Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEMBURU LAGI?
Brugh!
Terdengar suara bantingan pintu.
Ayah Reza terperanjat dari kursi makan, pria itu baru saja memasukan dua sendok nasi goreng ke dalam mulut namun nasi tersebut harus tersembur keluar akibat suara bantingan pintu yang sangat keras. Ia berlari menghampiri sumber suara dan melihat istrinya duduk di atas sofa dengan wajah memerah dan kedua mata melotot tajam.
"Bun, ada apa?"
Ayah Reza duduk disebelah istrinya dan menatap wanita itu, berusaha mencari jawaban melalui sorot mata dan ekspresi.
"Bun," panggil Ayah Reza sehingga Bunda Meta meliriknya.
"Bunda sebal! Sewaktu belanja di tukang sayur keliling, Ibu-Ibu tetangga menggosipkan putri kita. Mereka bilang bahwa Ameera bukan wanita baik-baik bahkan Bu RT tega berkata jika putri kita memang bekerja sebagai pemuas napsu pria hidung belang."
Bunda Meta tak kuasa membendung air matanya, butiran bening kristal jatuh secara bergantian melewati pipinya.
Hati ibu mana yang tak sakit bila di depan mata putri tercinta digunjingkan orang lain, bahkan mereka tega memfitnah dan menyebarkan kabar burung tentang Ameera. Bunda Meta sebagai seorang ibu tak rela jika Ameera menjadi bahan gosip para tetangga.
"Hiks, hiks. Mereka tega memfitnah putri kita," ucap Bunda Meta tersedu-sedu.
"Sabar Bun, mungkin saja mereka khilaf," ujar Ayah Reza menenangkan.
Ayah Reza menepuk-nepuk pundak istrinya.
"Khilaf apa? Mereka memang hobi menggosipkan keluarga kita."
"Itu Bu Soraya, dia tidak sadar diri. Anaknya saja masuk penjara karena kasus penipuan tapi malah sibuk membongkar aib orang lain," timpal Bunda Meta penuh emosi.
"Sudah Bun, mengapa jadi malah membicarakan aib orang."
Setelah melampiaskan kekesalannya, Bunda Meta berhenti menangis dan mengusap sisa bening kristal di sudut matanya.
"Bunda hanya kesal mengapa mereka tidak henti-hentinya membicarakan keburukan keluarga kita. Apa salah kita hingga terus menerus diusik."
"Ingin rasanya bunda menampar mulut mereka jika tidak ingat bahwa ayah adalah ketua pemuda kampung sini," tangan Bunda Meta sudah mengepal di udara.
"Ayah kenapa diam saja?" bentak Bunda Meta emosi.
"Ayah sedang mendengarkan cerita bunda. Sudahlah, jangan dipikirkan lagi, biarkan mereka menggunjingkan keluarga kita. Siapa tahu dengan begini dosa kita terhapus."
Ayah Reza mencolek dagu Bunda Meta dan mencium puncak kepala wanita itu.
"Jangan sampai Ameera mendengar kejadian ini, rahasiakan darinya."
Bunda Meta seperti terhipnotis dengan sikap romantis suaminya.
"Baik Mas," ucap Bunda Meta lirih.
Wajah Bunda Meta memerah saat mengucapkan panggilan mas kepada suaminya. Ini pertama kali baginya memanggil kembali Ayah Reza dengan sebutan mas.
"Bunda tidak jadi belanja?"
"Tidak, sudah rusak mood bunda berbelanja di abang sayur."
"Ya sudah, ayo ayah antar berbelanja ke pasar. Sekalian beli persediaan dapur selama tiga hari kedepan, kebetulan ayah ada sedikit rezeki hasil lembur kemarin."
Ayah Reza masuk ke kamar dan mengambil amplop berwarna putih di bawah tumpukan pakaian.
"Ini uang untuk memperbaiki mesin cuci, agar Ameera tidak usah capek mencuci pakaian menggunakan tangan dan ini uang belanja. Bunda bisa beli daging sapi, daging ayam atau ikan nila untuk diolah."
"Oh iya, di pasar tolong belikan bumbu rendang yang sudah digiling. Ayah ingin membuatkan rendang untuk Nak Mark."
"Memangnya menantu bule kita suka makanan itu?"
"Nak Mark itu menyukai semua makanan khas Indonesia, walaupun papanya keturunan Amerika dan besar disana tapi lidahnya sama seperti kita."
