Follow IG : @aryani aza
Ini kisah tentang seorang Rania yang tidak diinginkan oleh sang ibu. Seorang Rania yang tumbuh besar tanpa kasih sayang, yang selalu tegar dalam menghadapi segala ujian dalam hidupnya.
Seorang Rania yang tengah berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja, padahal dia sendiri ingin melarikan diri dari hidupnya.
Begitu keras kisah hidupnya yang menabrak dirinya untuk pergi jauh dari kehidupan yang tengah dia jalani. Hingga Rania kehilangan arah dan tidak ada yang menuntunya ke jalan yang benar.
Tidak ada yang memberi pelukan kasih sayang terhadapnya, seorang Rania yang mencoba untuk berdiri di atas kakinya sendiri dan menopang segala beban kehidupan nya sendirian..
Akankah Rania bisa mengubah takdirnya? Dan menemukan pria yang bisa membuat hatinya bergetar serta menerima dirinya apa adanya?
LIKE.KOMEN.VOTE.BUNGA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SLR. Membayar Jasa Asuh
Pt. Mundo grup•
Di sebuah kantor yang cukup besar, seorang pria tampan memakai baju Office Boy yang tidak lain adalah Indra. Ia dengan gesit membersihkan ruangan atasan nya dengan sangat rapih dan bersih..
Walau indra terbilang tampan. Indra tidak malu dengan pekerjaan nya sebagai Office Boy, yang terpenting uang yang di cari adalah uang halal. Terlebih ia tidak punya pilihan lain selain menjadi Office Boy, karna ia hanya tamatan SMA.
''Ndra, udah selesai belum?'' Tanya teman satu profesi dengan nya..
''Udah ini.'' jawab Indra..
''Hayu keluar, bos bentar lagi datang.''
Baru juga kedua orang itu mau keluar, pintu sudah terbuka bersamaan datangnya Tuan Amar masuk bersama Asisten nya..
''Urusi saja pertemuannya, dan bilang untuk mengirimkan berkasnya terlebih dahulu.''
''Baik Tuan.''
Sedangkan Indra dan Malik membungkuk, lalu pergi keluar dari ruangan sambil membawa peralatan mereka.. ''Tunggu.'' tuan Amar menghentikan langkah Indra dan Malik.
''Ya Pak.'' jawab Indra dengan sopan.
''Tolong buatkan aku kopi dengan takaran gula rendah.''
''Baik Pak.'' Indra pun mengangguk lalu pergi untuk membuat kopi.
Sedangkan Tuan Amar duduk di kursi keberasannya, dia mengetik suatu pesan pada Rania sambil tersenyum manis.. Sungguh, tuan Amar layaknya abegeh yang baru mengenal cinta, dia selalu menanyakan apapun pada Rania.
Seperti..
Apa kamu sudah makan? Sedang apa Ran? Jangan Lupa makan. Jaga kesehatan. Dan masih banyak pesan-pesan yang di kirim tuan Amar pada Rania, namun tanggapan Rania biasa saja dan menjawab seadanya.
Tak lama, ketukan pintu membubarkan lamunan nya. ''Maaf pak mengganggu, kopi nya.''
''Hmm terimakasih, dan yaaa boleh aku minta tolong?''
''Tentu saja boleh pak, apa yang bisa saya bantu?''
''Belikan aku bunga mawar putih, tapi aku mau kau membeli bunga di toko langgananku, bersebrangan dengan supermarket di Jl. xxxxx.''
Indra mengangguk dan mengambil uang yang di sodorkan bosnya, lalu pergi dari ruangan bosnya untuk membeli bunga..
•
•
•
•
•
Sedangkan di sisi lain, Rania sedang berada di bus menuju kota penuh penderitaan sejak ia kecil. Ia akan berkunjung pada ibu angkatnya yang dulu menjadikan dia sapi perah penghasil uang..
Dengan hati tenang, Rania turun dari bus setelah sampai di kota tujuannya lalu menaiki angkot berwarna mewah.. Banyak orang-orang yang mencuri pandang pada Rania, terutama kaum adam yang merasa takjub dengan wanita cantik dengan pupil mata hitam yang pekat..
