Dirga. Dia adalah pemuda lupa ingatan yang tak pernah bermimpi menjadi pendekar. Tapi ternyata Dewata berpikiran lain, Dirga ditakdirkan menjadi penyelamat Bumi dari upaya bangsa Iblis yang menjadikan Bumi sebagai pusat kekuasaannya. Berbekal pusaka Naga Api yang turun dari dunia Naga, dia berkelana bersama Ratnasari memberantas aliran hitam sebelum melawan Raja Iblis.
Lalu bagaimana akhir kisah cintanya dengan Ratnasari? Apakah Dirga akan setia pada satu hati, ataukah ada hati lain yang akan dia singgahi? Baca kisah selengkapnya dalam cerita silat Nusantara, Pusaka Naga Api. ikuti kisah Dirga hanya ada di disni wkwk. kalau ada kesamaan atau tempat author minta maaf mungkin hanya sekedar sama aja cerita nya mungki tidak, ikuti kisahnya dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Jantung Ronggo berdegup kencang. Sebentar lagi dia akan bertemu sosok yang merupakan dedengkot sekaligus pimpinan aliran hitam wilayah selatan. Setidaknya dia harus menekan egonya dan menjaga sikapnya jika ingin memuluskan ambisinya.
"Silahkan masuk, Tetua," ucap Sunarya mempersilahkan.
Ronggo menganggukkan kepalanya. Dia kemudian melangkah mengikuti ayunan kaki Sunarya memasuki ruangan.
"Selamat datang Pendekar Cahaya Suci yang melegenda. Suatu kehormatan bagi perguruanku didatangi seorang pendekar besar seperti dirimu!" Reksapati tersenyum lebar menyambut Ki Ronggo yang berjalan menuju sebuah kursi.Ronggo tersenyum kecut mendengar pujian yang sebenarnya adalah hinaan buatnya. "Terima kasih atas sambutannya, Ketua Reksapati."
"Silahkan duduk, Ki... Kira-kira penawaran apa yang hendak kau tawarkan kepadaku?" tanya Reksapati sambil berjalan dan kemudian duduk di depan Ronggo. Ketua perguruan Rajawali Iblis itu tidak ingin basa-basi dan ingin segera mengetahui niat Ronggo mendatangi perguruannya.
"Maaf, Ketua. Mungkin Ketua sudah mengetahui perihal pembantaian para pendekar di hutan yang terjadi tempo hari," kata Ronggo membuka pembicaraan di antara mereka.
Reksapati yang awalnya tidak begitu antusias akan kedatangan Ronggo, kemudian menegakkan duduknya. Raut wajahnya terlihat sedikit serius. "Aku tahu tentang itu, Ki. Tujuh orang muridku juga belum kembali sampai sekarang."
"Mohon maaf, Ketua. Tapi menurutku Ketua jangan berharap mereka akan kembali, sebab aku juga kehilangan belasan muridku di dalam hutan itu," ucap Ronggo lirih.
Sambil mendengarkan ucapan Ronggo, Reksapati mencoba menganalisa apa tujuan lelaki tua itu datang ke perguruannya. Sedikit banyak dia sudah mulai mendapat kesimpulan jika lelaki tua ketua perguruan Pedang Cahaya itu juga meminati pedang Naga Api.
"Apa kau tahu siapa yang membantai mereka, Ki?" pancingnya.
"Menurut informasi muridku yang berhasil lolos dari pembantaian itu, pelakunya adalah seekor kera besar yang memiliki kemampuan tinggi dan dibantu dua orang pendekar muda, Ketua," jawab Ronggo. Tangannya meraih gelas berisi air yang berada di depannya dan menenggaknya hingga habis. Dia berharap guyuran air segar yang membasahi tenggorokannya bisa mereduksi kegugupannya.Reksapati menata duduknya lebih tegak lagi. Pandangannya matanya tajam menatap Ronggo untuk mencari kebohongan dari perkataannya.
"Apa kau tidak berbohong, Ki? Hutan itu hanya berjarak sehari dari perguruanku ini, jika memang ada kera besar yang memiliki kemampuan tinggi, kenapa selama ini aku tidak tahu?"
