NovelToon NovelToon
DOA DI AKHIR SUJUD

DOA DI AKHIR SUJUD

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Chicklit
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Hai pembaca!
Kali ini, saya akan membawa Anda ke dalam sebuah kisah yang terinspirasi dari kejadian nyata, namun dengan sentuhan kreativitas yang membuatnya semakin menarik. Simaklah cerita tentang Halimah, seorang wanita yang terjebak dalam badai cinta, kekerasan, dan teror yang mengancam jiwa.

Semuanya bermula ketika Halimah bertemu dengan seorang pria misterius di media sosial. Percakapan mereka berlanjut ke chat pribadi, dan tak disangka, suami Halimah menemukan bukti tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi, dan Halimah dituduh berselingkuh oleh suaminya.

Halimah harus menghadapi cacian dan hinaan dari keluarga dan tetangga, yang membuatnya semakin rapuh. Namun, itu belum cukup. Ia juga menerima teror dan ancaman, bahkan dari makhluk gaib yang membuatnya hidup dalam ketakutan.

Bagaimana Halimah menghadapi badai yang menghantamnya? Apakah ia mampu bertahan dan menemukan kekuatan untuk melawan? Ikuti kisahnya dan temukan jawabannya. Jangan lewatkan kelanjutan cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DODIAKSU 20

Rafa menghentikan gerakan sendoknya yang hampir masuk ke mulutnya ketika ia mendengar suara panggilan. Ia segera meletakkan piringnya dengan kasar di atas meja dan berdiri, penasaran siapa yang memanggilnya. Ketika suara itu memanggilnya sekali lagi, Rafa bergegas menuju ke arah suara tersebut.

"Rafa... Ini pak de," teriak Cahyo dari arah garasi.

Rafa berhenti di depan pintu dan memperhatikan Cahyo yang sedang melihat-lihat mobilnya dengan ekspresi yang membuat Rafa semakin penasaran.

"Apa yang membuat pak de memanggilku?" tanyanya dengan nada penasaran yang terdengar jelas.

Cahyo berdiri tegak di samping mobil Rafa, matanya menatap langsung ke arahnya.

"Pak de mau ambil mobil ini," katanya dengan nada yang sedikit berat.

Rafa merasa ada yang tidak beres dan segera bertanya, "Apa maksudnya? Apakah pak de mau meminjam mobilku?"

Cahyo menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Begini, Le, mobil ini sudah pak de beli dari bapak kamu. Bapak kamu datang ke pak de dan bilang mau jual mobil ini." Wajah Cahyo terlihat khawatir, seolah-olah ia tidak ingin menyampaikan kabar tersebut.

Rafa merasa seperti disambar petir di siang bolong. Bagaimana mungkin bapaknya menjual mobilnya tanpa memberitahukannya terlebih dahulu? Mobil itu adalah sarana transportasi utamanya untuk bekerja. Rafa merasa kehilangan kendali dan tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar.

"Ini kan mobil aku, pak de!" Rafa menggumamkan kata-kata tersebut dengan nada kesal yang terdengar jelas.

Matanya memerah karena menahan amarah, pupilnya melebar menandakan bahwa Rafa benar-benar marah pada bapak dan pak de-nya.

Cahyo mencoba menenangkan Rafa, "Ya, pak de gak tau, Le, tapi kata bapak mu, ini mobil kan yang bayar uang mukanya bapak mu. Bapak mu banyak tanggungannya, dia gak mampu jika harus bayar cicilan dua mobil."

Rafa merasa darahnya mendidih. Ia tidak bisa menerima kenyataan bahwa bapaknya menjual mobilnya tanpa sepengetahuannya. Yang membuatnya marah bukan hanya karena mobilnya dijual, tapi juga karena bapaknya tidak mendiskusikan hal itu dengannya terlebih dahulu. Rafa juga ikut membayar cicilan mobil itu, sehingga ia merasa memiliki hak untuk mengetahui keputusan bapaknya.

Suasana semakin menegang. Rafa sudah tidak mau mendengarkan penjelasan dari pak de-nya. Ia merasa bahwa kepercayaannya telah dikhianati.

"Kenapa bapak gak ngomongin ini sama aku?!" Rafa bertanya dengan nada tinggi, matanya memerah karena marah.

Cahyo terlihat bingung, ternyata Rafa belum mengetahui semua ini. Ia pikir Anton sudah membicarakan semuanya pada Rafa dan Halimah.

 "Jangan langsung marah gitu, Le, nanti coba tanya bapak kamu dulu," kata Cahyo, mencoba menenangkan Rafa yang semakin marah.

Rafa masih terlihat kesal, "Terus, mobil ini sudah pak de bayar?" tanyanya dengan nada tinggi.

Cahyo mengangguk, "Iya, bapak mu butuh uang cepat katanya. Dan semalam bapak mu datang minta uang ke pak de."

Rafa merasa semakin marah, "Pak de ini gimana sih, seharusnya kan tanya dulu sama aku. Bagaimana pendapat aku, kenapa langsung di bayarin sih?" teriaknya dengan kesal.

Cahyo mencoba menenangkan Rafa, tapi Rafa sudah tidak mau mendengarkan. Ia merasa bahwa kepercayaannya telah dikhianati, dan bahwa bapaknya telah membuat keputusan yang salah tanpa mempertimbangkan pendapatnya.

Karena suara ribut di luar, Halimah terbangun dari tidurnya dan segera bangkit. Ia menatap ke arah pintu, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Suara Rafa yang sedang marah-marah terdengar samar, membuat Halimah cepat menghampiri anaknya. Ia berjalan dengan cepat menuju suara kegaduhan itu dan melihat Rafa tengah marah-marah dengan pak de-nya.

