"Berapa uang yang harus saya keluarkan untuk membeli satu malam mu?"
Erick Davidson, pria tajir dengan sejuta pesona, hendak menjebak seorang gadis yang bekerja sebagai personal assistan nya, untuk jatuh ke dalam pelukannya.
Elena cempaka, gadis biasa yang memiliki kehidupan flat tiba-tiba seperti di ajak ke roler coster yang membuat hidupnya jungkir balik setelah tuan Erick Davidson yang berkuasa ingin membayar satu malam bersama dirinya dengan alasan pria itu ingin memiliki anak tanpa pernikahan.
Bagaimana kisah cinta mereka? ikuti bersama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Park alra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GCTE | Bab 31
Elena menatap satu persatu anak-anak panti yang kini memandangnya dengan air mata. Ia menekuk lutut, merentangkan tangannya seketika barisan malaikat kecil itu memeluknya serempak menimbulkan keharuan yang terperih, Erick kemudian datang melihat pemandangan itu ia ikut menyeka ujung mata.
"Tak apa Elen, ada budhe dan suami yang akan menjaga panti asuhan ini, kau jangan khawatir," ucap bu Kartika, kerabat dekat dari almarhumah bu Ratna.
Elena mengangguk, melepaskan pelukan ia mengusap satu persatu kepala anak-anak menggemaskan itu. "Terimakasih budhe, Aku titip mereka padamu."
Gadis itu kemudian menoleh ketika di rasakannya belaian tangan hangat di pundaknya.
"Mulai sekarang panti asuhan ini sudah bergabung dengan yayasan the Davidson's company, aku yang menjamin kehidupan mereka tak akan pernah kekurangan," ujar Erick seraya melirik pada sang istri.
Acara perpisahan di warnai dengan tangis bahagia juga haru. Di pelataran mereka mengantar kepergian pengantin itu dengan senyum terkembang, berharap kehidupan rumah tangga yang akan mereka jalani selalu di berkahi dan di penuhi kebahagiaan.
Di dalam mobil yang membawa keduanya, Elena sempat menoleh melongok dari kaca sedan hitam yang terbuka melambaikan tangannya untuk terakhir kali pada anak-anak juga orang-orang yang sudah ia anggap seperti keluarga yang sangat berharga untuknya.
Elena kemudian kembali ke tempat duduk nya dan kaca mobil perlahan naik menyisakan ia yang sibuk mengusap bulir bening di sudut pipi. Erick nampak selalu mengamati gadis itu, dari caranya menatap yang begitu dalam dan intens terdapat cinta teramat besar dan tulus untuk istrinya tersebut. Bahkan supir di depan yang tak sengaja melirik Erick di kaca spion tengah ikut terbawa perasaan oleh bagaimana cara Erick menatap belahan hatinya.
...***...
Tiba di mansion Davidson. Kendaraan roda empat yang membawa sepasang pengantin baru itu mendarat mulus di halaman bangunan megah yang luas itu.
Dua sekuriti yang berjarak sigap membukakan pintu mobil untuk sang tuan muda turun, kemudian kepada Elena satu sekuriti yang lain melakukan hal sama. Dari arah pintu utama terlihat tuan Rey berdiri gagah sambil menaruh tangan di belakang punggungnya, pria itu menatap pongah dan penuh intimidasi pada sang putra juga menantu yang tak pernah di harapkannya.
Erick memang sudah memberitahukan jika ia sudah menikahi Elena melalui perantara ajudannya. Dan tentu muka-muka tak senang juga tatapan sinis kini di tujukan keluarganya apalagi kepada Elena yang saat ini hanya bisa menunduk.
"Tuan ... " panggil Elena lirih pada Erick, ia merasa sangat asing dan tatapan tuan Rey juga sang istri beserta anaknya membuat Elena merasa di telanjangi di muka umum. Membuat nya merasa rendah diri juga tak bernilai.
Namu genggaman dari tangan besar Erick segera menenangkan gadis itu, membuat Elena sontak menoleh menatapnya, dari kedua netra Erick bak telaga jernih menyejukkan seakan sedang membelai dirinya mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja. Rasa hangat yang di salurkan bagaikan sengatan listrik yang langsung menghantarkan getaran rasa aman di hati Elena.
"Kita akan hadapi bersama-sama, tenang saja kau akan tetap aman bersama ku," ucap Erick penuh pengertian.
"Bersama-sama?"
Erick mengangguk. "Ya of course, because you are my wife."
...***...
