Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Para pelayan
Entah sejak kapan, Dwinda berdiri di depan para pelayan rumah yang senang bergosip. Terlihat kemarahan pada raut wajah wanita itu, saat para pelayan berkumpul membicarakan Dwinda.
"Nyonya."
Semua mata pelayan itu menatap dengan rasa takut, mereka menyesal telah menggosipi sang majikan rumah.
"Kenapa kalian diam saja, ayo teruskan perbicanggan kalian yang mengasihkan itu, saya mau dengar, " pinta Dwinda, kepada para pelayannya. Mereka semua hanya diam membisu dengan menundukkan kepala, tak berani menatap kembali Dwinda.
"Sialan, kenapa bisa ada Nyonya Dwinda tiba tiba berada di sini." Gerutu hati Maria, merasa takut jika ia dikeluarkan dari rumah sang CEO Ellad.
"Eh, kenapa kalian malah ketakutan seperti itu. Kenapa tidak di teruskan perbicangan kalian. Apa karena ada saya di sini." Tegas Dwinda kepada para pelayannya.
Dwinda menyuruh salah satu pelayan yang berkumpul, untuk mengangkat kepala mereka dengan tegap. Menatap ke arah Dwinda saat itu juga.
Padahal para pelayan dengan jelas melihat Dwinda pingsan, sekarang ia melihat wanita yang menjadi istri Ellad itu berdiri menatap ke arah pelayan.
Dwinda menggerutu kesal hatinya." Untung saja aku tidak menyuntikkan sepenuhnya, jarum suntik yang mengenai tubuhku."
"Oh jadi begini kelakuan kalian saat saya tidak ada di rumah. Atau saya lagi tidur, " tegas Dwinda. Tak ada satu orang pun yang berani melawan perkataan Dwinda. Wanita muda berumur dua puluh delapan tahun itu sangat berkuasa di rumah Ellad. Tidak ada yang berani melawan perkataanya, jika pun ada mereka akan kena akibatnya.
Maria memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Dwinda, mereka menyesali perbuatan yang sudah mereka perbuat.
"Kami menyesali atas perbuatan kami Nyonya, sudah membicarakan Nona Aira dan juga Nyonya. Kami minta maaf."
Dwinda hanya tersenyum kecil dan berkata." Gaji kalian saya potong lima puluh persen, jadi kalian hanya mendapat upat gaji setengahnya saja."
Para pelayan terkejut dengan apa yang dikatakan Dwinda, mereka malah saling menyalahkan satu sama lain.
"Ya ampun, jangan nyonya. Kami mohon, jika setengahnya kami tidak bisa mengirim kekeluarga kami di kampung."
Dwinda yang duduk dengan kelicikannya, kini memikirkan sebuah ide berlian, untuk membuat para pelayan di rumah mau menbantunya menyingkitkan Aira dari rumah sang CEO.
"Mm, baiklah jika kalian tidak mau. Saya tidak akan memotong gaji kalian semua."
Semua para pelayan tersenyum gembira, hanya saja Dwinda kini berkata lagi." Hanya saja ada hal yang harus kalian lakukan, jika kalian berhasil melakukan perintah saya. Saya pastikan bulan ini ada kenaikan gaji yang lumayan besar untuk kalian di sini. "
Para pelayan itu saling menatap satu sama lain setelah mendengar apa yang dikatakan Dwinda, mereka kini menanyakan tentang apa yang harus mereka kerjakan agar gaji tak terpotong dan malah bertambah.
" kami semua ingin bertanya apa yang harus kami lakukan agar gaji kami tidak dipotong dan juga malah ada kenaikan pada gaji kami?"
Pertanyaan yang tentu saja dinanti-nantikan oleh para pelayan itu, kini terlontar dari mulut Dwinda, saat itu juga," pekerjaan yang kalian lakukan itu sangatlah mudah."
Mereka seperti kebingungan dengan perkataan Dwinda.
Senyum licik tergambar dari bibir tebal Dwinda, "kalian sebisa mungkin harus bisa mengeluarkan Aira dari rumah ini. Namun sebelum itu terjadi, aku berharap, kalian bisa membuat Aira menderita di rumah ini dan tak nyaman."
