🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Bab 10
Tampak Margot Evans bersama Lee Ryder berjalan menyusuri sepanjang jalan menuju ke tempat keramaian.
"Akhirnya kita sampai di daerah yang ramai tapi tidak ada penginapan rupanya disini", ucap Lee Ryder.
"Itu ada toko ! Bagaimana kalau kita mampir kesana saja ?", kata Margot.
"MMM..., baiklah..., kita kesana saja...", sahut Lee Ryder.
Keduanya berjalan kembali menuju ke sebuah toko yang terletak di kanan jalan besar.
Namun, yang mereka berdua temui adalah sebuah toko tradisional yang menjual kue Gangjeong.
Lee Ryder sendiri terkejut karena dia baru melihat toko Gangjeong di Amerika.
"Ini toko Gangjeong ???", kata Lee Ryder.
Sangat jarang bahkan hampir Lee Ryder tidak pernah menjumpai toko yang menjual kue tradisional Gangjeong.
Ini Amerika bukan negara Korea tempat Gangjeong berasal.
"Tapi karena kita tidak menemukan penginapan untuk kita menginap, kita pilih saja toko Gangjeong ini untuk menghabiskan waktu kita disini", lanjut Lee Ryder.
"Kita akan kesana ?", tanya Margot.
"Iya, kita masuk ke dalam toko Gangjeong itu sekarang", sahut Lee Ryder.
"Baiklah, aku juga merasa sangat kelelahan terus berjalan tadi...", kata Margot.
"Hmmm... Ayo ! Kita masuk ke toko Gangjeong !", ajak Lee Ryder.
Akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke dalam toko Gangjeong.
Jarak kota lumayan cukup jauh dari jalan raya tempat mobil mereka terhenti karena menabrak pembatas jalan raya sehingga mengalami kerusakan fatal pada mesin mobil.
Hanya ada deretan toko serta pom bensin yang masing-masing jaraknya cukup jauh satu dengan lainnya.
Kebetulan mereka berdua menemukan toko Gangjeong di daerah tempat berhentinya mobil yang mereka naiki.
"Selamat datang !", sapa seorang pria berkacamata.
Ketika Margot Evans dan Lee Ryder masuk ke dalam toko Gangjeong.
Sebuah lonceng berbunyi nyaring saat mereka membuka pintu kaca toko Gangjeong.
KLONTENG... KLONTENG... KLONTENG...
Lonceng berbunyi cukup kencang.
Lee Ryder menengadahkan kepalanya ke arah sebuah lonceng kuno.
Tampak lonceng Bosingak berukuran kecil tergantung di atas pintu masuk toko Gangjeong.
"Unik sekali toko Gangjeong ini...", gumam Lee Ryder.
Seorang pria berkacamata kembali menyapa mereka berdua ketika keduanya menghampiri meja panjang tempat menerima pelanggan toko.
"Apa disini menjual kue tradisional Gangjeong saja ?", tanya Lee Ryder.
"Iya, benar", sahut pria berkacamata itu ramah.
"Bolehkah kami memesan Gangjeong untuk kami berdua ?", kata Lee Ryder.
"Silahkan tunggu sebentar di meja makan, aku masih menyiapkannya", sahut pria berkacamata itu.
Lee Ryder menoleh ke arah meja panjang dekat jendela toko.
Beberapa bangku kayu berderet rapi di depan meja panjang itu.
Keduanya lalu berjalan menuju kesana.
"Akhirnya...", ucap Lee Ryder.
Lee Ryder duduk sambil merenggangkan tubuhnya yang letih.
"Untung ada toko ini kalau tidak, kita terpaksa terus berjalan", kata Margot.
"Berjalan kaki itu sangat bagus untuk kesehatan tubuhmu lagipula kamu tidak pernah berolahraga sejauh ini, nona besar", kata Lee Ryder.
Lee Ryder mencoba menggoda Margot dengan kata-katanya yang selalu menyindir gadis muda itu.
"Nah, kamu tahu itu kalau aku tidak terbiasa berolahraga sejauh ini !", sahut Margot.
"Sepertinya kita tidak pernah berhenti bertengkar hanya karena kamu tidak dapat menerima pendapatku", kata Lee Ryder.
"Tapi..., setidaknya kita menjadi saling mengenal karena alasan itu, bukan !?", jawab Margot.
Lee Ryder tertawa kecil dengan sikapnya yang selalu berwibawa.
Hal yang paling menarik dari Lee Ryder bagi Margot Evans adalah pria tampan itu selalu mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi serta celana panjang rapi kemana-mana.
Tiap Lee Ryder pergi keluar rumah baik itu dalam kesempatan acara resmi maupun santai.
Lee Ryder tidak pernah lupa berpakaian rapi serta sepatu kemanapun dia pergi.
Ada satu lagi yang paling menarik perhatian Margot Evans dari Lee Ryder yaitu rambut pria tampan itu berwarna perak yang selalu tertata rapi modern.
