NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:29.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 1 : Pertemuan di Bawah Hujan

Hujan turun deras di kota kecil itu, menyisakan genangan air di trotoar dan aroma tanah basah yang khas. Langit kelabu seolah menyelimuti Semarang dengan selimut kelabu, membuat jalanan sepi, hanya sesekali terdengar suara klakson mobil yang terburu-buru.

Di sudut sebuah kafe kecil bernama Kopi Kenangan, seorang gadis duduk di dekat jendela, menatap hujan dengan pandangan kosong. Namanya Aira, 25 tahun, seorang penulis novel online yang sedang berjuang melawan writer’s block yang membelenggunya selama berbulan-bulan.

Aira menghela napas, menyeruput kopi latte yang sudah mulai dingin di tangannya. Laptop di depannya menampilkan dokumen kosong dengan kursor yang berkedip-kedip, seolah mengejeknya. “Ayo, Aira, kamu bisa,” gumamnya pada diri sendiri, tapi kata-kata itu terasa hampa. Ide-ide yang dulu mengalir seperti air kini serasa tersumbat, terperangkap di sudut pikirannya yang kacau.

Deadline dari platform novel online tempatnya menulis semakin dekat, dan tekanan dari pembaca setianya membuat dadanya sesak.Di luar, hujan semakin ganas.

Aira memperhatikan orang-orang yang berlari mencari tempat berteduh, payung-payung warna-warni berlomba melawan angin. Tiba-tiba, matanya tertuju pada seorang pria yang berdiri di seberang jalan, tepat di bawah lampu jalan yang mulai menyala. Pria itu tidak memakai payung, hanya mengenakan jaket denim yang sudah basah kuyup.

Rambutnya yang sedikit berantakan menempel di dahi, tapi entah kenapa, ada sesuatu di wajahnya yang membuat Aira tidak bisa memalingkan pandangan.

Pria itu menatap ke arah kafe, dan untuk sesaat, pandangan mereka bertemu.Aira buru-buru menunduk, merasa wajahnya memanas. “Apa-apaan sih, Aira? Jangan aneh-aneh,” batinnya, mencoba menenangkan detak jantung yang tiba-tiba tidak karuan. Dia mencuri pandang ke arah pria itu lagi, tapi pria itu sudah bergerak, melangkah cepat menyeberang jalan menuju kafe.

Jantung Aira semakin kencang. “Jangan bilang dia mau masuk ke sini,” gumamnya panik.Pintu kafe berbunyi cling saat pria itu masuk. Aroma kopi bercampur dengan bau hujan yang menempel di jaketnya.

Dia mengibaskan rambut basahnya, membuat tetesan air berhamburan ke lantai. Beberapa pengunjung melirik, tapi pria itu tidak peduli. Dia berjalan langsung ke meja kosong di sudut, tidak jauh dari tempat Aira duduk, dan memesan sesuatu pada pelayan dengan suara yang rendah namun tegas.

Aira berusaha fokus pada layar laptopnya, tapi pikirannya kini dipenuhi oleh pria itu. Ada sesuatu yang familiar di wajahnya, tapi dia yakin mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Mungkin itu hanya perasaan, pikirnya, atau mungkin imajinasinya sebagai penulis mulai berjalan liar lagi.

Dia mencoba mengetik beberapa kata, tapi jari-jarinya terhenti ketika mendengar pria itu berbicara pada pelayan yang baru saja mengantarkan pesanannya.“Terima kasih. Oh ya, apa kafe ini punya buku atau majalah yang bisa dipinjam? Saya butuh sesuatu untuk dibaca sambil menunggu hujan reda.”Suara pria itu dalam, sedikit serak, tapi ada kehangatan di dalamnya.

Aira tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik. Pelayan menggeleng, meminta maaf karena kafe tidak menyediakan bacaan.

Pria itu hanya tersenyum kecil, mengangguk, lalu menatap ke arah jendela, tampak termenung.Entah kenapa, Aira merasa dorongan aneh di dalam dirinya.

Dia menutup laptopnya, mengambil napas dalam-dalam, dan sebelum otaknya sempat memprotes, dia sudah berdiri dan berjalan menuju meja pria itu.

“Maaf,” katanya, suaranya sedikit gemetar.

“Kalau kamu mau baca sesuatu, saya punya novel di laptop saya. Bukan novel terbitan sih, cuma… cerita yang saya tulis sendiri.”Pria itu menoleh, alisnya sedikit terangkat, tapi matanya memancarkan rasa ingin tahu.

“Penulis?” tanyanya, suaranya terdengar seperti sedang menimbang-nimbang.

“Menarik. Apa genrenya?” Aira merasa pipinya memanas lagi.

“Romance,” jawabnya cepat, lalu buru-buru menambahkan,

“Tapi bukan yang lebay, kok. Ceritanya… realistis, kalau boleh bilang begitu.”Pria itu tersenyum, kali ini lebih lebar, dan Aira merasa jantungnya hampir berhenti.

“Boleh saya baca?” tanyanya, menunjuk ke arah laptop yang Aira genggam erat.Aira mengangguk, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Dia kembali ke mejanya, membuka salah satu novelnya yang sudah selesai, lalu membawa laptop itu ke meja pria itu.

