NovelToon NovelToon
Ternyata Hanya Kamu Cintaku

Ternyata Hanya Kamu Cintaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa Fantasi
Popularitas:841
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Bella, seorang gadis ceria berusia 21 tahun, diam-diam menyukai Alex, pria berusia 33 tahun yang sukses menjalankan perusahaan keluarganya. Perbedaan usia dan status sosial membuat Bella menyadari bahwa perasaannya mungkin hanya akan bertepuk sebelah tangan. Namun, ia tak bisa mengingkari debaran jantungnya setiap kali melihat Alex.

Di sisi lain, Grace, seorang wanita anggun dan cerdas, telah mencintai Alex sejak lama. Keluarga mereka pun menjodohkan keduanya, berharap Alex akhirnya menerima Grace sebagai pendamping hidupnya. Namun, hati Alex tetap dingin. Ia menolak perjodohan itu karena tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap Grace.

Ketika Alex mulai menyadari perhatian tulus Bella, ia dihadapkan pada dilema besar. Bisakah ia menerima cinta dari seorang gadis yang jauh lebih muda darinya? Ataukah ia harus tetap berpegang pada logika dan mengikuti kehendak keluarganya? Sementara itu, Grace yang tak ingin kehilangan Alex berusaha sekuat tenaga untuk memiliki Alex.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan di Rumah Sakit

Alex turun dari mobilnya, kemudian menuju kedalam rumah.

Begitu melangkah masuk, dari ruang keluarga, Alex langsung disambut oleh aroma lembut lavender yang menyebar dari diffuser di sudut ruangan. Interior rumahnya yang luas, dengan lantai marmer mengkilap dan lampu gantung kristal yang berkilauan, terasa begitu nyaman.

Di ruang keluarga, ibunyasduduk dengan anggun di sofa empuk berwarna krem, ditemani ayahnya yang sedang membaca koran bisnis.

"Kamu baru pulang, Alex?" suara ibunya terdengar lembut tapi tetap penuh wibawa.

Alex melepas jasnya dan menyerahkannya pada salah satu asisten rumah tangga yang sigap mengambilnya. "Iya, Mom. Tadi habis dari toko musik lalu janjian ketemu teman-teman di cafe."

Ayahnya melipat korannya dan menatap Alex sekilas dari balik kacamatanya. "Bagus, tetap jaga koneksi. Teman-teman seperti itu bisa berguna nanti."

Alex hanya mengangguk kecil. Ia sudah terbiasa dengan cara berpikir ayahnya yang selalu strategis. Belum sempat ia duduk, ibunya melanjutkan pembicaraan.

"Oh iya, Lex," ibunya berkata sambil merapikan selendang sutranya, "kapan kamu bisa antar dadymu ke dokter? Mau konsultasi soal badannya yang sering lemas dan pegal itu."

Alex menghela napas pelan sambil melirik ayahnya. Sejak beberapa bulan terakhir, ayahnya memang sering mengeluh soal nyeri di badan, tapi tetap saja enggan ke dokter kalau tidak benar-benar dipaksa.

"Besok pagi bisa enggak, Dad?" tanyanya.

"Biar besok aku coba atur jadwal ke kantor dengan William."

Ayahnya mendengus kecil, meletakkan koran di meja kaca di depannya. "Besok pagi? Nggak bisa siang saja?"

Ibunya langsung menggeleng. "Daddy selalu menunda-nunda. Besok pagi lebih baik, kan? Toh, Alex bisa atur jadwalnya."

Alex tersenyum kecil, tahu betul bahwa ibunya kalau sudah bicara seperti itu, keputusan sudah final, karena ibunya sangat memperhatikan kesehatan suaminya.

"Baiklah, Mom. Besok pagi aku kosongkan jadwal. Kita berangkat jam berapa, Daddy?"

"Jam sembilan?" jawab ayahnya akhirnya, meski nada suaranya terdengar setengah terpaksa.

Ibunya tersenyum puas. "Nah, begitu. Biar nggak makin parah. Jangan terlalu sibuk sampai lupa jaga kesehatan sendiri."

Alex mengangguk, setuju dengan omongan ibunya

"Daddy..., di keluarga kita, bisnis memang penting, tapi kesehatan tetap jadi prioritas," ibunya menambahkan.

*****

 "Bang, vitamin abang habis nih!" serunya begitu melihat abangnya, Edward, sedang asyik mengutak-atik barang yang baru dibelinya, di ruang tengah.

Edward menghela napas, "Ya ampun, Bella. Habis lagi? Abang baru minum beberapa hari, kan?"

"Iya, tapi kan abang minum tiap hari. Bella beliin ya" Bella memasang wajah memelas. Bella tidak ingin abangnya sakit

karena vitamin itu membantu kebugaran fisik abangnya.

"Hmm, oke deh. Tapi nanti ya, abang tanggung selesain dulu sama nih barang," jawab Edward, matanya masih fokus ke efek musik.

Bella mengangguk mengerti. Ia tahu abangnya itu tidak pernah benar-benar menolak permintaannya.

Pagi harinya, Bella sudah siap dengan jaket dan helmnya. "Bang, Bella jalan ya. Abang mau nitip sesuatu lagi?"

