Raju Kim Gadis Korea keturunan Indonesia yang merasa dirinya perlu mencari tahu, mengapa Ayahnya menjadi seorang yang hilang dari ingatannya selama 20 tahun. dan alasan mengapa Ibunya tidak membenci Pria itu.
Saat akhirnya bertemu, Ayahnya justru memintanya menikah dengan mafia Dunia Abu-abu bernama Jang Ki Young Selama Dua tahun.
Setelah itu, dia akan mengetahui semua, termasuk siapa Ayahnya sebenarnya.
Jang Ki Young yang juga hanya menerima pernikahan sebagai salah satu dari kebiasaannya dalam mengambil wanita dari pihak musuh sebagai aset. Namun Bagaimana dengan Raju Kim, wanita itu bukan hanya aset dari musuh, tapi benar-benar harus ia jaga karena siapa Gadis itu yang berkaitan dengan Janjinya dengan Ayahnya yang telah lama tiada.
Akankah Takdir sengaja menyatukan mereka untuk menghancurkan atau Sebaliknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oliviahae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Tak Diundang
Hari ini juga masih sama, Raju Kim sempat keluar kamar untuk melihat balkon lalu masuk ke dalam kamarnya lagi. Dia benar-benar berpikir bahwa hidup tenang, damai dan tidak terlalu diperhatikan maka 2 tahun akan berlalu begitu saja.
Rumah besar Jang Ki Young pada malam hari terasa berbeda. Sunyi. Steril. Seperti sebuah dunia yang tidak benar-benar dihuni manusia.
Raju tidak bisa tidur, dia makan terlalu banyak sehingga memutuskan duduk di ruang tengah. Dia menggenggam secangkir teh yang sudah mulai dingin, melihat semua penjaga atau pelayan mondar mandir seolah tidak terganggu dengan kehadiran nya namun dia bisa merasakan mata mereka seperti mengawasi nya.
"Mungkin inilah yang dibilang sekretaris Oh bahwa aku akan merasa diawasi. Tapi ini sih namanya diawasi terang-terangan"
Raju Kim melihat beberapa wanita yang tampaknya penasaran dengan nya. Mereka tidak berpakaian seperti pelayan, mereka pasti istri dari Jang Ki Young yang suka menyimpan wanita di rumahnya. Tatapan mereka pada Raju Kim adalah menyelidik, seolah wanita macam apa yang masuk kali ini?.
Tuan rumah belum pulang, atau mungkin, belum berniat pulang.
Sekretaris Oh Seung Min berdiri beberapa meter darinya, seperti patung yang diprogram untuk berjaga.
“Apakah Anda membutuhkan sesuatu, Nyonya?” tanyanya akhirnya, suaranya datar namun sopan. Karena
Raju menggeleng. “Tidak. Aku hanya… menunggu.”
“Oh begitu.” Sekretaris Oh Seung Min menatap jam di pergelangan tangan. “Tuan Jang sedang menyelesaikan urusan penting. Dia akan pulang sekitar..”
Raju Kim tahu maksud Sekretaris Oh adalah mengira ia menunggu Tuan Rumah. Namun sebenarnya, Raju Kim hanya menunggu pencernaan nya membaik saja. Sebenarnya dia bisa saja melakukan gerakan yang menghabiskan tenaga, tapi dia tidak ingin memancing rasa penasaran orang- orang.
Tak lama kemudian, Raju Kim tiba-tiba ingin membicarakan sesuatu dengan Jang Ki Young. Laki-laki yang ia nikahi adalah seorang Mafia, dan mafia selalu bicara hukum alam, yang kuat tinggal dan yang lemah dihabisi, begitulah pikirnya. dan satu lagi, seharusnya ada keuntungan dibalik pernikahan mereka, mana mungkin Jang Ki Young hanya menjaganya 2 tahun secara sukarela.
Suara sepatu kulit menghentak marmer.
Aroma hujan dan asap senjata bercampur masuk. dan berdiri di sana, Jang Ki Young, dengan darah mengering di kemeja putihnya.
Tidak banyak, hanya bercak. Namun cukup untuk membuat Raju terpaku.
“Apa yang terjadi?” tanya Sekretaris Oh Seung Min cepat, langkahnya mendekat.
“Musuh lama mencoba mengirim pesan,” jawab Ki Young datar. “Aku kembalikan pesan mereka dalam bentuk lain.”
Raju menelan ludah. Ki Young berbicara tentang kekerasan seperti membicarakan cuaca.
Ia berjalan melewati mereka, melempar jasnya ke sofa, membuka dua kancing atas kemejanya, dan duduk seolah tidak ada yang terjadi.
Namun begitu matanya bertemu Raju, gerakannya berhenti. “…Kau masih bangun?”
Raju mengangguk pelan. “Aku ingin bicara denganmu.”
“Sekarang?” Ki Young mengangkat alis.
“Ya.”
Ia terdiam beberapa detik, lalu memberi tanda pada Seung Min. “Keluar.”
Oh Seung Min menunduk hormat dan pergi tanpa suara, menutup pintu ruangan.
Kini hanya mereka berdua.
Raju menatap bercak darah itu. “Kau terluka?”
“Bukan darahku.”
“Oh.” Raju mencoba bersikap tenang, walaupun jantungnya berdegup tak karuan.
“Apa yang ingin kau bicarakan?” Ki Young bersandar, menatapnya dengan tenang yang dingin.
“Tentang pernikahan kita.”
Ki Young tidak terkejut. “Akhirnya.”
“Dua tahun… itu bukan hal kecil bagiku,” kata Raju perlahan. “Aku ingin tahu apa yang kau inginkan dariku.”
“Hanya satu,” Ki Young menjawab tanpa ragu. “Kejujuran.”
