Amrita Blanco merupakan gadis bangsawan dari tanah perkebunan Lunah milik keluarganya yang sedang bermasalah sebab ayahnya Blanco Frederick akan menjualnya kepada orang lain.
Blanco berniat menjual aset perkebunan Lunah kepada seorang pengusaha estate karena dia sedang mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga dia akan menjual tanah perkebunannya.
Hanya saja pengusaha itu lebih tertarik pada Amrita Blanco dan menginginkan adanya pernikahan dengan syarat dia akan membantu tanah perkebunan Lunah dan membelinya jika pernikahannya berjalan tiga bulan dengan Amrita Blanco.
Blanco terpaksa menyetujuinya dan memenuhi permintaan sang pengusaha kaya raya itu dengan menikahkan Amrita Blanco dan pengusaha itu.
Namun pengusaha estate itu terkenal dingin dan berhati kejam bahkan dia sangat misterius. Mampukah Amrita Blanco menjalani pernikahan paksa ini dengan pengusaha itu dan menyelamatkan tanah perkebunannya dari kebangkrutan.
Mari simak kisah ceritanya di setiap babnya, ya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Terpesona
"Kenapa dengan isi otakmu itu, Amrita ?"
Terdengar suara seseorang dari arah tepi tempat tidur kepada Amrita.
"Kau sakit ?" tanya suara itu.
Amrita segera terdiam, dia tahu siapa yang baru datang.
"Amrita...", ucap suara tersebut.
Namun Amrita tidak bereaksi sama sekali, hanya diam saja tanpa berkata-kata.
Sret... !
Selimut ditarik dari atas tubuh Amrita hingga tersingkap.
Tampak Denzzel telah berdiri di tepi tempat tidur sembari bertelanjang dada sedangkan wajahnya masih tertutupi oleh kain yang sudah dia ganti baru.
Tetesan air sehabis mandi masih membasahi badan Denzzel yang bidang, tubuhnya bagus dengan perut seperti roti sobek, berotot dan seksi sekali.
Ini pertama kalinya buat Amrita dapat menyaksikan keindahan tubuh Denzzel Lambert secara terang-terangan, terbuka dan tampak jelas sekali, terpampang di hadapannya.
Amrita terpana oleh kemolekan tubuh Denzzel Lambert karena dia selalu mengidolakan laki-laki dengan perut six pack.
Denzzel Lambert bereaksi cepat sembari berkata pada Amrita.
"Apa ?" tanya Denzzel Lambert yang menatap serius ke arah istrinya.
Amrita masih tercengang ketika dia memandangi badan berotot serta perut six pack milik Denzzel yang membuatnya terkagum-kagum dan hampir saja kehilangan kendali dirinya, untuk tidak melompat dari atas tempat tidur ke arah Denzzel.
Untungnya Amrita mampu menguasai dirinya sendiri sehingga dia bisa mengendalikan luapan emosinya atas kekagumannya terhadap kegagahan tubuh Denzzel Lambert.
Sayangnya dia tidak dapat melihat wajah asli dari Denzzel Lambert yang masih menjadi misteri sampai saat ini.
"Kerennya...", gumam Amrita tanpa sadar dari atas tempat tidur.
"Siapa keren ?" sahut Denzzel sembari memperhatikan dirinya sendiri.
Denzzel terpaksa melihat ke arah dirinya sendiri karena Amrita memperhatikan badannya sejak tadi.
Pengusaha estate itu menoleh kembali kepada Amrita yang tetap memandanginya.
"Amrita...", panggilnya.
"Ehk ?!" ucap Amrita lalu tersadar.
Amrita kembali menarik selimut hingga menutupi wajahnya karena malu.
"Jangan suka melamun, Amrita !" kata Denzzel yang masih bertelanjang dada seraya berjalan ke arah lain.
"Ti-tidak, aku tidak melamun", sahut Amrita gugup sembari mengintip diam-diam ke arah Denzzel Lambert.
Semburat warna merah lembayung menghias wajah cantiknya tatkala dia menyadari bahwa dirinya mengagumi sosok Denzzel Lambert yang menawan.
Denzzel membuka lemari yang ada di kamar lalu mencari handuk bersih dari dalam rak lemari.
"Dimana kalian menyimpan handuk bersih, aku membutuhkannya", ucapnya seraya mencari-cari di lemari.
"Dilaci yang ada di ruangan sana !" sahut Amrita.
"Di kamar mandi ?" tanya Denzzel yang berdiri dengan gagahnya sehingga membuat Amrita semakin terpesona.
"Uhk..., dia keren sekali...", gumam Amrita tanpa sadar, dia menggigit ujung kain selimutnya dengan gemas.
Denzzel mengangkat kedua alisnya ke atas seraya menatap lama ke arah Amrita yang memperhatikannya sedari tadi.
"Kau demam ?" tanya Denzzel.
"Ummm..., tidak, sama sekali tidak demam...", sahut Amrita seraya cepat-cepat menyembunyikan wajahnya ke balik selimut.
"Kenapa denganmu, Amrita ?" tanya Denzzel.
"Ambillah handuk bersih di laci yang ada diruangan ke kamar mandi, dua rak dari atas !" sahut Amrita dari balik selimut.
Denzzel tertegun sejenak lalu menjawab.
"Baik..., aku akan mengambilnya disana", ucapnya lalu berjalan ke ruangan tadi, sewaktu dia sehabis mandi.
Denzzel melangkah cepat dengan tubuh masih basah oleh air mandi ke arah ruangan dimana dia membersihkan dirinya.
Tap... Tap... Tap...
