Teman yang laknat.

Itu adalah ungkapan yang pas untuk temannya itu. Siapa lagi kalau bukan Atlas.

Daripada memikirkan kelakukan temannya, Derandra lebih baik memikirkan kebersamaan yang baru saja terjadi padanya.

“Ah mengapa aku tidak meminta nomer telponnya tadi.”

Kesal tentunya karena dia lupa untuk meminta nomor telepon Veronica. Tapi mau bagaimana lagi, besok dirinya masih bisa bertemu dengan wanita itu. Pikirnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!