Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadian
Sejenak keduanya terdiam, waktu pun seakan berjalan lambat.Terdengar suara ******* nafas tuan Sam. Sepertinya ia masih mencoba merangkai kata yang tepat untuk bicara dengan Amira.
"Ada perlu apa tuan?" tanya Amira lagi saat tuan Sam tak juga mengutarakan maksud kedatangannya.
"Aku ingin bicara tentang kita..." kata tuan Sam akhirnya.
"Maksudnya?" tanya Amira yang sebenarnya mulai menduga-duga maksud ucapan tuan Sam.
"Amira..." kata tuan Sam sambil menggenggam tangan Amira.
"Aku rasa kau juga sudah bisa menduga apa yang akan aku katakan ini... tapi ijinkan aku untuk mengatakannya langsung" sambungnya.
Amira pun hanya bisa terdiam dengan hati yang mulai berdebar, ditundukkannya kepalanya untuk menutupi wajahnya yang ia rasa mulai memerah.
Namun tuan Sam mengangkat dagu Amira dengan sebelah tangannya agar gadis itu dapat menatap wajahnya.
"Ra ... aku rasa aku sudah jatuh cinta sama kamu... apa kamu juga merasakan hal yang sama?" tanyanya sambil memandang mata Amira.
Tatapan tuan Sam yang lembut membuat Amira tak bisa bergerak dan seperti disihir gadis itu hanya bisa menganggukkan kepalanya. Melihat itu spontan tuan Sam langsung memeluk Amira dan mendaratkan kecupan dikepala gadis itu. Perlahan Amira pun membalas pelukan tuan Sam.
"Terima kasih Ra..." ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.
Dan kali ini mereka benar-benar saling berpelukan. Cukup lama mereka dalam posisi tersebut sebelum akhirnya Amira melepaskan pelukannya secara perlahan.
Tapi tidak dengan tuan Sam. Dia malah mempererat pelukannya seakan takut jika Amira menghilang dari hadapannya.
"Sudah tuan... nanti ada yang melihat..." ucap Amira sambil kembali berusaha melepas pelukan tuan Sam.
"Tidak akan... aku tahu mereka semua pasti sudah tidur." kata tuan Sam.
"Apalagi sedari siang mereka sudah lelah keliling berbelanja." sambungnya.
Ya disebelah kiri kamar Amira adalah kamar nyonya Sarah. Dan baru saja ia tahu jika kamar tuan Sam ada disebelah kanan kamarnya. Akhirnya Amira hanya bisa pasrah atas kelakuan tuan Sam.
"Emmm... kenapa tuan menyusul kemari?" tanya Amira yang sedari siang memang sudah penasaran.
"Aku khawatir sama kamu..." jawabnya sambil meletakkan dagunya diatas kepala Amira.
Amira langsung mengernyitkan dahinya tak mengerti.
"Kau ingat saat mobil kalian dibuntuti orang?" tanya tuan Sam, kini ia mulai melonggarkan pelukannya agar ia dapat menatap wajah Amira.
"Iya... tapi bukannya mereka ingin mencelakai nyonya Sarah?" tanya Amira.
Tuan Sam menggelengkan kepalanya.
"Bukan... tapi dia membuntutimu..."
"Aku? Tapi siapa? Dan apa maksudnya membuntutiku?" tanya Amira semakin tak mengerti.
"Ya .. aku sudah menyuruh Lukas untuk menyelidiki. Dan berdasarkan rekaman cctv di mall, wanita itu sudah membuntutimu sejak keluar dari pintu mall dan masuk ke dalam mobil" terang tuan Sam.
"Wanita?"
"Ya ... dan setelah ditelusuri ternyata dia adalah mantan seniormu di SMU. Makanya aku menyusul kemari..."
"Apakah dia Maya?" tanya Amira dalam hati.
Jika benar itu Maya maka wanita itu pasti melihat pertemuannya dengan Yuda sehingga ia jadi cemburu. Pantas saja selama di acara reuni Maya selalu berusaha untuk mencari masalah dengannya.
Melihat wajah Amira yang jadi murung tuan Sam pun bertanya.
"Kenapa? Apa kau bertemu dengannya di acara reuni?"
"Ya... dan dia mencari-cari masalah denganku tadi." kata Amira jujur.
"Hmmm... lalu bagaimana dengan induk ayamku? Apa dia melawannya?" tanya tuan Sam sambil menggoda Amira.
"Tentu saja..." jawab Amira cepat.
"Mana mau aku diremehkan oleh orang seperti dia..."
"Bagus... itu baru Amiraku..." ucap tuan Sam sambil mencium pipi Amira sekilas.
Mendapat serangan mendadak Amira langsung mencubit perut tuan Sam yang langsung mengaduh hingga melepaskan pelukannya.
"Auww.." ucapnya sambil mengelus perutnya yang perih.
"Rasakan... makanya jangan asal nyosor..." balas Amira sambil berjalan ke arah kamar.
"Eh... mau kemana?" ucap tuan Sam sambil meraih tangan Amira.
"Mau ke dalamlah ... kan udah malam, ngantuk..." jawab Amira ketus.
"Hmmm... tapi jangan marah dulu dong .... masak baru aja jadian udah marahan..." rayu tuan Sam.
"Emang kita udah jadian?"
"Lha barusan kamu ngangguk itu apa kalau bukan kamu terima aku" kata tuan Sam yang sudah mulai frustasi.
