karna dalam pengaruh obat, membuat Ameena terpaksa menghabiskan malam dengan pria asing yang tidak dikenalnya.
Pria itu adalah Satria Wijaya, seorang kurir paket yang kebetulan akan mengantarkan barang ke hotel tempat Ameena menginap.
Kehidupan Ameena setelah malam itu berubah 180 derajat. Ameena terpaksa menikah dengan Satria karna telah tumbuh kehidupan baru dalam rahimnya.
Bagaimana kisah selanjutnya? ikuti terus kisah Ameena dan Satria ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran Yang Menarik
"Aiden sayang, apa kau menyukai hadiah dari om Rodrigo?" Ameena mengusap puncak kepala Aiden dengan sayang.
Usai mengantar Rodrigo pulang sampai pintu depan, bergegas ibu satu anak itu menghampiri kamar Aiden untuk melihat apa yang sedang dilakukan sang putra.
"Tentu saja Mina, aku selalu menyukai hadiah pemberian om Rodrigo. Aku juga menyukai om Rodrigo kok, kenapa kalian tidak menikah saja?" tanya Aiden antusias.
"Aiden, kau kan tahu sendiri kan kalau mama tidak mungkin menikah dengan om Rodrigo, oma Gita bisa marah kalau hal itu sampai terjadi." Ameena memberi pengertian pada sang putra.
"Aku mengerti." lirih Aiden dengan wajah sendunya.
Bukan sekali dua kali oma Gita memarahi sang mama di hadapan Aiden.
"Sekarang kau bersiaplah! Karna sebentar lagi kita akan pergi ke mall untuk membeli perlengkapan sekolahmu yang baru." Ameena menangkup kedua pipi putih Aiden dengan gemas.
"Hem." Aiden menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
***
***
Sore harinya, Ameena dan Aiden terlihat sibuk memasuki satu toko kemudian ke toko lainnya. Setelah 2 jam berlalu, tangan Ameena dan Aiden terlihat kerepotan menenteng beberapa kantong belanjaan yang sebagian besar berisi perlengkapan sekolah untuk Aiden.
"Sayang, sepertinya belanja hari ini cukup sampai di sini. Mama sudah tidak sanggup berjalan lagi." Ameena mencegah Aiden yang akan masuk ke dalam toko mainan, hal itu terpaksa Ameena lakukan setelah menyadari saldo ATMnya sudah semakin menipis.
"Baiklah." patuh Aiden. Bocah tampan itu terpaksa mengubur keinginannya untuk membeli lego kapal laut yang sedari tadi menjadi incarnya.
"Mama lelah sekali, bagaimana kalau kita istirahat di sana saja sambil memesan burger dan minuman bersoda?" Ameena menunjuk restoran cepat saji yang masih terdapat di gedung mall tersebut.
"Ok. Tapi aku mau ke toilet dulu ya." ucap Aiden.
"Mau mama antar?" Ameena menawarkan diri.
"Tidak usah Mina, aku sudah besar jadi aku bisa sendiri." balas Aiden lugas.
"Kalau begitu mama akan menunggumu di sini. Kau hati-hati ya." Ameena duduk disalah satu meja yang ada di restoran cepat saji tersebut. Sedangkan Aiden berjalan ke arah toilet.
"Mina. Tunggulah di sana dan jangan kemana-mana ya! Atau aku akan kerepotan mencarimu jika kau sampai hilang nanti." peringati Aiden sebelum benar-benar pergi.
"Baik." Ameena mengangkat kedua jempolnya tinggi-tinggi.
"Dia sudah seperti orang tuaku saja dan aku seperti anaknya. Padahal baru beberapa tahun yang lalu aku masih mengganti popoknya setiap hari." Ameena menggelengkan kepalanya seraya menatap punggung Aiden yang berjalan semakin mejauh, kemudian menghilang di balik sekat dinding.
"Huhf. Lelah sekali. Ternyata jadi ibu tunggal itu merepotkan juga ya." gumam Ameena seraya menyeruput minuman bersodanya.
"Uangku sisa berapa ini? Apa cukup untuk membayar sekolah Aiden dan sewa apartement bulan depan?" Ameena menghitung ulang total belanjaannya.
