NovelToon NovelToon
Selena

Selena

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam / Reinkarnasi / Enemy to Lovers / Mengubah Takdir
Popularitas:685
Nilai: 5
Nama Author: aulia indri yani

Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 04

Dengan cepat Selena mendorong wajah Arsa untuk menjauh.

Pipinya merah—Arsa hanya terkekeh. Seharusnya ia marah karena wanita itu mendorong wajah tampannya.

"Terluka?" Arsa mengambil duduk disebelah Selena, memperhatikan bagaimana lutut Selena tampak lebam.

Selena memutar matanya. "Kau lihat?'

Arsa terkekeh, mengacak-acak rambut Selena dengan jahil membuat Selena mendengus kesal. "Hanya bertanya, kenapa nona Wiranata sangat galak hari ini?"

Mata Arsa mengamati wajah kesal Selena, tanpa Selena menjawabnya pun ia sudah tahu penyebabnya.

"Karina dan bodyguard nya?" Arsa terkekeh, Davin sudah seperti anjing Karina yang patuh. Begitu bodoh dan buta

"Mereka tak membuatku goyah, setidaknya aku membela diri saat ini." Sahut Selena setengah puas dan tidak, ia akan memikirkan cara lain untuk balas dendam.

kepala Arsa sedikit miring, mengamati Selena dengan seksama. "Sejak kapan kau membela dirimu sendiri? Kau tidak tampak sepertimu. Biasanya kau hanya pasrah, supaya Davin terus bersamamu."

Selena membeku sejenak, ia hampir keceplosan. Ia tidak bisa mengatakan kepada Arsa bahwa ia sudah mengalami kehidupan sebelumnya dan terlahir kembali dalam keadaan yang sama.

Selena tidak boleh memberi tahunya.

ia memutar matanya, berusaha tenang dengan ditutupi sikap jutek. "Aku tahu, aku bodoh akhir-akhir ini. Davin tidak pernah mencintaiku, ia hanya peduli pada karina. Aku ingin balas dendam, hubunganku dengan Karina dan ibunya sangat tidak baik. Mereka berdua memanipulasi ayahku."

Arsa hanya mendengarkan, matanya fokus kepada mata Selena yang biru muda sangat cerah. Dengan rambut peraknya yang khas dan halus.

Diam-diam ia sangat mengerti keadaan Selena. Tahu bagaimana rasanya menjadi Selena. "Ya, aku paham."

Dengan ragu Selena menatap Arsa, ia tak menyangka mendapatkan pengertian dari pria yang merupakan musuhnya.

"Kemarikan kakimu." tanpa gerakan lembut Arsa menaikkan kaki Selena ke atas pangkuannya.

Selena melotot tak percaya dengan meringis sakit karena Arsa mengangkat kakinya yang terluka tanpa aba-aba lebih dulu.

"Arsa!" Selena memukul bahu Arsa kesal, sementara pria itu hanya menyeringai geli.

"Tahan..." bisik Arsa menenangkan kemudian, pertama ia membersihkan lutut Selena dari kotoran sebelum menampelnya dengan plaster

Selena memperhatikan bagaimana Arsa begitu lembut padanya, berhati-hati dan mengobati lukanya. Sementara pacarnya sendiri—Davin hanya fokus kepada Karina.

"Ini luka kecil, kuharap begitu. Jangan berharap lebih dariku, karena aku bukan dokter." Ucap Arsa dengan loluconnya membuat Selena memutar matanya namun berhasil tertawa.

"Pacarmu kejam sekali." Arsa berdecak tidak suka, bagaimana prilaku tak berperasaan Davin. "Pria itu bajingan ya?"

Selena tak menjawab, kakinya yang terluka masih di atas paha Arsa. Wajahnya murung, yang dikatakan Arsa memang benar. Davin memang pria bajingan yang tak berperasaan, begitu buta dan egois.

"Hey.." tangan Arsa memegang dagu Selena lembut, mengangkat wajah Selena agar menatapnya.

"Kau tak perlu bersedih karena pria itu, mereka berdua cocok. Sama-sama problematik." sambung Arsa tak suka, menghapus air mata bayangan Selena. Ia tahu Selena akan menangis.

"Kau tahu.. Sifat mereka?" tanya Selena tak percaya, menatap dalam Arsa penuh harap.

Arsa mengangguk. "Aku tahu, sifat mereka yang tak mau disalahkan dan selalu benar." wajah Arsa murung bagaimana sifat Davin yang selalu tak mau disalahkan.

