Apa reaksimu ketika tiba-tiba saja seorang gadis cantik dari planet lain masuk ke kamarmu?
Terkejut? Kaget? Ya, begitu juga dengan Nero. Hanya beberapa jam setelah ia ditolak dengan kejam oleh siswi sekelas yang disukainya, ia bertemu dengan seorang gadis mempesona yang masuk melalui lorong spasial di kamarnya.
Dari saat itulah Nero yang selama ini polos dan lemah perlahan berubah menjadi pribadi yang kuat dan menarik. Lalu membalikkan anggapan orang-orang yang selama ini telah menghina dan menyepelekannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J.Kyora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah beberapa jam terus berlatih, Nero merasakan kemajuan yang sangat baik. Ia telah mampu berjalan biasa sebagaimana melakukannya diluar ruangan, langkah demi langkah dan hatinya sangat gembira. Latihan ini membosankan, tapi seperti ada sesuatu di dalam dirinya mendorong untuk terus melakukannya, ingin menjadi kuat Tentu saja, tapi sesungguhnya hal itu saja tidak cukup untuk memotivasinya. Nero hanya merasakan dorongan itu begitu saja, mungkin saja hanya keingin tahuan dan rasa penasaran didalam dirinya, apapun namanya Nero hanya mengikuti dorongan itu.
Sebuah bisikan memanggil, ia mencari sekeliling dan melihat Eona berdiri dikejuhan. Nero mengayunkan langkah mendekatinya.
"Untuk belajar kultivasi, kamu harus memiliki pondasi yang kuat di tubuhmu. Berlatih di ruangan gravitasi ini dengan struktur tubuh selemah itu, akan membuatmu sulit tumbuh," jelas Eona.
"Sulit tumbuh?" Nero agak tidak memahami.
"Ya... tubuhmu tidak akan bertambah tinggi, tapi akan melebar dan berotot," Eona tersenyum.
Nero pucat pasi, ia membayangkan menjadi seorang yang pendek dan gempal, bulu kuduknya merinding.
"Haha... Jangan khawatir, setelah selesai berlatih, kamu hanya perlu berendam di kolam itu," Eona membalikkan tubuhnya mengarah ke sebuah kolam.
"Kolam apa itu?" tanya Nero melangkah lebih dekat dan memperhatikan sebuah kolam yang tidak terlalu luas, airnya berwarna putih susu, ia mencium aroma menyengat seperti aroma tumbuhan seperti jahe.
"Itu akan memperkuat otot dan tulang tulangmu,"
jelas Eona. "Kamu hanya perlu merendam tubuhmu selama satu jam setiap selesai latihan."
"Benarkah? Wow, ini akan hebat sekali," Nero terlihat antusias. "Bolehkah aku melakukannya sekarang?"ujarnya sambil menoleh pada Eona.
Eona mengangguk, sedikit lengkungan di sudut bibirnya.
"Baiklah, tapi kamu harus pergi dulu," pinta Nero, ia malu jika Eona harus melihatnya membuka baju.
Tanpa menjawab Eona berjalan pergi dan dalam sekejap menjauh dari pandangan Nero. Ia tercengang takjub, gadis ini sangat sakti, pikirnya.
Menyingkirkan pikiran tentang Eona, Nero membuka bajunya dan masuk ke dalam kolam, meski agak kurus namun tulang tulangnya terbalut daging dan kulit dengan sempurna, ia terus melangkah ketengah, kemudian ketika air telah mencapai setinggi dadanya, ia berhenti dan diam menunggu apa yang akan terjadi.
Perasaan seperti menggelitik mulai terasa di seluruh kulit tubuhnya, sangat terasa dibagian paha dan tungkainya, ia terus mengamati sensasi rasa itu, beberapa lama kemudian, sedikit rasa panas mulai menjalari tubuhnya, masuk ke dalam pori pori dan seluruh tubuhnya terasa hangat.
Semakin lama rasa hangat itu semakin intens masuk kedalam daging dan tulangnya, ia merasakan seolah sesuatu meresap kedalam setiap senti tubuhnya, seperti tubuhnya serasa ada yang menggerogoti.
Nero menjadi waspada, rasa panas mulai terasa agak menyakitkan, lalu rasa sakit itu makin terasa kuat, Nero merapatkan giginya, menahan rasa sakit dari panas yang mulai terasa membakar. Kulitnya terlihat merah seperti udang rebus, namun ia terus bertahan, ia percaya Eona tidak akan memberikan hal-hal yang buruk kepadanya. Ini adalah bagian dari latihan, pikirnya menenangkan diri.
Rasa sakit itu menjalari seluruh tubuhnya, giginya gemeretak menahan rasa terbakar di dalam kulit dan dagingnya, ia memejamkan mata dan bertahan sekuat tenaga.
Lama-kelamaan ia menyadari sepertinya panas itu tidak lagi meningkat. Nero perlahan mulai membiasakan diri dengan rasa sakit yang tersisa, namun rasa tidak nyaman diseluruh tubuhnya mulai agak mengendur, rasa sakit yang intens terasa berkurang. Sebenarnya bukan berkurang, tapi Nero merasa tubuhnya mulai terbiasa dengan rasa panas ini.
