*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Dua rakaat tahajud mereka tunaikan bersama, setelahnya mereka duduk bersama memanjatkan doa hingga menjelang subuh.
"Aku jamaah di masjid ya, nanti habis sholat ada kajian, kamu sholat sekalian dan ikut di sana sama santri putri yang lainnya. Biar ada kegiatan pagi, mau 'kan?"
"Iya Mas," Shali mengangguk patuh, tak ada alasan untuk menolak suatu kebaikan bukan.
"Ayo, kamu duluan jalannya, aku ngikutin," ujarnya berjalan tepat di sampingnya agak ke belakang. Tepat berjalan tepat di kamar Azmi, saat itu juga putra ketiga Kyai Emir keluar dari kamarnya. Sontak mempertemukan pandangan mereka berdua, Shali langsung menunduk memutus pandangan, sementara Azmi menyapa basa-basi kakaknya.
"Tumben bareng Bang?" tegurnya yang seketika membuat Aka menatapnya tajam.
Seandainya tidak berbentur waktu adzan sudah pasti mereka akan terlibat sedikit obrolan. Namun, seruan panggilan alam itu telah menyeru memanggil umat muslim untuk segera menyegerakan.
"Ada yang salah? Kami duluan, Az." Tanpa disadari Aka berjalan cepat sambil meraih tangan istrinya.
"Masya Allah, kalian mesra sekali," tegur Zayyan yang juga memergoki mereka bergandengan tangan.
"Sampai mau ke masjid saja, tidak mau pisah. Kaya truk gandeng aja. Hehehe." Zayyan paling suka asal kalau ngomong, tetapi ada benarnya juga.
"Mas, aku duluan ya, kamu bareng sama Zayyan aja," ujar Shali pada akhirnya. Aka mengangguk kecil.
"Azmi, Abang mau bicara setelah sholat nanti berdua," ucap Aka menyeru sebelum mereka masuk ke masjid bergantian.
Sementara kedatangan Shali di antara para jamaah perempuan jelas menjadi pusat perhatian orang di sana. Sebagai ada yang sudah tahu karena satu kampus walaupun tidak kenal karena beda jurusan, fakultas, dan semester.
Mereka bersalaman setelah sholat usai. Masih duduk seperti semula sambil menunggu seorang ustadz yang akan mengisi kajian. Tanpa diduga pagi ini Aka yang mengisi kultum subuhnya.
"Ning Shali ya, senang bisa jamaah bareng, kenalin Ning, saya Sofi dan saya Yana."
Kedua perempuan yang seumuran itu menegur Shali dengan ramah dan cukup sopan. Jelas Shali merasa kikuk diperlakukan istimewa di sana, bahkan disegani santri lainnya lantaran menjadi menantu kyai.
"Salam kenal, panggil aja Shali, senang berjumpa dengan kalian," balasnya tak kalah ramah.
"Wah ... hebat lho Ning Shali, bisa gandeng Ustadz Aka, dia 'kan idola kaum PMS di pondok, orangnya pinter ceramahnya bager, pokoknya cocok banget pas sama Ning Shali yang cantik dan sholehah."
Entah mengapa, Shali merasa sanjungan untuk dirinya itu berlebihan. Apalagi ia dari kalangan yang jauh dari kata taat, membuatnya malu tentunya menjabarkan dirinya. Kebetulan juga, ceramah singkat yang dibawakan Ustadz Aka sedikit menyinggung mengenai tugas dan tanggung jawab dalam rumah tangga seorang pasangan menurut kajian islam.
Jelas sudah, perilakunya yang tidak pandai menyenangkan suami menjadi sindiran keras yang menampar dirinya.
"Rumah tangga itu ibarat sebuah kapal yang sedang mengarungi samudra. Supaya kapal berhasil melayari samudra, nakhoda dan awak kapal harus bekerja sama. Hal ini sama saja seperti kehidupan suami istri, di mana istri harus mengikuti suami, dan taat kepadanya dalam ajaran yang benar," jelas Ustadz Aka.
Ingat pesan Rasulullah saw, "Sebaik-baik wanita ialah bila engkau pandang, dia menyenangkan, bila engkau perintah, dia menanti, dan bila engkau tidak ada, dia menjaga hartamu dan kehormatannya." (HR. Nasa'i).
Ada rasa semakin bersalah saat itu juga, hati kecilnya tidak pernah berkhianat akan sebuah kebaikan. Namun, Lagi-lagi logika dan emosi kadang menguasai diri.
Usai mengikuti kajian subuh, Shali kembali ke kamarnya. Sementara Aka, Shali tidak tahu suaminya ke mana, ia meninggalkan madjid langsung begitu ceramah selesai.
"Seneng deh kalau yang jadi imam Ustadz Aka, panutan banget jadi calon imam." Suara santri putri yang mampir di telinganya.
"Gus Azmi juga keren, duh ... jadi halu," timpal santri lainnya.
"Udah ah ... ayo balik kamar."
Suara-suara itu tak sengaja mampir telinga Shali yang berjalan tak jauh darinya. Mereka berdua memang keren, Aka dan Azmi sama-sama mempunyai kharisma tersendiri, jelas saja banyak yang menaruh hati padanya.
Shali masih di kamarnya, membuka jendela kamar yang langsung disambut kolam ikan hias. Sejuk yang ia dapat, karena di sekitar ruangan itu ada banyak pohon di sekitar taman. Setelahnya membersihkan diri dan persiapan ke kampus.
"Assalamu'alaikum ....!" suara salam suaminya menginterupsi perempuan yang tengah sibuk di meja rias. Sepertinya perempuan itu akan sedikit berdandan, namun ia ragu. Entahlah hatinya bingung.
"Waalaikumsalam ....!" Shali menyahut.
"Kamu ada kuliah pagi?" tanya Aka mendekat sembari memperhatikan istrinya bersolek.
"Iya Mas, nanti jam sembilan kok, kenapa?"
"Nggak pa-pa juga sih, kamu cantik," puji Aka tiba-tiba menatap lekat perempuan di hadapannya.
"Makasih, hmm ... aku kangen sama mommy, bolehkah nanti setelah pulang kuliah aku berkunjung ke rumahnya?"
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..