damar aby sugito atau lebih sering di panggil sugi, seorang pemuda yang memiliki sebuah toko boneka, namun boneka yang di jualnya juga bukan boneka-boneka biasa melainkan boneka hidup yang melindungi tuannya, selain bukan bonekanya saja yang unik, sugi sendiri juga memiliki kekuatan yang tiada tanding. namun ia sendiri tidak menyadari bahwa dirinya itu sakti dan sugi juga tidak menyadari bahwa boneka-boneka yang di jualnya itu hidup. di season 2 kali ini akan terungkap bagaimana sugi bisa memiliki boneka-boneka hidup itu, dan bagaimana sugi bisa mendapat kekuatan tiada tanding, serta siapa yang telah membuat sugi tidak bisa menyadari kesaktiannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menuju semarang
Waktu berjalan cepat, sudah seminggu lebih sejak sugi menghajar johar di purwokerto.
Pagi hari ini sugi menuju ke restoran yang cukup bagus, dia ingin makan seafood untuk siang hari ini.
Ketika sugi duduk menunggu makananya jadi, secara tidak sengaja sugi mendengar obrolan dari pelanggan yang duduk tidak jauh dari tempat duduknya.
"Kalau kamu benar-benar ingin mencari pelelangan barang kuno, pergilah menuju ke kediaman tuan herlambang di semarang, pada minggu di akhir bulan ini, kamu akan menemukan pelelangan barang kuno yang sangat bagus!"
Sugi menjadi sangat tertarik akan hal tersebut, sugi sendiri memang penyuka barang antik.
Sugi kemudian berdiri lalu menghampiri dua orang itu, "permisi, apa saya tidak sengaja mendengar anda berbicara tentang pelelangan barang antik, apa saya boleh tahu di mana alamatnya?" Tanya sugi.
Dua orang itu memandang sugi dari atas sampai bawah, mereka langsung berucap dalam hati, dengan ucapan yang sama, "orang biasa?"
Namun karena orang biasa ini sopan terhadap mereka, mereka juga tidak mungkin tidak bersikap sopan, salah satu dari dua orang itu menuliskan alamat kediaman tuan herlambang.
Kemudian orang itu memberikan kepada sugi, "kamu tinggal datang ke alamat itu, di sana kamu akan menemukan pelelangan barang antik yang sangat bagus bagus."
Sugi menerima alamat itu, kemudian sugi berucap, "terimakasih, bagaimana kalau kalian berdua mampir ke tokoku, aku akan memberikan beberapa souvenir."
"Souvenir, memangnya kamu punya apa?" Tanya salah satu dari mereka.
"Topeng, boneka, buku yang terlihat lawas, batuan unik dan masih banyak lagi.."
"Sepertinya pesananmu sudah datang.."
Sugi menghela nafas, ia sudah menebak mereka berdua pasti tidak mau menerima hadiah darinya.
Apa yang tidak di ketahui dua orang itu, mereka berdua sudah melewatkan sebuah kesempatan untuk mengubah nasib mereka berdua, sebuah kesempatan yang tidak banyak orang bisa mendapatkannya.
Seumpama mereka tahu akan hal ini, mereka akan menyesal sepanjang hidup mereka.
***
Setelah selesai dari restoran itu, sugi kembali ke tokonya. Ia duduk di sofa sambil memandangi kertas berisi alamat yang di berikan orang di restoran tadi.
"Ah, akan aku datangi saja lah!" Ucap sugi dengan sangat santai. Namun pada saat ini, waktu di mulainya pelelangan itu cukup lama, yaitu minggu terakhir di bulan ini.
Masih ada seminggu lebih, oleh karena itu sugi sangat bersantai pada saat ini.
Siapa sangka seminggu lebih, dengan cepat berlalu.
Sugi pada saat ini terdiam di meja konternya seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Apa ya yang lupa? Mengapa aku merasa ada yang terlewatkan... Tapi apa?" Sugi bertanya tanya dalam hatinya dengan wajah bingung.
Kemudian sugi memandangi kalender yang terpasang di dinding, entah mengapa sugi merasa ada yang salah dengan kalender itu.
Tiba-tiba sugi melebarkan matanya, ketika mendapati hari ini adalah hari minggu di akhir bulan.
"Sialan, aku lupa hari ini adalah hari pelelangan di rumahnya tuan herlambang itu!" Ucap sugi yang panik.
