The Devil Husband

Jihan menggigit bibirnya, dalam hati bersorak kegirangan dan penuh kepuasan. Tiger menyentuh perutnya yang terasa begah. Mulutnya terasa getir dan enggan menelan makanannya lagi.

Sejenak pria itu memejamkan mata untuk menetralkan rasa aneh yang tiba-tiba menggelayar dalam tubuhnya. Kepalanya semakin berdenyut nyeri.

Jihan tidak bersuara, namun manik matanya tak lepas dari raut wajah suaminya yang mulai memucat. Ia bahkan meneguk jus di gelasnya tanpa mengalihkan pandangan.

"Tiger, kamu baik-baik saja?" gumam Jihan.

Lama kelamaan Tiger tidak mampu menahan gejolak dalam perutnya. Ia segera berdiri dan melangkah cepat ke wastafel kamar mandi di dekat dapur.

Suara berat Tiger menggema di kamar mandi berulang-ulang, memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam lambungnya. Jihan sedikit meringis mendengarnya, ia pun segera menyusul sang suami. Karena ia tahu bagaimana rasanya muntah-muntah.

Tanpa meminta izin, Jihan menyentuh salah satu lengan suaminya. Sedang tangan lainnya memijit halus tengkuk pria itu. Ada rasa tak tega yang tiba-tiba menyusup ke hatinya.

Keringat dingin sudah mengguyur seluruh tubuh Tiger. Terutama di wajah tegas dan rahang kokoh itu. Manik abunya berubah sayu, wajahnya memutih seperti kehabisan aliran darah.

"Tiger," panggil Jihan khawatir.

Bagaimana tidak, sudah sepuluh menit pria itu terus mencoba mengeluarkan seluruh isi perutnya. Bahkan sudah tidak keluar apapun masih terasa mual.

"Masih mual ya? Udahan dong. Udah keluar semua nih makanan kamu," ucapnya mengucurkan air keran lalu mengusap punggung Tiger dengan gerakan naik turun.

Tiger menopang kedua lengannya di tepi wastafel. Kepalanya menunduk dalam sembari mengatur napasnya. Meski tubuhnya melemah, Tiger masih berusaha berdiri dan tidak tumbang. Ia menggeleng untuk menghilangkan pandangan yang berputar-putar.

"Bisa jalan sendiri? Atau aku panggilin pengawal?" tanya Jihan sedikit panik.

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri!" gumamnya sangat pelan.

"Tapi yakin kamu bisa? Aku tahu pasti rasanya pusing dan lemes banget. Sebentar ya." Jihan berbalik dan melangkah keluar. Namun baru dua langkah, tiba-tiba ....

GREP!

Tiger langsung menarik pinggang Jihan yang hampir meninggalkannya hingga tubuh wanita itu berputar dan membentur dada bidangnya. Pria itu memeluk sang istri dengan erat. Memejamkan mata dan menghirup aroma istrinya dalam-dalam. Karena ternyata, dari sana ia mendapat ketenangan bahkan terasa seperti mendapat asupan energi baru.

"Tidak usah! Kamu saja, cukup!" ucap Tiger.

Terpaku, terdiam dan tercengang disertai debaran jantung yang berantakan. Itulah yang dirasakan Jihan saat ini. Ia sampai tidak bisa mengucapkan apa-apa, hanya menelan ludahnya berulang kali.

"Eee ... i ... iyaudah, sekarang bisa jalan ke depan nggak? Jangan kelamaan di sini. Dingin!" bisik Jihan terbata dalam dekapan sang suami.

"Sebentar. Sebentar saja. Biarkan seperti ini," gumam pria itu dengan suara lembut.

Sungguh, mendengar nada suara yang berbeda dalam satu malam ini membuat tubuh Jihan meremang. Namun tak lama, ia berusaha menetralkan diri dan hatinya. Ia masih membangun benteng yang berdiri kokoh untuk melindungi hatinya, agar tidak kembali hancur untuk ke sekian kalinya.

Perlahan, Jihan mengangkat tangannya. Mengusap punggung lebar dan kokoh sang suami. Memberikan kelembutan di setiap sentuhannya.

"Jangan tidur. Aku tidak akan kuat menyeretmu," celetuk Jihan membuat Tiger meregangkan pelukannya.

Kepalanya menunduk dengan sedikit kerutan di dahi. Seperti baru tersadar dari alam lain, pria itu sedikit mendorong bahu Jihan. Lalu melenggang pergi meninggalkan wanita itu sendirian.

"Hah? Ini gimana sih konsepnya? Kadang manis, kadang pahit," gerutu Jihan berkacak pinggang. Kesal pun menyelimuti hatinya. Bingung dengan sang suami yang sering berubah-ubah. Semakin bulatlah tekadnya untuk membangun benteng yang kokoh agar tak tersentuh.

Bersambung~

Terima kasih banyak supportnya, Bestie 😘 like dan komen kalian bikin semangat!! Lope you sekebon 🌶