Plak! satu tamparan yang begitu keras menghantam pipi Erick menimbulkan sensasi panas juga kebas secara bersamaan.
"Memalukan! benar-benar memalukan!" hardik tuan Rey pada putranya saat ini.
"Hanya demi batu kerikil ini kau meninggalkan sebuah berlian? bodoh!" bentak nya lagi seakan sedang ada timbunan amarah yang sedang tuan Rey luapkan saat ini. Seolah-olah tamparan dan juga makian saja tak cukup untuk satu kecerobohan besar anaknya itu.
"Dan kau? orang sakti mana yang kau datangi hingga membuat putraku begitu tunduk pada mu hah?!" tak lepas, Elena juga menjadi sasaran samsak kemarahannya.
"Papa!" Erick seketika berdiri di tengah, berusaha untuk melindungi sang istri.
"Jangan pernah berkata kasar padanya. Jika kau mau menghukum, hukum saja aku."
"Lihat, kau lihat itu? betapa bodohnya ia sekarang karna guna-guna darimu!" tuding tuan Rey pada Elena.
Keheningan melanda sejenak, tuan Rey mengambil nafasnya dalam-dalam memejam, berusaha meredam emosi yang meluap-luap, nyonya Sarah juga putrinya Mona hanya melihat bagai penonton.
Di tempatnya, Elena tergugu mendekap kedua lengan, ia menunduk berusaha menyembunyikan air mata yang merengsek ingin keluar.
Erick berjalan satu langkah lebih dekat dengan sang ayah.
"Lihat, apa yang kini lakukan? kau bukan hanya menghancurkan hati seorang wanita karena keegoisan mu, tapi kau juga menghancurkan kesepakatan besar yang hampir terjalin antara perusahaan kita dengan perusahaan tuan Edward! Kau menghancurkan segalanya Erick!"
"Ini bukan keegoisan pah. Tapi perjuangan ... " kata Erick kemudian.
"Apakah aku tidak bisa memperjuangkan kebahagiaan ku pah? apa selama nya aku hanya akan menjadi biduk catur untuk mu?"
Mendengar ucapan sang putra, membuat tuan Rey terkesiap terlihat ia tak bisa mengelak namun egonya sebagai seorang pemimpin keluarga lebih besar membuat nya menepis segala kesadaran yang ada.
"Yang papa lakukan ini juga demi kebaikan mu. Papa ingin kau mempunyai pendamping yang baik, papa ingin kau memiliki keturunan, seorang anak yang ibunya mempunyai asal-usul jelas. Bukan wanita rendahan sepertinya!"
"Pah!" tiba- tiba saja Erick meninggikan suara membuat semua yang hadir terkesiap kaget. Baru kali ini mereka dengar pemimpin the Davidson's company itu berteriak apalagi kepada ayahnya.
Erick tersadar akan hal itu, segera ia meredam gemuruh di dada, wajahnya yang semula memerah padam kini hilang setelah ia menghela nafas perlahan.
"Sudah ku bilang jangan pernah merendahkannya pah ... "lirih Erick terdengar seperti keputusasaan. "Sekarang dia adalah menantu perempuan mu," ucapnya kemudian.
"Menantu? kata siapa aku akan menerima nya di keluarga ini?" tuan Rey masih bersikukuh dengan keras kepalanya.
"Wanita seperti dia tidak cocok untuk menjadi bagian keluarga Davidson yang terhormat."
"Kau selalu membangga-banggakan keturunan mu yang terhormat itu, tidak ada kah ada terbesit kesadaran jika kau selalu merendahkan juga menghina orang lain karena hal itu?" tanya Erick, berusaha menarik sang ayah dari sifat egonya.
"Jangan pernah menceramahi ku!" berang pak Rey.
"Pah kumohon ... untuk sekali ini turunkan egomu, bagaimana pun aku hanya memperjuangkan kebahagiaan ku dan kebahagiaan ku ada pada Elena."
"Persetan! sampai kapan pun aku tak akan sudi menerimanya sebagai menantu ku!" ultimatum pak Rey tak terbantah.
"Ceraikan dia sekarang atau kau angkat kaki dari sini!"
Semua orang melongo dengan keputusan tuan Rey Davidson. Elena menatap Erick, ia menggeleng.
"Ceraikan saja aku ... jangan membuat ayah mu marah ... " wajah gadis itu menunjukkan permohonan.
"Tidak. Apa maksudmu?" Erick melepaskan tangan Elena dari pundaknya lalu menatap sang ayah tak gentar.
"Baiklah jika itu keputusan papa. Aku akan pergi dari sini."