Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.
Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!
Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.
Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!
Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?
Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Sayang, tunggu aku,,," Dengan menunjukkan sisi manja yang dibuat-buat, wanita itu berjalan cepat menyusul Dave yang hampir meninggalkannya.
Dia merangkul tangan Dave dan mendekap nya erat. Wajahnya terlihat sangat bahagia bisa jalan berdampingan dengan pria tampan yang berkharisma tinggi meskipun memiliki aura dingin.
Dave hanya menoleh sekilas, sedikitpun tak memberikan reaksi pada wanita cantik itu yang terus menebar senyum manis padanya. Dia membiarkan wanita itu mendekap tangannya dengan penuh percaya diri dan bangga.
Sementara itu, keberadaan gadis cantik di atas balkon menatap dua orang di bawah sana dengan mata yang berkaca-kaca. Rasa sesak dan sakit di dadanya yang memaksa air mata itu muncul dan perlahan menggenang di pelupuk mata.
Rasa sakit itu bahkan lebih besar dibandingkan saat dia melihat Arga berselingkuh dengan Bianca.
"Siapa wanita itu,,," Nada bicara Davina melemah dan sedikit bergetar.
Hingga keduanya tak terlihat lagi dari pandangan, Davina masih berdiri disana. Tatapan matanya kosong, banyak dugaan yang tiba-tiba bermunculan dalam benaknya tentang hubungan Dave dan wanita itu.
Cukup lama Davina berdiri di balkon sejak kedatangan Dave, dia tak punya keberanian cukup untuk turun dan melihat apa yang sedang mereka lakukan di bawah.
Davina juga belum siap menerima kemungkinan buruk jika mengetahui hubungan mereka yang sebenarnya.
"Sayang, kamu sedang apa.?" Suara lembut Mama Sandra membuyarkan lamunan Davina.
Sandra terpaksa masuk ke kamar Davina sebelum mendapatkan ijin dari putrinya itu. Karna sejak tadi dia sudah mengetuk pintu dan berulang kali memanggil Davina namun tak ada jawaban.
Davina menoleh, mengulas senyum tipis pada Sandra yang berjalan mendekat.
"Ayo turun ke bawah, ada yang mau kenalan sama kamu." Sandra merangkul pundak Davina. Gadis itu tak langsung menjawab, dia bingung mencari alasan untuk menolak ajakan Mama Sandra.
Rasanya belum siap melihat kedekatan Dave bersama wanita lain dengan jarak yang dekat.
Menatap dari kejauhan saja mampu membuat hatinya terasa sakit, apa jadinya jika dia turun kebawah dan bergabung bersama mereka.
"Mama duluan saja, nanti aku menyusul."
"Aku mau cuci muka dulu, baru bangun tidur." Tuturnya berbohong. Sebenarnya dia hanya ingin mengulur waktu saja untuk menyiapkan hati sebelum akhirnya turun ke bawah dan mengetahui hubungan mereka.
"Baiklah,,," Sandra tersenyum teduh.
"Jangan lama-lama, Mama tunggu di bawah,," Ucapnya kemudian bergegas keluar dari kamar Davina.
Menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan, Davina baru saja mengeluarkan rasa sesak yang sempat bersarang di dadanya.
"Kamu kuat Davina, jangan lemah.!" Serunya untuk menguatkan diri sendiri.
"Kamu ingin memiliki Om Dave bukan.? Tunjukkan kalau kamu bisa mendapatkan Om Dave bagaimanapun caranya.!" Ucapnya penuh semangat dan keinginan yang besar.
Sepertinya Davina tak akan mudah membiarkan Dave pergi dari sisinya sekalipun akan mendapat fakta tentang hubungan Dave dan wanita itu.
Davina keluar dari kamarnya setelah mencuci wajah dan memoleskan make up tipis. Dia tak boleh terlihat murung ataupun acak-acakan di depan Dave.
Beberapa kali menarik nafas dalam sebelum akhirnya datang ke ruang keluarga dan menyapa semua orang yang ada di sana.
Pandangan mata Davina hanya fokus pada Dave dan wanita itu yang duduk bersebelahan tanpa jarak. Lagi-lagi wanita itu mendekap erat lengan Dave. Terlihat tak mau jauh sejengkalpun dari pria tampan itu. Davina semakin yakin kalau keduanya memiliki hubungan spesial. Tapi yang membuatnya tak habis pikir, kenapa Dave tak pernah mengatakan apapun padanya. Kenapa diam saja kalau ternyata sudah memiliki wanita lain. Dan semua orang juga tak pernah membahas apapun ketika berkumpul bersama.
"Sore,,," Davina melempar senyum pada mereka, kemudian duduk di samping Mama Sandra.