"Loh kok ayah tahu?"
"Karena Nak Mark sendiri bilang ke ayah."
"Sudah, ayo ayah antar ke pasar."
Kemudian Ayah Reza mengantarkan Bunda Meta pergi ke pasar dan berbelanja disana. Membeli semua kebutuhan dapur selama tiga hari kedepan. Sejak terjadi perselisihan antara Bunda Meta dengan Bu Soraya membuat wanita itu enggan berbelanja di tukang sayur keliling, ia lebih memilih pergi ke pasar daripada harus bertatap muka dengan ibu-ibu tukang gosip.
***
"Meera!"
"Donny, ada apa?"
"Tumben membawa bekal makanan," tanya Donny setelah melihat tangan Ameera menenteng tas bekal makanan berbahan dasar canvas.
"Iya, bunda sengaja memintaku membawa bekal makan siang agar bisa menghemat," ujarnya berbohong.
"Wah, padahal aku sudah meminta bibi membuatkan gudeg plus krecek kesukaanmu."
Sugurat kekecewaan terlihat di wajah Donny karena ia melihat Ameera membawa bekal makan siang, tetapi berusaha ditutupinya dengan senyuman.
"Maaf ya Don."
"Tidak apa-apa. Aku antar kamu ke ruangan."
"Jangan, aku tidak ingin merepotkanmu," tolak Ameera.
"Tapi...."
Belum selesai Donny mengucapkan kalimatnya, Ameera sudah memotongnya "Don, aku mohon jangan membuat orang lain jadi salah paham dengan kedekatan kita. Aku hanya ingin magang di sini dengan tenang tanpa ada berita miring. Kumohon kamu mengerti."
Ameera pergi meninggalkan Donny dan berjalan menuju pintu lift.
Donnt tampak kecewa dengan penolakan itu. Ia bahkan masih mematung di lobi kantor.
Dari kejauhan Mark menyaksikan bagaimana perjuangan Donny mendapatkan hati Ameera, melihat pria itu ditolak, ia bersorak dalam hati dan menebak bahwa istrinya menolak kebaikan Donny.
"Bagus Ameera, seharusnya kamu memang menolak pria itu!" ujar Mark dengan senyum smirk.
Joe menatap Mark penuh selidik sambil sesekali melirik ke arah Donny berdiri.
"Anda aneh sekali tuan. Semenjak mengenal Nona Ameera sikap Anda berubah."
Setibanya di ruangan, Ameera mendudukan tubuhnya dengan hati-hati seraya mengelus-ngelus perutnya. Ia melihat suaminya baru saja tiba di kantor dan teringat pesan bundanya.
Gadis itu mengetuk pintu ruang CEO dan segera masuk setelah mendapat izin dari Tuan Mark.
"Selamat pagi tuan, maaf mengganggu. Saya kesini hanya ingin mengantarkan makanan buatan bunda. Di dalamnya ada rendang buatan khusus ayah saya, jika berkenan mohon Anda mencicipinya."
Ameera meletakan tas bekal makanan di atas meja dan sedikit mendorong hingga posis tas tersebut tepat berada di hadapan Mark.
"Saya akan memakannya."
"Apa kalian sering pergi berdua?"
"Maksud anda?" Ameera balik bertanya.
"Kamu dan Donny!"
Ameera membuang pandangan ke arah lain, tak berani menatap sorot mata tajam pria itu. Gadis itu merasa bahwa saat ini suaminya sedang mengintrogasinya.
"Memang kenapa jika kami sering pergi berdua? Ada masalah?"
"Meera!"
"Ada apa tuan? Bukankah saya ini wanita tak bersuami jadi sah-sah saja jika pergi dengan pria lain." Ameera sengaja menyindir suaminya.
"Kamu harus sadar dengan statusmu! Kamu itu...."
"Saya apa?"
"Anda mau bilang bahwa saya adalah istri dari Tuan Mark, iya?"
"Saya memang istri Anda, tuan namun istri yang tak dianggap."
"Jika Anda marah karena ada pria lain mendekati saya, seharusnya status pernikahan kita segera diumumkan agar tidak memberikan peluang kepada orang lain."
"Anda mengerti maksud saya?"
"Saya mengerti Ameera tapi...."
to be continued....
.
.
.
.
.
Tinggalkan jejak yuk Kak, agar author makin rajin update. ❤️
"Selamat Menikmati"