"Sialan, bisa-bisanya aku lupa!" Ucap sugi yang buru-buru menuju ke dalam kamarnya untuk bersiap. Dia tidak menyangka bahwa hari ini adalah hari pelelangan itu.
Setelah cukup lama mengambil beberapa barang dan memasukan ke dalam tasnya, sugi kemudian menyampaikan pesan kepada trio kuli yang sedang ngopi di halaman depan, "kalian jaga tempat ini, aku akan pergi dulu!"
"Baik pak!" Ucap mereka bertiga secara serempak.
Kali ini sugi tidak membawa mobilnya. Melainkan ingin menaiki kereta api. Oleh karena itu sugi berjalan untuk mencari ojek terlebih dahulu.
Sugi berjalan menuju ke stasiun kereta api yang ada di jalan veteran, dan langsung mencari tiket untuk menuju ke semarang.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, setelah beberapa jam menunggu, akhirnya sugi mendapat pemberangkatan dan berangkat ke semarang.
Waktu kembali berjalan dengan sangat cepat, di butuhkan waktu sekitar 1 jam lebih untuk tiba di tawang.
Sugi berdiri dengan ekspresi menghela nafas, "ini sudah lewat satu hari... apakah pelelangannya masih ada atau tidak ya?" Batin sugi dengan ekspresi gelisah, "sialan, aku juga lelah perjalanan dari pemalang ke semarang, aku harus mencari hotel terlebih dahulu!" Imbuh sugi.
Alhasil sugi menyewa ojek dan menuju hotel terdekat.
Waktu kembali berjalan dengan sangat cepat, tidak terasa esok harinya telah tiba begitu saja. Dengan cepat di pagi yang cerah, dan panas ini. Tidak mungkin semarang bagian utara tidak panas.
Sebenarnya semarang tidak sepenuhnya berada di pinggir laut, faktanya di kota semarang bagian selatan, yang berbatasan dengan kabupaten semarang itu berada di ketinggian.
Sugi berjalan menuju ke alamat yang di berikan oleh dua orang di restoran itu, hingga akhirnya tukang ojek yang di sewa sugi mengantarkan sugi di perbatasan antara tembalang dan ungaran.
"Sudah sampai pak!" Ucap tukang ojek itu, kemudian sugi turun di pinggir jalan, lebih tepatnya di pertigaan di mana ada jalan besar yang memasuki wilayah hutan dan perbukitan.
"Kita sudah sampai? Di mana rumahnya?" Tanya sugi dengan ekspresi bingung. Di sini sama sekali tidak ada rumah.
Tukang ojek itu menjawab, "hanya ada satu rumah di sini, yaitu sebuah mansion besar milik orang kaya, mana mungkin saya berani mengantar sampai depan mansion itu, bisa bisa saya di usir sama penjaganya."
Sugi bingung, ia sama sekali tidak melihat adanya mansion di sini. Melihat kebingungan sugi, tukang ojek itu menunjuk ke dalam perbukitan, kemudian berucap, "ikuti saja jalan itu, dan kamu akan sampai..."
Sugi masih tidak yakin akan hal ini, namun mau bagaimana lagi?
Sugi kemudian membayar tukang ojek itu dan sugi kini berjalan menuju ke arah jalan besar atau jalan pribadi yang menuju ke arah perbukitan itu.
Ketika sugi berjalan ke perbukitan itu, ada banyak sekali orang yang mengamati sugi dari balik pohon dan dari balik bukit.
Mereka adalah para penjaga di kediaman tuan herlambang ini. Tentu saja sugi tidak menyadari keberadaan mereka yang sedang memandangi dirinya.
"Manusia biasa?"
"Mengapa manusia biasa bisa ada di tempat ini?"
"Apa yang harus kita lakukan?"
Semua penjaga yang ada di tempat ini kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan. Jujur saja mereka semua siap untuk bertarung menghadapi para pengusup yang datang, namun mereka tidak bersiap apabila ada manusia biasa yang datang.
Apakah mereka harus menyerbu manusia lemah ini? Yang bahkan terkena satu peluru saja mati...
"Tunggu, tuan herlambang juga sedang berada di jalan itu, lebih baik kita tunggu arahan.." semua penjaga yang ada di tempat itu, akhirnya menunggu instruksi dari tuan herlambang yang kebetulan juga ada di tempat ini.