"Apa kamu lelah ?", tanya Lee Ryder mencoba perhatian.
"Tentu saja, aku merasa lelah bahkan kakiku terasa sangat sakit jika dipakai untuk berjalan lagi", sahut Margot.
"Coba aku lihat !", kata Lee Ryder.
"A--apa !? Tidak ! Tidak usah !!! Nanti akan sembuh-sembuh sendiri...", sahut Margot kaget.
Margot Evans berusaha menjauh dari perhatian yang diberikan oleh Lee Ryder kepadanya karena dia tidak ingin terlibat cukup jauh dengan pria eksentrik itu.
"Lihat ! Aku ingin melihatnya !!", kata Lee Ryder.
"Tidak ! Tidak usah...", sahut Margot.
Margot Evans menjauhkan dirinya dari jangkauan yg tangan Lee Ryder tetapi bangku kayu yang dia duduki berdekatan dengan pria tampan itu.
"Sini, aku lihat !!!", kata Lee Ryder.
"Jangan....", tolak Margot.
Margot langsung teringat akan kejadian di dalam kamar yang membuat dirinya salah tingkah dan sedikit canggung jika berdekatan dengan Lee Ryder.
"Lihat, kataku !!!", kata Lee Ryder.
Lee Ryder meraih kaki Margot lalu menaikkannya ke atas paha kakinya.
"Ya Ampun...", pekik Margot bersemu merah.
"Sudah... Jangan malu-malu padaku ! Aku ini termasuk kerabat dekatmu, bukannya seperti itu, nona besar !?", kata Lee Ryder.
Lee Ryder melepas sepatu flat yang dipakai Margot.
"Apa kamu tidak pernah merawat kuku kakimu ke salon khusus perawatan ?", tanya Lee Ryder.
"MMM..., tidak...", sahut Margot.
"Apa ayah tidak pernah memberikan uang jajan yang banyak kepadamu ? Bukankah kamu puteri kesayangan, ayah ?", kata Lee Ryder.
"Ayah hanya memberikanku kartu kredit tetapi aku jarang memakainya karena tidak ada waktu untuk ke salon" sahut Margot.
"Hmmm..., lain kali kita pergi ke sana, ya !", kata Lee Ryder.
"Emmm... Apakah kamu akan mengantarkan sendiri aku kesana ?", tanya Margot malu-malu.
"Iya ! Aku akan mengatur jadwal kerjaku nanti dan mengajakmu pergi ke salon perawatan kecantikan", sahut Lee Ryder.
Lee Ryder menjawab pertanyaan sambil menganggukkan kepalanya.
Tidak lupa dia memeriksa kaki Margot yang lecet akibat berjalan kaki jauh.
Kaki gadis berwajah cantik itu dengan kedua mata indahnya itu terlihat bengkak kemerah-merahan.
"Fuih !? Ini cukup parah sekali..., dan tidak bisa dibiarkan terlalu lama terluka akan timbul infeksi", ucap Lee Ryder.
Lee Ryder menoleh ke arah pria berkacamata yang sedang sibuk menyiapkan kue tradisional Gangjeong yang dia pesan.
Dia lalu berkata pada pria berkacamata itu.
"Pak ! Apa anda punya obat untuk luka ?", tanya Lee Ryder.
"Iya, aku punya ! Siapa yang terluka ?", sahut pria berkacamata itu ramah.
"Gadis ini, kakinya lecet karena gesekan sepatu tadi", kata Lee Ryder.
Pria berkacamata itu lalu tertawa renyah seraya menganggukkan kepalanya.
"Bolehkah aku meminta obat itu ?", kata Lee Ryder.
"Iya, boleh..., tunggu aku akan mengambilnya setelah selesai menghidangkan kue Gangjeong ini !", sahut pria berkacamata itu ramah.
"Terimakasih...", jawab Lee Ryder.
"Sama-sama...", ucap pria dari toko Gangjeong itu.
Pak tua berkacamata itu menghampiri meja panjang tempat Lee Ryder dan Margot Evans tengah duduk.
Sepiring kue tradisional Gangjeong berukuran besar dihidangkan khusus oleh pria berkacamata itu untuk Lee Ryder dan Margot Evans.
Selang beberapa menit kemudian...
Lee Ryder telah selesai mengobati luka lecet di kedua kaki Margot Evans.
Tampak raut wajah Lee Ryder sangat puas ketika dia berhasil membantu gadis muda itu mengobati lukanya.
Senyum di wajah Lee Ryder tidak henti-hentinya menghias wajah tampannya kala itu.
Seolah-olah dia telah berhasil melewati momentum penting yang mampu membuatnya tersenyum senang.
Hal yang jarang sekali terlihat dari Lee Ryder selama ini karena pria tampan itu selalu menjaga image dirinya tetap berwibawa bahkan cenderung dingin dan angkuh.
Itulah yang menyebabkan Margot Evans tidak pernah dekat dengannya.