"Aku tak mencintainya lagi, aku sadar bahwa aku bodoh mempertahankan hubungan ini." bisik Selena dengan kepala tertunduk, tangannya memegang lembut tangan Arsa.

Arsa menyahuti dengan remasan lembut tangan Selena, mengenggamnya erat. "Itu bagus, setidaknya kebodohan mu berkurang ya?" sahut Arsa mencoba menghibur kembali.

Selena hanya terkekeh, mengangguk. "Kau benar, aku bodoh."

Arsa kembali menyeringai, menggunakan tangan satunya mengelus lembut rambut Selena. "Ya, kau memang bodoh."

"Aku akan membantumu pintar, Nona Wiranata." sambung Arsa yang langsung mendapatkan perhatian penasaran dari Selena

"Apa maksudmu?"

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Davin mengelus menyingkirkan rambut Karina dengan lembut kebelakang telinganya, "Aku disini, istirahatlah." bisik Davin dengan lembut.

Karina hanya mengangguk, tersenyum mencoba dengan lemah. "Kakak Selena terluka, kenapa kak Davin tidak membawanya juga ke ruang perawatan."

Sejenak Davin teringat, ia juga ingat bagaimana lutut Selena lebam merah dan banyak mengeluarkan darah. Lagi-lagi ia lalai terhadap Selena.

"Oh, ya ampun.. Kau benar." Davin merasa bersalah karena sudah menghina dan meninggalkan Selena sendirian dilapangan.

Karina tersenyum tipis melihat Davin masih sedikit reaksi pada Selena, mengetahui Davin masih mencintai Selena. Tanpa diketahui Davin, Karina cemberut—mengapa Davin tidak fokus kepada dirinya saja?

Tak bisa langsung membenci Selena?

"Tunggu disini aku ingin pergi mencari Selena." Davin bangkit dari kursinya untuk mencari Selena dan meminta maaf.

"Kak davin—" ucapan Karina berhenti, begitupun Davin yang membeku ditempat saat dua orang masuk keruang perawatan.

Selena yang digendong oleh Arsa.

Tangan Davin mengepal, dari sekiannya banyak pria mengapa selena—pacarnya—tunangannya digendong oleh musuhnya. Yaitu Arsa Mahendra.

sementara Karina tersenyum penuh kemenangan dalam diam. Ini akan menjadi konflik menarik baginya, dan Davin sebentar lagi akan menjadi miliknya sepenuhnya.

"Berikan Selena padaku." perintah Davin seolah pria yang memiliki hak penuh pada Selena.

Arsa hanya mengeratkan pegangannya pada pinggang dan bawah lutut Selena. "Kalau ga mau?" sahut Arsa menantang

tangan Davin mengepal menahan amarah. Jari-jarinya sangat gatal ingin menonjok wajah Arsa yang begitu santai.

"Dia pacarku."

"Oh, ya? Bukankah pacarmu yang terbaring lemah ditempat tidur?" Arsa melirik Karina. Wanita itu berpura-pura lemah ditempat tidur

"Kakak Selena.. Kenapa kau tidak menghargai cinta kak Davin? Dia cinta sama kamu! Kenapa kamu malah mau digendong sama musuh pacarmu sendiri." ucap Karina mencoba membuat Selena buruk dimata Davin.

Namun Davin hanya diam, memandangi Selena yang menyandarkan kepalanya dengan santai didada Arsa.

"Dengar Karina kecil, bukan Selena yang mau. Tapi aku yang mau." sahut Arsa dengan tajam disambut dengan rasa tak suka dari Davin karena Arsa berani memberikan sahutan tajam pada Karina.

Tanpa berkata apa-apa lagi Arsa membawa Selena ketempat tidur—disebelah ranjang Karina tiduri.

"Selena jawab aku kenapa kau mau bersama Arsa?!" tanya Davin tak sabar, berdiri disisi Selena dengan wajah muram dan tidak suka.

"Jadi aku harus menunggumu? Menunggu mu datang dan peduli padaku?" sahut Selena tenang namun tajam.

Davin ingin menyahutinya namun dipotong oleh suara Karina. "Jadi, kakak Selena tidak suka kak Davin menolongku tadi? Aku.. Aku beban dihubungan kalian berdua ya?" suara Karina sedih dan murung, membuat Davin mengalihkan perhatiannya dengan cepat.

Arsa menguap mengantuk, drama ini tidak akan selesai dengan panjang.

"Tidak sayang, kau bukan beban. tetaplah disini, kau masih sakit. Aku tak bisa membiarkanmu pergi sendirian dari ruang perawatan." Davin menangkup pipi Karina, memohon untuk mengerti.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!