Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Harus Bangkit!
Di Malam hari dengan udara yang dingin Eva menangis seorang diri. Langit tampak hitam, bahkan cahaya bulan dan bintang pun tertutupi oleh awan hitam. Suasana di malam hari sangat persis seperti suasana hatinya saat ini.
Di Sela tangisannya, tiba-tiba saja sebuah jaket bertengger di bahunya.
Karena merasa bahunya agak sedikit hangat, Eva pun menoleh ke belakang dengan kepala yang didongakkan ke atas karena posisinya yang masih berjongkok.
Betapa terkejutnya dia melihat guru killer nya itu sudah berada di belakangnya. "Pa-pak Theo!" Ucap Eva terkejut lalu bangkit dengan lelehan air mata yang masih membasahi pipinya.
Pak Theo mengernyit heran, tangannya terulur menggapai wajah Eva yang berada di hadapannya.
"Kenapa kamu diluar hmm? Angin malam tidak baik untuk kesehatan, nanti masuk angin loh." Ucapnya lalu menghapus lelehan air mata Eva yang masih menggenang di pelupuk mata dengan ibu jarinya.
Mendapatkan perhatian seperti itu, bukannya menghentikan tangisannya, Eva malah menangis semakin menjadi-jadi.
"Hiks…. Pak…."
"Hey, kenapa menangis lagi? Jangan menangis ya." Ujar pak Theo yang lagi-lagi harus menyeka air mata Eva menggunakan ibu jarinya.
Melihat siswinya yang menangis dengan cepat pak Theo membawa tubuh mungil siswinya itu ke pelukannya mengelus punggungnya guna menenangkannya.
Eva pun membalas pelukan pak Theo. Untuk saat ini dirinya membuang semua kekesalannya kepada guru killer tersebut. Jujur saja dirinya saat ini sangat membutuhkan tempat bersandar.
"Hiks…. Pak, apakah saya tidak pernah akan mendapatkan cinta? Hiks…. Kenapa hal ini terjadi kepada saya? Hiks…. Cinta saya bertepuk sebelah tangan." Isak Eva di dalam pelukan pak Theo.
"Shut, kamu berhak bahagia dan kamu berhak untuk dicintai. Namun, ingat untuk saat ini, fokus dengan apa yang benar-benar kamu prioritaskan." Ucap pak Theo menenangkan Eva yang masih terisak.
Angin malam pun semakin keras berhembus membuat Eva dan Pak Theo yang berada di luar kedinginan. "Ayo, kita bicara di kamar saya, jika disini terlalu dingin." Ujar pak Theo.
Eva pun hanya mengikuti pak Theo kemanapun dirinya akan diajak. Jika kembali ke kamarnya, mungkin dirinya tidak akan sanggup bertemu dengan Gisell dan menjawab pertanyaan dari Celine.
*
Mereka pun sampai di kamar pak Theo, Untung saja kamarnya berada di paling ujung sehingga tidak ada orang-orang yang berlalu-lalang. Akan sangat tidak etis jika orang-orang melihat Eva datang ke kamar gurunya di malam hari.
Jika sampai orang-orang melihatnya memasuki kamar gurunya, mungkin mereka berdua akan di grebek aparat. Dan keesokannya akan muncul berita 'Seorang guru dan siswi kedapatan mesum di sebuah penginapan.' Bukankah itu kedengaran sangat abstrrud?
Pak Theo pun masuk dengan Eva yang masih betah berada di pelukan pak Theo.
"Duduklah hmm." Ucap pak Theo lalu mendudukkan Eva di sebuah sofa.
Eva menurut lalu duduk di sebuah sofa, dengan isakan tangis yang sesekali masih terdengar.
Sementara pak Theo mengambil air lalu menuangkannya ke dalam gelas. Setelahnya memberinya kepada Eva.
"Minumlah dulu, lalu bicarakan masalahmu." Ujarnya. Lalu duduk di samping Eva.
Menurut, Eva meraih gelas berisi air tersebut lalu meminumnya sampai tandas. Sampai akhirnya isakan tangisnya mulai mereda dan pak Theo pun memulai pembicaraan.
"Jadi, kamu ada masalah apa?" Tanya pak Theo.
Eva pun menunduk, jujur rasa malunya saat ini sudah terkumpul sehingga dirinya tersadar telah menangis di depan gurunya sendiri karena alasan yang sepele.
"I-itu cuma masalah perasaan aja pak. Hehe maaf sudah membuat bapak khawatir." Jawabnya dengan senyum di wajah sedihnya.
"Diumur kamu saat ini memang sudah wajar timbul rasa tertarik atau suka terhadap lawan jenis, tapi kamu harus ingat tidak semua didunia ini tentang cinta. Saat ini yang paling penting untuk kamu ya belajar lalu fokus raih cita-cita yang kamu inginkan. Niscaya setelah itu pasti jodoh akan menghampirimu. Bukankah kamu anak tunggal dan tinggal sendiri dengan ibumu? Maka saat ini fokus belajar dan buat ibumu bangga." Ujar pak Theo.
Eva menatap pak Theo, sungguh kata-kata dari pak Theo membuatnya tersadar bahwa ada yang lebih penting baginya saat ini, yaitu kesembuhan dan kebahagiaan sang mama.
Eva mengusap air matanya. "Bapak benar, saya harus bangkit. Saya akan lebih giat belajar kedepannya!" Eva bersemangat.
Pak Theo tersenyum lalu mengelus surai siswinya kesayangannya itu.
Bersambung…..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
-> Dialog pak Theo tadi merupakan kata-kata ayahku ketika menasehati diriku. 😌😌