Seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah SMA terpaksa menerima permintaan sang mommy untuk menikah dadakan dengan anak mantan supirnya. Apakah sang anak akan menerimanya?.
Sedangkan sang mempelai perempuan tidak tahu siapa yang akan menikahinya. Dia sudah tak sadarkan diri ketika ijab qobul itu terjadi.
Entah mimpi apa aku semalam, dari seorang lajang sekarang sudah beristri.
-Greyvanno Alexander Geraldy
Siapa dia? benarkah suamiku?
-Naretta Andara Ibrahim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Winda keenandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Setelah acara makan malam selesai, Vanno dan Retta segera pergi ke kamar untuk beristirahat. Begitu melihat kamarnya, Vanno langsung mendengus kesal. Mommynya benar-benar melaksanakan ucapannya. Semua sofa yang ada di kamar Vanno benar-benar dipindahkan.
Vanno berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket. Sementara Retta berjalan menuju walk in closet untuk menyiapkan baju ganti Vanno. Retta sudah diberi tahu mommy dan bi Mar tentang kebiasaan Vanno.
Setelah selesai Vanno keluar kamar mandi dengan menggunakan bathrobe. Dia terpaksa menggunakannya karena ada orang lain di dalam kamarnya.
"I-ini baju gantinya," kata Retta sambil menyerahkan baju ganti kepada Vanno.
Vanno menerimanya dan segera pergi ke ruang ganti. Sementara Retta memilih untuk merebahkan diri dan segera menyelimuti tubuhnya hingga dagunya. Dia merasa letih sekaligus takut.
Retta merasakan pergerakan kasur di belakangnya. Dia berusaha menenangkan hatinya yang berdebar tak karuan seperti sedang lompat tali. Sementara Vanno bergerak kesana kemari terlihat tidak nyaman.
Merasakan pergerakan yang cukup banyak, akhirnya Retta sedikit membuka selimut dan berbalik.
"Apa kamu tidak nyaman, M-mas?" Retta masih merasa canggung dengan sebutan itu.
Seketika matanya membulat dan wajahnya memerah ketika melihat Vanno yang ternyata tidak memakai atasan alias bertelanjang dada. Retta segera memalingkan wajahnya.
"Aku tidak menemukan satu guling pun. Kemana perginya guling-guling ku? aku tidak bisa tidur jika tidak ada guling." Jawabnya sambil menyenderkan punggung ke kepala ranjang.
"I-itu… mommy membawa pergi semuanya, Mas. Kata mommy sekarang tidak perlu guling lagi." Jawab Retta dengan polosnya.
Mendengar jawaban Retta, Vanno membulatkan matanya sambil melongo. Dia mengusap wajahnya dengan kasar.
Mommy benar-benar keterlaluan. Dia tahu kebiasaanku tidur tidak pernah pakai baju dan tidak bisa tidur jika tidak pakai guling. Sekarang, semua guling malah di singkirkannya. Benar-benar sial!. Rutuk Vanno dalam hati.
Mau tak mau Vanno segera merebahkan diri dan menarik selimut. Sebisa mungkin dia berusaha untuk tidur. Begitu juga dengan Retta. Mungkin karena kecapekan, kedua insan itu segera tertidur dengan lelap.
*****
Pukul 04.40 pagi Retta terbangun. Dari dulu dia sudah terbiasa bangun pagi untuk melakukan sholat subuh dan pergi ke pasar membantu ibunya belanja.
Retta merasa sesak dan berat pada bagian tubuhnya. Dia berusaha menggeliat tapi tidak bisa. Ketika mencoba bergerak, dia merasakan ada yang bergerak di area d*danya. Sontak Retta membulatkan mata dan berteriak dengan kencang.
Aaaaagggghhhh….
Vanno yang terkejut dengan teriakan itu bukanya melepaskan tangannya tapi malah semakin mengeratkan pelukannya. Dia semakin menenggelamkan wajahnya di punggung Retta.
Dengan kasar Retta melepaskan tangan dan kaki Vanno yang membelit tubuhnya. Vanno terlonjak kaget dan segera membuka mata. Sayup-sayup terlihat seorang gadis duduk di hadapannya.
"Apaan sih teriak-teriak." Tanya Vanno dengan polosnya. Dia masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Vanno duduk bersandar pada kepala tempat tidur sambil mengucek kedua matanya.
"Ke-kenapa Mas Vanno memelukku? Dan, dan i-ini, ke-kenapa memegang ini ku?" Tanya Retta dengan terbata-bata sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Vanno segera membuka mata lebar-lebar dan mencoba memahami perkataan sang istri. Dia mengernyit bingung. Apa maksudnya?, batin Vanno.
Tadi sepertinya aku sedang bermimpi mengunjungi taman hiburan, dan memainkan squishy disana. Mungkinkah? Itu? Vanno melirik Retta yang sedang menyilangkan kedua tangannya di dada.
Seketika mata Vanno membesar, dia segera menggelengkan kepala. Dia berusaha menyingkirkan pikiran kotor yang baru saja melintas. Tidak mungkin, rutuknya dalam hati. Sementara wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Vanno berusaha menetralkan jantungnya sebelum kembali bersuara. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Kata Vanno. "Memang apa yang terjadi? aku kan tidur, mana aku tahu apa yang aku lakukan." Kilahnya cepat sambil membuang muka berusaha menutupi rasa malunya.
Untung lampu di kamar masih menyisakan lampu tidur, sehingga wajah malunya tidak terlihat oleh Retta.
Retta terlihat berpikir, sebelum akhirnya berbicara, "Besok-besok kalau tidur agak jauhan sedikit Mas, aku takut." Katanya kemudian.
Mendengar hal itu Vanno merasa lega. Sementara Retta segera pergi ke kamar mandi untuk wudhu meninggalkan Vanno. Setelah selesai Retta mengambil mukena dan sajadahnya. Dia menatap Vanno yang sedang memainkan ponselnya.
"Mas mau sholat berjamaah atau sendiri?" Tanya Retta.
Vanno mendongak dan memperhatikan Retta sudah siap dengan mukenanya. "Bareng, kita sholat berjamaah." Katanya sambil beranjak pergi ke kamar mandi.
Retta segera menyiapkan perlengkapan sholat milik Vanno. Dia membentangkan sajadah Vanno menghadap kiblat. Retta juga menyiapkan sarung dan baju yang akan dikenakan oleh Vanno.
Vanno terlihat keluar dari dalam kamar mandi. Rambutnya terlihat basah menetes hingga dahinya. Retta yang melihatnya hanya bisa menelan salivanya dengan kasar. Suamiku, batinnya.
Namun, dia segera tersadar dan menundukkan matanya. Dia merasa malu telah menatap wajah suaminya dengan tatapan kagum.
Vanno berjalan mendekati sarung dan kemeja yang sudah disiapkan oleh Retta. Dia berjalan menuju ruang ganti untuk mengganti celananya dengan sarung. Setelah semua siap, mereka melaksanakan sholat subuh berjamaah.
\=\=\=\=\=
Kasih dukungan dong guys, biar semangat up nya 😉