"Kenapa harga barang-barang di negara ini mahal-mahal ya? Membeli peralatan sekolah saja habis 2 juta!" mata Ameena membelalak tajam.
"Aku harus segera mendapat pekerjaan baru." gumam Ameena.
"Menantuku? Kau kah itu?" pekik seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Ameena.
"Anda siapa? Apa anda mengenalku?" Ameena balik bertanya.
"Jadi ini benaran kau. Kemana saja kau selama ini Ameena?" Wanita itu semakin yakin kalau wanita yang berdiri di hadapannya adalah sang menantu yang telah lama menghilang, apalagi setelah mendengar suara wanita tersebut.
"Aku Widya, ibu mertuamu? Apa kau sudah lupa padaku?" Widya memeluk Ameena erat sekali, sampai Ameena merasa sesak karna kehabisan napas.
"Maaf nyonya, sepertinya anda salah mengenali orang. Karna aku tidak mengenali anda." ucap Ameena setelah pelukan itu terlerai.
"Gak mungkin ah. Mataku belum rabun sampai aku salah mengenali menantuku sendiri." Widya melepas kacamata minusnya, kemudian mengucek matanya sendiri. Ditatapnya wajah Ameena lekat-lekat.
"Atau mungkin kau sudah lupa padaku karna kita baru sempat bertemu sekali waktu itu." lanjut Widya.
"Maaf nyonya. Tapi sepertinya anda memang salah mengenali orang. Jika anda tidak percaya, lihatlah kartu identitasku." Ameena menyerahkan kartu tanda pengenal miliknya pada wanita paruh baya itu.
"Ameena Collins." Widya membaca tanda pengenal yang diperlihatkan Ameena dengan intens. Rodrigo memberi nama belakangnya pada Ameena karna pria itu tidak tahu siapa nama asli Ameena.
"Wajah dan nama depanmu memang sama dengan menantuku, tapi nama belakang kalian berbeda." Widya mengembalikan kartu tanda pengenal tersebut pada pemiliknya.
"Baguslah jika wanita ini bukan menantuku. Aku akan menjadikan wanita ini pengganti Ameena yang asli, dengan begitu aku bisa mengendalikan Satria." Widya tersenyum smirk.
"Nona, wajahmu sangat mirip dengan menantuku yang sudah lama menghilang. Putraku hampir gila mencari istrinya ke sana kemari setiap saat, dia jadi sering marah-marah pada semua orang di sekitarnya termasuk padaku." Widya memasang wajah memelas.
"Putramu berani memarahi anda?" pekik Ameena. Widya menganggukan kepalanya dengan lirih.
"Kok bisa ada anak memarahi ibunya sendiri?! Dasar anak durhaka!" rahang Ameena mengeras.
"Kalau Aiden sampai berani bersikap seperti itu padaku, lebih baik aku return anak itu ke dalam perut!" Ameena tidak bisa membayangkan andai Aiden bersikap seperti anak wanita tua itu terhadap dirinya.
"Nona, apa kau mau berpura-pura jadi menantuku agar kondisi kesehatan mental putraku membaik. Aku akan membayarmu satu Milyar." bujuk Widya.
"Satu Milyar?" Mata Ameena membelalak seperti ingin keluar, saat mendengar nominal sebesar itu.
"Tawaran yang menarik, lagipula aku belum memiliki pekerjaan baru sekarang. Entah aku harus bekerja berapa lama agar aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?" batin Ameena.
"Bagaimana, apa kau setuju dengan penawaranku?" tanya Widya.
"Bagaimana ya?" Ameena tampak berpikir.
Di satu sisi Ameena ingin menerima tawaran wanita paruh baya tersebut karna Ameena membutuhkan banyak uang.
Kepulangan Ameena ke tanah air hanya bemodalkan nekat saja tanpa membawa uang dalam jumlah banyak, sedangkan kebutuhan Ameena dan Aiden sangat besar.
Tapi di sisi lain, Ameena tidak mau jadi seorang penipu demi mendapatkan uang.
Bersambung.
tapi semua terserah othor ya kita kan cuma pembaca
lalau kita ikut emosi berarti ceritanya bagus ya gk semangat thoorrr💪💪💪