Tak ada rasa curiga yang tersimpan dari raut wajah para pelayan itu, mereka sudah tahu akal jahat Dwinda yang ingin memiliki Tuan Edric.
"Hanya itu saja, Nyonya?" pertanyaan mulai dilontarkan oleh Maria kepada sang nyonya.
Sebenarnya Maria itu tidak setuju dengan perintah Dwinda yang sangat keterlaluan, apalagi menyangkut kebahagiaan Edric. karena Maria tahu jika sang Tuan mudanya baru bisa tersenyum akhir-akhir ini setelah kedatangan Aira, gadis desa yang begitu ramah pada setiap orang.
Aira adalah sosok gadis yang begitu baik, ia tak pernah terlihat memerintah ataupun membuat sakit hati orang di rumah. Aira selalu berkata sopan dan juga membantu para pelayan saat bekerja di dalam rumah. Bagaimana bisa Maria menuruti perintah sang nyonya. Wakau terkadang Maria selalu meledek Aira, membuat gadis manis lugu dan polos itu menderita, hatinya seakan tak tega karena Maria mempunyai anak gadis seusia Aira, ia takut jika perlakuan buruknya terhadap Aira, akan berbalik kepada anaknya. "
"Kenapa kamu berkata seperti itu Maria? Apa kamu keberatan dengan rencanaku ini." pertanyaan terlontar dari mulut Dwinda untuk Maria.
Karena tekanan ekonomi, Maria harus mengalah saat itu juga, ia harus membahagiakan kedua anak-anaknya yang berada di kampung begitupun keluarganya, karena sang suami sudah meninggal dunia sejak Maria melahirkan kedua anak-anaknya.
Saat itulah Maria harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya dan juga kedua anak-anaknya, karena dengan bekerja di rumah Ellad, semua kebutuhan keluarga dan juga kedua anak-anaknya terpenuhi, apalagi menjadi seorang pelayan di rumah sang CEO tentulah digaji sangat besar.
"Tidak Nyonya. Saya setuju dengan apa yang Nyonya katakan, jika memang gaji saya tidak akan dipotong dan juga naik pada bulan ini."
"Bagus kalau kalian menurut, tapi jika sewaktu-waktu kalian menghianatiku. Awas saja aku tidak akan tinggal diam memberi kalian pelajaran."
Dwinda mulai bangkit dari tempat duduknya, setelah memberitahu para pelayan untuk membuat Aira tidak betah di rumah.
Sang nyonya besar kini pergi meninggalkan para pelayan dengan berjalan dengan berlenggak lenggok, layaknya seorang wanita yang ingin diperhatikan."
Para pelayan terlihat cemas, mereka sebenarnya tak ingin membuat gadis manis bulu mata lentik itu harus menderita di rumah Ella, karena ia bagaikan seorang putri yang sudah menyelamatkan kebahagiaan Edric. Para pelayan tahu jika Edric adalah anak muda yang jarang tersenyum dan bersikap dingin. Terkadang mereka selalu menjadi sasaran kemarahan Edric, saat sang CEO muda merasa bosan dengan rutinitasnya setiap hari. Tanpa penyemangat ataupun penghibur duka lara.
"Apa kalian berani membuat Aira menderita, jujur saja aku tak berani. Walaupun aku sering membicarakan dia dan juga meledek dia aku tidak bisa. Apalagi kita diperintahkan, harus membuat dia menderita dan pergi jauh di rumah ini, kamu tahu sendiri kan. Tuan Edric begitu terlihat bersemangat dan bahagia setelah datangnya Aira ke rumah ini."
Apa yang kamu katakan Lina ada benarnya juga.
"Lina, aku juga berpikir seperti itu. "
Semua orang di rumah itu sangat menyayangi Aira, mereka seperti tak ingin melukai Aira sedikitpun, karena memang para pelayan di rumah kebanyakan tinggal di desa. Dan merasakan bagaimana hidup di rumah orang lain dan jauh dari namanya keluarga.
crrita carlos ma welly terus