"Ada apa, Le? Gak boleh marah-marah gitu sama pak de mu," ucap Halimah seraya mengusap pundak Rafa.

Ia penasaran dan bertanya, "Enek opo to, kang?"

Cahyo kemudian mendekat dan mengajak Rafa dan Halimah untuk duduk di ruang TV.

Cahyo berdiri di depan mereka dan menjelaskan, "Kita bicara di dalam saja, gak enak kalo sampai semua tetangga dengar."

Cahyo menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Gini lo, Ndok. Bojomu semalam ke rumah, dia bilang ingin jual mobil ini." Ia menunjuk ke arah mobil yang terparkir di garasi.

Mata Halimah membulat sempurna, kaget. "Apa? Menjual mobil ini?" tanyanya dengan nada yang tidak percaya.

Cahyo mencoba menenangkan Halimah dan Rafa, "Sek to, jangan marah-marah dulu. Dengarkan kange ngomong."

Ia menjelaskan dengan sabar, "Mobil ini di jual untuk membayar hutangnya dan menutup mobil yang di bawa Anton. Dia merasa berat jika harus membayar dua mobil, jadi nanti mobil yang satunya itu lunas dan mobil itu milik Rafa. Katanya Rafa boleh pakai mobil yang satunya."

Halimah masih terlihat kesal, "Ya, kalo benar begitu, tapi kenapa dia gak mendiskusikan dulu sama kami, kang? Kenapa langsung ke sampean?" Ia bertanya dengan nada yang tidak puas.

Rafa tidak bisa menahan air matanya lagi, kekecewaannya terhadap Anton, bapaknya, sungguh dalam.

"Bapak memang tega sama aku, mak," ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar. "Dia sudah tidak menganggap kita lagi. Dia tidak peduli dengan perasaan kita, tidak peduli dengan kebutuhan kita. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri." Rafa menangis, hatinya terluka oleh tindakan bapaknya.

Halimah mendekat ke arah Rafa dan memeluk anak satu-satunya itu dengan erat.

"Sungguh malang nasibmu, Le," ucapnya dalam hati, "bapak kamu menjual mobil ini bukan untuk membayar hutang, tapi untuk wanita simpanannya." Tak terasa, air matanya pun ikut menetes, menyertai tangisan Rafa.

Halimah mencoba menenangkan Rafa, "Sudah, gak usah terlalu mikirin bapak kamu itu. Katanya mobil itu buat kamu kan? Kalau gitu, kamu ambil saja, Le. Kan bapak kamu sendiri yang bilang."

Cahyo juga menyela, "Iya, ambil saja mobilnya. Lagian, bapak kamu juga yang bilang begitu sama pak de. Pak de loh saksinya, bahkan ada mbok de kamu juga."

Cahyo melanjutkan, "Nanti sore, Pak De antar kamu untuk ambil mobilnya."

Tapi Rafa menggeleng dengan tegas, "Gak usah, aku yang akan ambil mobil itu sendiri." Matanya bersinar dengan tekad, menunjukkan bahwa ia tidak akan membiarkan orang lain mengambil keputusan untuknya.

"Ya sudah, kalau memang itu mau kamu," kata Cahyo dengan nada yang sedikit berat.

"Kalau gitu, pak de pulang dulu, pak de bawa mobilmu ya." Cahyo berpaling untuk pergi, tapi Rafa masih berdiri di tempat, matanya menggenang dengan air mata yang siap jatuh.

Rafa seperti tak iklas jika harus melepas mobil yang selama ini menemaninya. Mobil itu bukan hanya sekedar kendaraan, tapi juga teman yang selalu menemani perjalanan hidupnya. Cahyo meminta kunci mobil, tapi Rafa ragu-ragu untuk menyerahkannya.

"Mana kuncinya, Le? Pak de mau bawa mobilnya soalnya," pinta Cahyo dengan nada yang sedikit keras. Rafa mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu, tapi Halimah menghentikannya.

"Sudah, kasihkan saja, itu sudah bukan mobilmu lagi, Le," ucap Halimah sambil mengelus kepala Rafa dengan penuh perhatian.

"Jangan membuat dirimu sendiri menderita, anakku. Biarkanlah mobil itu pergi, dan kamu fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidupmu."

1
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
dah selingkuh main pelet2an ckckck 🤦‍♀️
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
jangan mauu /Scream/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Anton makin tega, Halimah sabar banget 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
/Cry/ yahhh yahhh
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
suka sama gambar2 visual pilihan author 🥰
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang bpkmu sengklek kyk tumor kankerr 🤣
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang niat bnget cari kesalahan Halimah 😭 padahal Dy yg slingkuh
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.
eh kok mt.. ke gc 🤣🤣
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂
lanjut yi.. nggak sabar pengen liat si Anton itu menyesal
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa buk.. ini jg lgi berusaha.. oleng ke mt mulu buk
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
eehh /Panic/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
hddehhh play victim 😤😤
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
pasti mau tinggal bareng sama selingkuhannya 😌😏
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
si Anton dah beralih ke lain hati, 🤧🤧 makanya berubah jdi suami kamvrett, lebih baik pisah aja jngn mengharapkan hal yg mustahil Halimah 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang kyk betina si Anton ini 😂😂🤣🤣
Manik🌼
satu iklan untuk kamu /Drool/
Manik🌼
bener sih kata anha
Nar Sih
sabarr ya halimah
Nar Sih
dri bhsa nya ini cerit orang jawa ya kak thorr ,tpi sedih dan lucu
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa Halimah orang Jawa di cerita ini
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Halimah cepat pisah dari Anton, daripada kamu stress di hina & direndahkan terus 😭😭🤧
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
untungnya si Rafa dah gede & Halimah bisa cari uang sendiri, mang suami gak guna si Anton 🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!