Raju hampir tertawa. “Kau? Seorang mafia, meminta kejujuran?”
Ki Young mengangkat bahu. “Pada dasarnya, aku tidak peduli apa pun yang orang lain lakukan. Tapi seorang istri, bahkan istri kontrak, memiliki akses ke beberapa ruang yang tidak boleh tersentuh. Kalau kau punya niat buruk, aku akan tahu.”
“Aku tidak punya niat apa pun,” ucap Raju jujur. “Aku hanya ingin tetap hidup.”
Ki Young menatapnya lebih lama dari biasanya. “Itu jawaban paling jujur yang pernah kukira akan kudengar darimu.”
Raju tidak menunduk. “Ayahku bilang… kau bisa melindungiku.”
“Benar.”
“Kenapa?”Suara itu keluar sebelum ia sempat menahan.
Ki Young sedikit memiringkan kepala. “Karena kerja sama. Aku butuh sesuatu dari ayahmu. Dan kau… adalah bagian dari kesepakatan.”
“Jadi aku hanya alat transaksi?”
“Aku tidak membungkusnya dengan kata-kata manis,” jawab Ki Young. “Setidaknya aku jujur.”
Raju menatap lantai. Ada rasa kecewa, meski ia tidak tahu dari mana asalnya. Tapi juga rasa lega, karena tidak ada hal lainnya, memang begitu kan. Hanya dua tahun saja.
Ki Young memperhatikan ekspresinya dengan cara yang sangat tidak nyaman, seperti seseorang yang sedang menilai reaksi.
“Raju.”Ia menyebut namanya perlahan.
“Kalau kau ingin bertahan di rumah ini, kau harus belajar satu hal.”
Raju mendongak.
“Jangan percaya siapa pun. Termasuk aku.”
Kata “termasuk aku” menghantam lebih keras dari yang ia kira.
“Aku… tidak berniat percaya pada siapa pun,” jawab Raju.
“Bagus.” Ki Young berdiri. “Lalu bicarakan satu hal lagi.”
“Apa?”
“Mengapa kau terlalu tenang?” tanyanya sambil berjalan mendekat.
“Tidak menangis, tidak protes, tidak bertanya soal hidupku, tidak mencari perhatian. Kupikir kali ini kau akan membuat tindakan, tapi hanya obrolan yang seharusnya selesai kemarin"
"hah?"
"Wanita yang datang padaku selalu mencoba sesuatu. Kau? Tidak melakukan apa pun.”
“Aku tidak punya tenaga untuk itu,” ucap Raju Kim paham maksudnya
“Tidak punya tenaga?” Ki Young memicingkan mata. “Atau tidak punya keinginan hidup?”
Raju terdiam. Pertanyaan itu menyakitkan… karena terlalu tepat.
Ki Young melangkah lebih dekat, jaraknya kini hanya satu meter. “Kalau kau berniat mati,” katanya rendah, “itu akan menjadi masalah besar bagiku.”
“Aku tidak berniat mati.”Raju berbohong sedikit.
“Aku hanya… tidak tahu bagaimana cara hidup.”
Untuk pertama kalinya, Ki Young tidak punya jawaban cepat. Pria itu hanya menatapnya, lama, dan untuk sekejap, ekspresinya bukan tatapan mafia, melainkan tatapan seseorang yang mengerti rasa lelah.
Tapi itu hanya sedetik.
“Kau akan tetap tidur di kamar utama,” katanya tiba-tiba. “Sementara aku tidur di ruangan sebelah. Kau tidak akan kusentuh. Kita bukan pasangan sungguhan.”
Raju mengangguk, semua kamar juga rasanya sama.
“Tapi,” Ki Young menambahkan, “setiap orang yang masuk ke rumah ini harus percaya bahwa kau adalah istri yang kucintai.”
Raju tersedak napas. “Apa?”
“Itu untuk melindungi mu. Jika mereka tahu kau tidak penting bagiku… kau akan jadi sasaran empuk.” Ki Young mendekat lagi, suaranya nyaris bisikan. “Dan besok ada seseorang yang akan datang.”
“Siapa?”
“Hyung ku.”
Raju membeku.
“Dia tidak percaya siapa pun,” lanjut Ki Young. “Termasuk aku. Dia akan mengincar mu. Ingatlah bahwa kelemahan adalah kesempatan.”
Dada Raju mengencang “Apa yang harus kulakukan?”
Ki Young menatapnya lurus-lurus.
“Peran sebagai Nyonya Jang. Tampil yakin. Tenang dan...”Ia menahan tatapannya.“Berdiri di sampingku.”
Raju menggenggam tangannya sendiri. Niatnya hanya ingin tahu apa kesepakatan Jang Ki Young . Ternyata, dialah yang seperti ingin mencoba masuk lebih dalam.
“Baik.” Raju hanya bisa patuh, mungkin itulah perasaan orang saat menghadapi Jang Ki Young, seperti tidak memiliki pilihan kecuali ikut aturannya.
Ki Young hendak pergi menuju kamarnya, tetapi berhenti di ambang pintu.“Raju.”
“Ya?”
Ia menatapnya dari balik bahunya, dengan mata gelap yang sulit terbaca. “Jika siapa pun bertanya… katakan bahwa kau memilihku.”
Raju menegang. “Kau ingin aku berbohong?”
“Kita berdua sudah berbohong sejak hari pernikahan,” jawab Ki Young. “Sekarang lakukan dengan benar.”
dan dengan itu, sang mafia menghilang ke lorong gelap rumah. Menyisakan Raju dengan satu kenyataan baru. Mulai besok, dia bukan hanya istri kontrak. Ia adalah bagian dari permainan kekuasaan keluarga Jang.
Dan salah gerak sedikit…
bisa berarti kematian.
Bersambung...