Melihat ekspresi wajah tuan Sam yang sudah mulai terlihat panik membuat Amira tak bisa menahan senyumnya. Ia tak menyangka kalau kakak dari nyonyanya yang terlihat sangat datar itu bisa terlihat panik juga.
"Iya-iya ... kita jadian" kata Amira akhirnya tak tega rasanya membuat pria yang ada di depannya itu semakin panik.
"Kalau begitu boleh aku memelukmu sekali lagi?" pintanya.
Amira pun langsung mendelik, dalam hatinya tak menyangka jika pria yang ada dihadapannya itu adalah tuan Sam yang selama ini ia kenal.
"Aku janji... hanya memeluk tidak lebih..." ucapnya sambil mengangkat dua jarinya keatas.
"Tadikan sudah...." tolak Amira halus.
"Tapi ini untuk memastikan kalau kau benar-benar sudah menerimaku..." ucapnya tak mau menyerah.
Akhirnya Amira pun merentangkan kedua tangannya. Melihat itu tuan Sam langsung menghambur ke arah Amira dan memeluk gadis itu dengan erat.
"Makasih ya Ra..." bisiknya.
Amira pun hanya menganggukkan kepalanya sambil membenamkan wajahnya pada dada bidang tuan Sam. Sesaat mereka pun berpelukan. Lalu tuan Sam pun melepaskan pelukannya perlahan dan membimbing Amira agar masuk ke dalam kamar. Sesampainya di depan pintu kaca tuan Sam pun berhenti dan mendorong tubuh Amira pelan ke dalam, lalu ditutupnya pintu itu perlahan.
"Masuklah dan cepat tidur agar besok kau tidak kesiangan" ucapnya sebelum pintu itu benar-benar tertutup.
Amira pun menjawab dengan anggukan. Setelah itu Amira pun berjalan ke tempat tidurnya dan merebahkan tubuhnya. Sejenak ia membalikkan tubuhnya kearah pintu kaca untuk melihat bayangan tuan Sam yang menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangannya.
"Ya Allah ... yang barusan itu mimpi atau kenyataan?" gumamnya.
Lalu dicubitnya lengannya sendiri.
"Auww sakit..." pekiknya lirih.
"Berarti yang barusan itu nyata... aku dan tuan Sam...." Amira menggigit ujung bibirnya mengingat apa yang baru saja mereka lakukan.
Ia pun langsung menutup mukanya dengan bantal.
"Arrgh... kenapa jadi keingat terus sih?" gumamnya.
"Ayo Amira... cepat tidur..." perintahnya pada dirinya sendiri.
Lalu di pejamkannya matanya memaksa dirinya untuk tidur. Sementara di kamar sebelah tuan Sam juga masih terjaga. Dia masih tak bisa berhenti tersenyum mengingat apa yang baru saja terjadi.
"I love you Amira..." ucapnya lirih sambil memejamkan matanya.
Keduanya pun akhirnya tertidur dengan perasaan berbunga-bunga karena kisah cinta mereka baru saja dimulai.
Paginya Amira terbangun saat mendengar suara qamat sholat subuh. Bergegas Amira bangun walau dengan mata yang masih lengket. Ia tak ingin kesiangan untuk pergi ke makam kedua orangtuanya. Dengan mengguyur badannya dengan air dingin membuat matanya langsung terbuka lebar. Setelah beribadah ia langsung membereskan barang-barangnya karena mungkin saja mereka akan langsung pulang ke kota J sepulang dari makam kedua orangtuanya. Selesai membereskan semuanya ia pun keluar dari kamarnya. Tampak pintu kamar nyonya Sarah masih tertutup begitu juga kamar tuan Sam. Karena tak enak untuk membangunkan mereka akhirnya Amira memilih untuk menunggu mereka bangun di kamarnya.
Baru saja akan menutup pintu kamarnya terdengar suara pintu kamar sebelah dibuka. Mengira kalau itu suara dari kamar nyonyanya, Amira tidak jadi menutup pintu dan keluar kembali.
"Kakak?" tanyanya sambil mencari nyonyanya.
"Ehemm..." terdengar suara yang dikenalnya dari arah belakang.
Amira pun berbalik dan alangkah terkejutnya dia saat di depannya berdiri tuan Sam yang sudah rapi dengan mengenakan baju koko. Amira tertegun menatap tuan Sam yang tampak berbeda dari biasanya.
"Hei! kenapa malah bengong?" kata tuan Sam sambil melambaikan tangannya didepan wajah Amira.
"Aku sangat ganteng kan?" sambungnya.
"Ish... pede sekali." sahut Amira sambil memanyunkan bibirnya.
Tiba-tiba pintu kamar nyonya Sarah terbuka, tampak nyonya Sarah keluar bersama kedua anaknya. Tak lama Lukas pun terlihat.
"Bagaimana? Apa kita cek out sekalian saja?" tanya Lukas.
"Ya jadi nanti sehabis dari makam kita langsung pulang." jawab tuan Sam.
Mereka pun membawa semua barang ke loby sekalian cek out. Setelah semua barang dimasukkan kedalam mobil mereka pun pergi ke makam dengan dua mobil. Tuan Sam satu mobil dengan Lukas sedang nyonya Sarah dan kedua anaknya beserta Amira satu mobil dengan sopir.