Perjalanan dari Jakarta ke daerah pedesaan Rania memakan waktu 4jam ¹/² lamanya. 4jm menaiki bis,
¹/²jam dari terminal hingga sampai ke pedesaan yang masih asri.
Rania turun dari ojeg yang mengantarkannya sampai di depan Gang lalu membayarnya. ''Terima kasih Neng.'' ucap tukang ojeg tersenyum ramah, namun Rania hanya mengangguk dan melangkah pergi..
''Permisi bu.'' ucap Rania saat melewati kerumunan ibu-ibu yang sedang bergosip sambil nyari kutu.
''Oh iyaaa silahkan.'' ucap para ibu-ibu dengan ramah, namun saling sikut dan berbisik. Lalu saling lempar pertanyaan siapa gadis cantik yang baru saja melewati mereka.
Ibu-ibu yang penasaran mengikuti Rania dari belakang, hingga Rania berhenti di depan rumah sederhana yang belum berubah sama sekali sejak ia kecil..
[Siapa itu yaa Ceu?]
[Nggak tau saya juga Ning.]
[Apa jangan jangan pacarnya si Indra yang dari kota! minta tanggung jawab?]
Dan masih banyak asumsi asumsi jelek yang di lontarkan para ibu ibu kampung, bahkan mereka sudah melupakan Rania kecil yang dulu suka membantu mereka...
Sedangkan Rania mengetuk pintu, meremas tangannya yang mengeluarkan keringat. Jantung Rania berdegub kencang tak karuan ketika ada suara yang menjawab salam nya..
Ceklek.. Pintu di buka bersamaan Ainun yang heran. ''Walaikum'salam siapa yaa?'' tanya Ainun..
Rania diam mematung, melihat wanita yang sudah membesarkan nya. Wanita kedua yang menoreh luka hati Rania, karna wanita pertama yang Rania benci sampai saat ini ialah ibu kandungnya yang sudah tega membuangnya..
Mata Rania memanas, ingin mengeluarkan air mata namun ia tahan sebisa mungkin.. Jika saja wanita di depannya ini memperlakukan Rania dengan baik dan penuh kasih sayang, sudah di pastikan jika Rania akan memeluk dan menangis di pelukannya. Mencurahkan segala isi hati dan beban yang selama ini mencekiknya, menceritakan bagaimana dia di perlakukan dengan keji di dalam tahanan..
Namun sayang seribu sayang, wanita di depannya inilah yang mendorong Rania hingga ia bisa di titik kehancuran yang mendalam. ''Bisa aku masuk?'' ucap Rania tak menjawab pertanyaan Ainun, lalu Rania menerobos begitu saja..
Mata Rania melihat kanan kiri, namun ia fokus dengan salah satu poto dirinya yang terpajang di tembok lusuh bersama beberapa poto yang lainnya.
''Punten, sareng sahanya? [Maaf, dengan siapa yaa]
''Lihat! bahkan dia tidak mengenali ku.'' gumam Rania dalam hati.
''Berapa biaya yang sudah kau keluarkan untuk membesarkan Rania?''
Ainun mengerutkan keningnya. ''Maksud neng teh apa yaa''
Pluuk... Rania mengeluarkan dua gepok uang di meja, membuat Ainun melototkan matanya. Rania yang melihat Ainun menghijau saat melihat uang hanya berdecih, Rania sudah menduga jika Ainun masih sama seperti dulu..
''Uang itu cukup bukan, untuk membayar jasa asuh sewaktu diriku masih bayi sampai aku bisa menghasilkan uang. Mulai sekang aku tidak punya lagi hutang padamu.'' Ucap Rania berdiri dari kursi dan melangkah pergi..
Sedangkan Ainun masih memikirkan perkataan Rania, hingga beberapa menit berpikir! akhirnya Ainun melebarkan pupil matanya, ketika dia mengingat anaknya yang hilang enam tahun yang lalu.''
''R-a-n-i-a. Astagfirullah Raniaaaa, Raniaaaa tungguuuuu.''Teriak Ainun mengejar Rania yang sudah melangkah jauh.
•
...••••...
...LIKE.KOMEN.VOTE.BUNGA ...
tpi kok g lanjut lagi kongslett ya author nya 🤔🤔🤔
tetap semangat kak