Nero berdiri di pinggir kolam, ia merasa-rasakan tubuhnya, rasa bugar luar biasa terpancar dari tubuhnya setelah ia keluar dari kolam itu, ia merasa badannya menjadi ringan. Ketika ia melangkah, rasa berat dari ruangan itu telah jauh berkurang.
Dengan wajah riang Nero memakai bajunya kembali, perasaan gembira memenuhi hatinya. Ia berjalan kembali kebundaran tempat menara bundar Eona, langkahnya mantap dan ceria.
Naik keatas menara itu ia melihat Eona telah tertidur didalam inkubator cahaya.
Kembali kekamarnya Nero merasakan perasaan ringan luar biasa, ia hanya melakukan satu lompatan untuk mencapai tangga, dan satu lompatan untuk turun kekamar bawahnya. Nero berjumpalitan, menendang, memukul dan melakukan gerakan apapun yang teringat olehnya.
"Hahaha... hebat sekali!" pekik Nero di dalam kamarnya. Kemudian ia bergegas ke kamar mandi membersihkan dirinya.
"Masakan mama enak sekali!," Nero menyendok nasi untuk ketiga kali ke dalam piringnya, di mulutnya masih berisi sedikit makanan. Entah kenapa ia merasa sangat lapar, dan kebetulan dengan lauk favoritnya, ia melahap makanannya begitu rakus. Mamanya yang duduk di seberang meja memperhatikannya, ia merasa sangat gembira, kebahagiaan apa yang lebih berarti selain melihat anak-anaknya tumbuh besar dan berbakti.
Meski sering merasa kesepian, mama tidak berkeinginan muluk-muluk, menjalani hari-hari sederhana dan melihat anaknya tumbuh dengan bahagia, telah cukup memuaskan hatinya, Dan perubahan Nero akhir-akhir ini sangat kentara, ia terlihat lebih enerjik dan riang, wanita itu sangat senang.
Malam hari selesai makan Nero duduk di balkon kamar atasnya. Ia membuka ponsel dan melihat beberapa panggilan dari Nadia, Nero akan menekan panggilan ke nomor Nadia ketika suara halus terdengar diatap rumah tetangga disamping balkon.
Sekor kucing? Suara halus terus mengeong. Berdiri Nero mengamati dari mana suara itu berasal, lalu matanya tertumpu pada seekor anak kucing yang terjebak di atas genteng, anak kucing itu seperti mau melompat, namun tidak berani karena atap rumah itu terlalu tinggi.
Refleks Nero meloncat dari balkonnya ke atap rumah tetangga, lalu berlari disepanjang bubungan atap rumah tersebut. Sentuhan injak kakinya begitu halus sehingga hampir tidak menimbulkan suara, dengan lincah akhirnya ia mendarat ditempat anak kucing itu terjebak, Nero mengambil dan membawa kepelukannya.
Nero hendak kembali ke balkon ketika sadar apa yang baru saja dilakukannya. Ia tercengang bisa sampai ditempat ini dengan sangat cepat, melihat ke dirinya sendiri, kemudian ke balkon diatap rumahnya, jaraknya sekitar 20 meter, dan medan jalurnya sangat sempit. Masih tidak percaya Nero kemudian melompat lagi kebubungan atap dan berlari dengan cepat tanpa merasa hilang keseimbangan, lalu terakhir dengan satu lompatan besar ia mendarat tepat di lantai balkon kamarnya.
"Hahaha... luar biasa!" Nero kegirangan dengan apa yang ia lakukan barusan. Dengan mata berkilat ia memandangi atap-atap rumah tetangga, lalu muncul ide di kepalanya.
Dengan bersemangat Nero masuk kembali kedalam kamar, ia meletakkan anak kucing di tangannya dan mengganti pakaiannya dengan celana training dan hoodie, ia menutup kepalanya dan mengikatkan kelehernya, terakhir ia kenakan sebuah masker kain hitam.
Berdiri tinggi di atap, Nero memandang lautan genteng rumah di sekitarnya, Nero mengambil ancang-ancang, memperkirakan tempat dimana ia akan melompat, lalu dengan satu gerakan, ia melesat berlari, melakukan loncatan demi loncatan, dengan ringan ia berjumpalitan berpindah dari satu atap ke atap lainnya, gerakannya persis seperti seorang ninja didalam film
film action.
Nero terus melakukannya sampai ia lupa waktu. Ada keasyikan tersendiri baginya seperti menemukan sebuah mainan baru, gairahnya tumbuh sedemikian rupa, adrenalinnya terpacu dan ia terus ingin lebih dan lebih.
Menyadari telah tengah malam, ia kembali dengan keringat bercucuran ditubuhnya. Nero mengambil handuk dan sekali lagi ia mandi, setelahnya berganti pakaian dan terkapar ditempat tidur.
...