"Nggak ada, Bella. Vitamin aja cukup," jawab Edward dari dalam kamarnya.

Bella mengangguk dan segera melajukan motornya. Ia sudah hafal betul di mana Edward biasa membeli vitaminnya. Apotek yang tidak jauh dari rumah mereka.

Namun, sesampainya di sana, Bella harus menelan kekecewaan.

"Maaf, Mbak. Vitamin yang Mbak cari sedang kosong," kata petugas apotek dengan ramah.

"Kosong? Wah, kok bisa?" Bella bingung. Padahal, baru beberapa hari yang lalu abangnya membelinya disini dan masih meminum vitamin itu.

"Iya, Mbak. Memang lagi banyak yang cari vitamin ini. Mungkin Mbak bisa coba cari di apotek lain," saran petugas itu.

Bella berpikir sejenak. Ia tidak mau mengecewakan abangnya. Akhirnya, ia teringat ada Rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari apotek. Ia ingat, di Rumah Sakit itu ada apotek juga menjual beberapa jenis vitamin. "Baiklah, saya coba cari di tempat lain dulu," pamit Bella.

Rumah sakit tu terlihat cukup ramai. Bella memarkirkan motornya dan masuk ke dalam. Ia langsung menuju apotek dan mencari vitamin yang biasa dibeli abangnya.

Saat Bella sedang mencari-cari vitamin, matanya tidak sengaja menangkap sosok yang sangat familiar. Seorang pria yang selama ini selalu ada di pikirannya. Pria yang pernah ia temui di sebuah toko musik, kemarin.

Jantung Bella berdebar kencang. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan pria itu di tempat seperti ini. Alex terlihat sedang duduk mengantri menunggu pesanan obat.

Bella mencoba untuk tidak terlalu memperhatikannya. Ia fokus pada vitamin yang sedang ia cari. Namun, rasa penasarannya tidak bisa ia tahan. Ia sesekali melirik ke arah Alex.

Tiba-tiba, pria itu menoleh dan melihat kearah Bella. Sontak ia tersenyum, "Hei, kamu Isabella kan, adiknya Edward?"

Bella yang gugup hanya bisa mengangguk.

 "Iya, kita ketemu di toko musik kemarin," jawab Bella dengan suara sedikit bergetar.

Alex tersenyum, " Iya saya ingat.'"

Bella mengangguk lagi, ia tertunduk tidak berani melihat wajah Alex yang tersenyum begitu tampan, Ia masih merasa sangat gugup.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini, kamu membeli apa?"

"Aku beli vitamin untuk abang Edward."

"Aku juga suka membeli vitamin di sini," kata Alex.

"Oh ya?" Bella sedikit terkejut.

"Kakak sedang mencari vitamin juga?" tanya Bella.

"Tidak, aku sedang mengantarkan ayahku berobat, beberapa hari ini kesehatannya agak menurun."

" Oh, Aku turut prihatin kak, semoga kesehatannya cepat pulih." Bella mendoakan.

"lho kenapa abangmu tidak membelinya sendiri, memang abangmu lagi kemana?"

"Dia lagi ada dirumah, ini niatanku sendiri saja membelikan vitaminnya, agar beliau tetap fit," terang Bella.

"Sepertinya kamu sayang sekali dengan abangmu ya.. beruntung pria yang mendapatkan kamu, pasti diperhatiin ha..ha.."

"Ih kakak, biasa aja kok," muka Bella menjadi memerah tersipu malu.

Pengambilan resep obat atas nama tuan Benjamin sudah terpanggil.

Alex menyudahi obrolannya yang singkat itu dengan Bella.

"Ok Bella, aku pergi dulu ya,

Salam ya untuk kakak kamu,"seru Alex.

"Pasti," jawab Bella sambil tersenyum.

Setelah mendapatkan vitamin yang dicarinya, Bella segera kembali ke rumah. Ia sudah tidak sabar ingin menceritakan pengalamannya kepada Edward.

"Bang, Bella udah dapat vitaminnya nih!" seru Bella begitu sampai di rumah. Edward yang sedang mengutak-atik gitar di kamarnya langsung menghampiri adiknya. "Makasih ya, adikku yang cantik !"

Bella menyerahkan vitamin itu kepada Edward. "Oh iya, tadi Bella ketemu sama cowok ganteng di apotek," cerita Bella sambil tersenyum.

"Cowok ganteng? Siapa?" tanya Edward penasaran.

"Itu lho, yang kita ketemu di toko musik," jawab Bella.

"Oh, Alexander? Kok bisa ketemu di apotek?" Edward semakin penasaran.

"Iya, kak Alex nemenin Ayahnya berobat," jawab Bella.

"O gitu, Edward mengangguk-angguk.

"Wah, kebetulan banget ya. Mungkin aja kalian jodoh," goda Edward.

Bella hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya. Ia sendiri tidak tahu apakah ia memiliki perasaan khusus terhadap pria itu atau tidak. Yang jelas, ia merasa senang bisa bertemu dengannya lagi.

1
Dee
terima kasih kak/Heart/
Amalia Mirfada
Langsung jatuh cinta deh!
Dee: terima kasih dukungannya...
total 1 replies
Dewi Martizawati
lanjut thor keren ceritanya/Kiss//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!