Terdengar suara langkah kaki Denzzel menggema cepat di ruangan lainnya.
Amrita mengintip dari balik selimut ketika Denzzel pergi kembali ke ruangan lain untuk mengambil handuk bersih.
"Dia sangat cemerlang bahkan keren sekali, aku tidak pernah mengira bahwa Denzzel memiliki badan sebagus itu", ucapnya dengan kedua mata berbinar-binar.
Amrita masih sangat terpesona dengan kegagahan dari tubuh Denzzel bahkan mampu membuatnya bergetar saat melihatnya.
Terlintas dibenaknya akan kehangatan tubuh Denzzel sewaktu mereka bersatu sebelumnya.
Entah mengapa tiba-tiba kenangan itu kembali melintas dalam pikiran Amrita Blanco padahal dia selalu menolak hal itu terjadi padanya bahkan Amrita merutuki kemalangannya itu yang membuatnya membenci pernikahannya dengan Denzzel.
Namun semua mendadak berubah setelah semua terjadi, saat kebersamaan mereka berdua di tanah perkebunan Luhan yang menjadi momentum akan kedekatan Amrita dan Denzzel mulai terjalin baik.
Amrita merasakan akan kebaikan dari sosok Denzzel Lambert yang kata orang dia merupakan pengusaha kejam berhati dingin namun semua itu tidak ditemukan oleh Amrita pada sosok Denzzel.
Seulas senyuman menghiasi sudut bibirnya yang terkulum manis.
"Dia keren sekali !!!" pekik Amrita seraya menarik cepat selimut hingga menutupi wajahnya.
"Siapa yang keren, Amrita ?" tanya suara Denzzel dari ruangan lainnya.
Tiba-tiba Denzzel telah kembali dari mengambil handuk bersih.
Sontak membuat Amrita terkaget-kaget sehingga dia tidak berani menjawab pertanyaan Denzzel kepadanya bahkan dia menutup rapat-rapat tubuhnya dengan selimut.
"Amrita...", ucap Denzzel.
Suara langkah kaki Denzzel terdengar cepat saat pria dewasa itu berjalan mendekati tempat tidur.
Amrita bergidik mendengar suara langkah kaki milik Denzzel yang semakin mendekat ke arah tempat tidur, mendadak saja dia gemetaran ketika Amrita mengetahui bahwa suaminya telah naik ke atas tempat tidur.
"Amrita...", panggil Denzzel yang telah berada di atas ranjang tidur.
Amrita tetap terdiam tanpa reaksi, dan dia masih menyembunyikan dirinya di dalam selimut.
"Bagaimana keadaan kakimu ?' tanya Denzzel.
Amrita merasakan gerakan tubuh Denzzel di sampingnya saat mereka berada satu ranjang.
"Apa mulai membaik atau tidak ?" tanya Denzzel.
Amrita menurunkan selimut dari atas wajahnya perlahan-lahan seraya melirik hati-hati ke arah Denzzel Lambert yang masih bertelanjang dada meski telah selesai mengeringkan tubuhnya.
"Agak membaik", sahutnya seraya menoleh ke sekeliling area ruangan kamar tidur.
Rupanya Denzzel membuang handuk yang tadi usai dia pakai, untuk mengeringkan badannya ke arah kursi tanpa mengembalikan handuk itu pada tempatnya lagi.
"Benarkah kau sudah baikan, jika belum membaik, aku akan menyuruh perawat kesehatan di sini memanggil dokter ahli supaya kakimu cepat sembuh", ucap Denzzel.
"Mana ada dokter ahli di dekat sini, kami hanya bisa memanggil dokter ahli dengan berjalan ke kota kalau di sekitar sini, tidak ada layanan dokter ahli", sahut Amrita.
"Oh, begitu, ya...", ucap Denzzel sembari memiringkan badannya ke arah Amrita berbaring dengan selimut menutupi tubuhnya.
"Tidak ada yang namanya dokter ahli didekat sini, hanya ada perawat atau petugas medis yang memang tersedia di tanah perkebunan milik kami", sahut Amrita.
"Sayang sekali, fasilitas disini ternyata sangat minim sekali bahkan tidak lengkap lalu kalian akan berobat kemana jika tidak tersedia fasilitas kesehatan yang lengkap ketika kalian sakit parah", ujar Denzzel.
Denzzel meletakkan lengannya sebagai bantalan tubuhnya ketika dia memiringkan badannya, menghadap ke arah Amrita yang ada disebelahnya dan sedang memperhatikan bentuk perut milik Denzzel yang six pack sedari tadi.
"Sepertinya kau sangat suka dengan bentuk badanku", ucapnya mulai menyadari akan kekaguman Amrita kepada dirinya.
"Ah, tidak, aku hanya melihat kau memiliki badan yang bagus, sebab itulah aku teralihkan perhatiannya, itu saja dalam benakku", sahut Amrita tersentak kaget karena ketahuan memperhatikan bentuk badan milik Denzzel Lambert sejak tadi.
"Tidak usah malu atau berpura-pura padaku, dan aku pribadi tidak masalah jika kau suka pada bentuk badanku, kau boleh menyentuhnya kalau kau mau", kata Denzzel dengan sorot mata lain.
Amrita semakin tercengang setelah mendengar jawaban dari ucapan Denzzel kepadanya.
Tiba-tiba Denzzel menarik tangan Amrita agar menyentuh ke arah dadanya serta perut milik suaminya yang six pack dan gagah itu, sontak perbuatan Denzzel mengejutkan Amrita hingga dia tersipu malu karenanya.