“Ini. Judulnya Langit di Ujung Jalan. Kalau kamu suka, baca saja. Kalau tidak, ya… bilang saja, saya tidak akan tersinggung,” katanya, meskipun dia tahu dia pasti akan tersinggung jika pria itu tidak menyukainya.

Pria itu mengangguk, mengambil laptop dengan hati-hati.

“Terima kasih… siapa nama kamu?”

“Aira,” jawabnya, lalu dengan cepat menambahkan

“Kamu?”

“Raka,” jawab pria itu sederhana, lalu menunduk untuk mulai membaca.

Aira kembali ke mejanya, merasa seperti baru saja melakukan sesuatu yang sangat berani sekaligus bodoh. Dia mencuri pandang ke arah Raka, yang kini tampak serius membaca. Ekspresinya sulit ditebak—terkadang dia mengerutkan kening, terkadang bibirnya sedikit melengkung, seolah tersenyum pada dirinya sendiri.

Aira tidak tahu apakah itu pertanda baik atau buruk, tapi yang pasti, dia tidak bisa fokus pada apa pun selain pria itu.Hujan di luar mulai mereda, tapi Aira tidak ingin pergi.

Dia memesan kopi lagi, berpura-pura sibuk dengan ponselnya, padahal matanya sesekali melirik ke arah Raka. Setelah hampir setengah jam, Raka akhirnya menutup laptop dan menoleh ke arahnya.

Aira buru-buru memalingkan muka, berpura-pura mengetik sesuatu.

“Aira,” panggil Raka, suaranya lembut tapi cukup untuk membuat Aira tersentak.

Dia berjalan mendekat, membawa laptop itu kembali.

“Selesai. Ceritanya… bagus. Benar-benar bagus.”Aira menatapnya, mencari tanda-tanda kebohongan, tapi mata Raka terlihat tulus.

“Serius?” tanyanya, tidak bisa menyembunyikan kelegaan di suaranya.Raka mengangguk.

“Kamu punya bakat. Karakternya hidup, dan cara kamu menggambarkan emosi… rasanya nyata. Tapi,” dia berhenti sejenak, membuat jantung Aira kembali berdegup kencang,

“ending-nya agak terburu-buru. Seperti kamu ingin cepat menyelesaikannya.”Aira tersenyum kecut.

“Kamu jujur, ya. Tapi… benar sih. Saya menulis itu saat sedang dikejar deadline.”Raka tertawa kecil, suaranya seperti melodi yang membuat suasana kafe terasa lebih hangat.

“Kalau boleh saran, lain kali beri ruang lebih untuk karakternya bernapas. Biarkan mereka bercerita dengan ritme mereka sendiri.

”Aira mengangguk, terkesan dengan cara Raka berbicara.

“Kamu penulis juga?” tanyanya, tidak bisa menahan rasa penasaran.Raka menggeleng.

“Bukan. Cuma pembaca yang suka mengkritik,” katanya dengan senyum nakal.

“Saya desainer grafis, tapi saya suka membaca di waktu luang.”

“Desainer grafis? Keren,” kata Aira, tiba-tiba merasa minder dengan profesinya yang penuh ketidakpastian.

“Kamu bikin apa? Poster? Logo?”

“Macam-macam. Terakhir saya bikin cover buku untuk sebuah penerbit kecil. Mungkin suatu hari saya bisa bikin cover untuk novel mu,” kata Raka, nadanya setengah bercanda, tapi ada sesuatu di matanya yang membuat Aira merasa dia serius.

Aira tersenyum, tidak tahu harus menjawab apa. Untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, dia merasa ada percikan di dalam dirinya, bukan hanya untuk menulis, tapi untuk sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang berhubungan dengan pria di depannya ini.Hujan kini benar-benar berhenti, dan sinar matahari mulai menyelinap di sela-sela awan.

Raka melirik ke luar, lalu kembali menatap Aira.

“Saya harus pergi sekarang, tapi… boleh saya minta nomor kamu? Siapa tahu saya butuh rekomendasi novel lain.”Aira tertawa, merasa wajahnya memanas untuk kesekian kalinya.

Dia menuliskan nomornya di selembar kertas tisu, menyerahkannya dengan tangan yang sedikit gemetar.

“Jangan lupa baca novelku yang lain, ya,” katanya, berusaha terdengar santai.Raka mengangguk, memasukkan kertas itu ke saku jaketnya.

“Pasti. Terima kasih, Aira. Sampai jumpa.”Saat Raka berjalan keluar dari kafe, Aira merasa ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya.

Dia membuka laptopnya lagi, dan kali ini, kursor yang berkedip tidak lagi terasa mengejek. Jari-jarinya mulai menari di atas keyboard, menuliskan kalimat pertama dari cerita baru yang terinspirasi oleh pertemuan singkat di bawah hujan itu.

Di luar, Raka berjalan di trotoar yang masih basah, tangannya menyentuh kertas tisu di sakunya. Dia tersenyum kecil, tahu bahwa ini bukan akhir, melainkan awal dari sesuatu yang baru.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!