Begitu duduk, Davina semakin menajamkan pandang pada sosok wanita di samping Dave. Wajah itu, Davina masih ingat betul dengan wanita yang tadi pagi dia lihat di apartemen.
Hanya saja wanita itu memakai dress yang berbeda.
Kini Davina mengerti kenapa Dave menyuruhnya pulang lebih dulu. Rupanya karna wanita itu datang ke apartemen untuk menemui Dave.
Tak heran kalau Dave buru-buru menyuruhnya pulang.
Pikiran Davina semakin tidak karuan, dia berfikir jauh tentang apa yang dilakukan oleh mereka di apartemen setelah dia pulang.
Sedangkan Dave saja sudah berbuat lebih saat menyentuhnya.
Sakit dan kecewa tentu ada, Davina berusaha untuk tidak terbawa suasana agar bisa bersikap santai di depan semua orang.
"Oh, ini anak tiri Kak Sandra.?" Seru wanita itu seraya menatap ramah ke arah Davina.
"Namanya Davina." Ucap Sandra.
"Sayang, kenalin itu tante Jasmine, tunangannya Om Dave."
Davina membisu, bahkan tak bergerak sedikitpun. Dia tak mengira hubungan Dave dengan wanita itu sudah sangat serius. Bukan lagi kekasih, melainkan tunangan yang artinya akan melangkah ke jenjang pernikahan.
Lalu bagaimana dengan Davina.? Setega itukah Dave padanya.? Memperlakukannya lebih dari sekedar Om dan keponakan, tapi rupanya sudah memiliki calon istri.
"Davina.?" Tegur Jasmine pelan, dia sudah menjulurkan tangannya pada Davina sejak tadi, namun gadis itu malah bengong dan melamun.
Davina tersenyum kaku sembari menerima uluran tangan Jasmine.
"Senang berkenalan dengan Tante,," Ujar Davina yang segera melepaskan tangannya.
"Haruskah di panggil Tante.? Apa aku terlihat sangat tua.? Usiaku baru 26 tahun,," Tutur Jasmine sembari tersenyum.
Sikapnya terlihat bertolak belakang dengan kesan pertama saat Davina melihatnya di apartemen.
Disini Jasmine terlihat humble dan baik, bahkan terus tersenyum sejak tadi.
"Tapi sudah seharusnya begitu kan.? Karna Tante itu tungangan Om ku." Davina menekankan kalimatnya sembari melirik tajam pada Dave. Anehnya, sejak tadi Dave terlihat santai saja tanpa merasa bersalah sedikitpun padanya. Pria masih memasang wajah datar sejak Davina datang, seolah tak pernah ada sesuatu yang terjadi di antara dia dan Davina. Hal itu yang membuat Davina semakin kesal pada Dave.
"Ah iya juga, tapi aku jadi terlihat sangat tua." Jasmine mengulas senyum malu, cantik memang, tapi membuat Davina muak melihatnya.
"Memang.!" Ketus Davina geram.
"Eh,, maksudku Tante nggak terlihat tua, masih sangat mudah dan cantik." Davina tersenyum kaku.
Mendapat pujian seperti itu, Jasmine terlihat salah tingkah dan merona. Tingkahnya benar-benar sangat menyebalkan di mata Davina.
"Kau dengar itu Dave, ponakanmu memuji ku,," Tutur Jasmine lirih, namun masih isa di dengar oleh semua orang.
Mendengar hal itu, Davina langsung menjulurkan lidahnya pada Dave untuk meledek pria yang sedang menatapnya.
Tapi gunung es itu tak bereaksi apapun, masih menunjukkan wajah datarnya.
"Ya, aku dengar." Jawab Dave.
"Jadi bagaimana Jasmine, kamu jadi mengakhiri kontrak itu.?" Tanya Sandra.
Seketika suasana di ruang keluarga berubah serius. Jasmine juga langsung melepaskan tangan Dave dari dekapannya dan menatap Sandra dengan raut wajah kebingungan.
"Maaf Kak, aku belum bisa memutuskan kontrak itu. Kak Sandra tau sendiri kalau menjadi model di LA adalah impianku sejak dulu. Jadi aku,,,
Ucapan Jasmine langsung di potong cepat oleh Sandra.
"Kalau kamu ingin pernikahan itu cepat dilangsungkan, kamu juga harus secepatnya mengakhiri kontrak itu."
"Kakak sudah bilang sejak awal, bukankah kamu setuju dengan syarat itu.?" Nada bicara Sandra masih pelan, namun penuh penekanan di setiap katanya.
"Tapi Kak, akan berisiko untuk karierku kalau aku memutuskan kontrak secara sepihak,," Sahut Jasmine. Dia terlihat sangat khawatir dan kebingungan.
Sementara itu, Davina hanya menyimak obrolan mereka tanpa mengerti poin yang sedang mereka bahas.