"Kalau masalah itu aku juga tidak tahu, Ketua. Selama aku hidup, baru kali ini juga aku mendengar di dalam hutan itu hidup kera besar," balas Ronggo. Lelaki tua itu menghela napas panjang sebelum kembali berbicara. "Apa mungkin kera besar itu baru saja menghuni hutan itu, Ketua?"
Reksapati melepas pedang bergagang kepala Rajawali hitam yang tergantung di punggungnya dan meletakkannya di atas meja yang berada di depannya. "kalau masalah itu sebaiknya kita jangan hanya menduga-duga saja, Ki," ucapnya.Ronggo memandang sekilas pedang pusaka andalan Reksapati. Jantungnya yang sempat berdetak normal kini kembali sedikit memburu.
Ketua perguruan Rajawali Iblis itu kemudian berdiri dan berjalan mendekati Ronggo.
"Katanya kau ingin menawarkan kerjasama denganku, Ki? Kerjasama seperti apa yang kau tawarkan kepadaku?"
Ronggo menarik napas panjang sebelum berbicara. Dia harus bisa meyakinkan ketua Perguruan Rajawali Iblis itu untuk mau menerima penawarannya.
"Begini, Ketua ... Ini mengenai anggota kita yang meninggal di tangan kera sialan itu."
"Lalu bagaimana?" sahut Reksapati tak sabar. Dia menilai jika lelaki tua itu terlalu berbelit-belit.
"Maksudku begini, Ketua ... Bagaimana kalau kita bekerja sama menyerang kera besar itu?"Ronggo berkata dengan napas tertahan.
Kertapati mengulum senyumnya. Dua sudah bisa membaca apa yang menjadi tujuan lelaki tua ketua Perguruan pedang Cahaya tersebut.
"Kenapa kau tidak percaya diri dengan kekuatanmu sendiri, Ki? Dan juga, bagaimana pandangan para pendekar aliran putih jika tahu kau meminta bantuan padaku, apa kau tidak malu?"
"Aku tidak peduli dengan pandangan mereka padaku, Ketua. Aku sudah meminta bantuan mereka tentang masalah ini, tapi mereka diam saja dan tidak menanggapi sedikitpun," keluhnya dengan memasang wajah melas.
"Lalu apa keuntungan buatku, Ki? Matinya anggotaku adalah hal biasa buatku dan bukan masalah yang penting. Mereka mati saat sedang menjalankan tugas dariku, jadi itu adalah sesuatu yang tidak perlu dibesar-besarkan." Reksapati tersenyum kecil.
Penawarannya akan bisa diterima. Hanya helaan napas beratnya yang terdengar pelan terdengar keluar dari bibir keriputnya.
"Aku akui ragu jika harus menghadapi kera besar itu, Ketua. Laporan dari anggotaku membuatku ragu jika harus menghadapinya. Kelana Jati dan Darmawisesa saja tidak berdaya melawannya," balas Ronggo merendah.
Reksapati tertawa lantang mendengarnya. Dia sudah pernah mendengar tentang betapa sombongnya sosok lelaki tua itu, dan pengakuan yang didengarnya kali ini tentu berbanding terbalik dengan apa yang dia dengar selama ini tentang Ronggo.
Ronggo merasa tersinggung dengan tawa lantang yang terkesan menghinanya. Tapi dia tidak mungkin menunjukkannyan kepada ketua perguruan Rajawali Iblis tersebut.
"Begini, Ketua. Aku tahu Ketua pasti sudah mendengar tentang munculnya pedang Pusaka Naga Api ..."
"Dan kau juga meminatinya, bukan?" sela Reksapati cepat.
"Awalnya seperti itu, Ketua. Tapi begitu anggotaku menjadi korban pembantaian yang dilakukan kera sialan itu, niatku berubah. Aku sudah tidak menginginkan pedang itu lagi dan hanya berniat untuk membalas dendam," balas Ronggo beralibi.
"Yakin kau sudah tidak menginginkannya?"
Reksapati tersenyum mencibir.
"Yakin, Ketua. Membalas dendam atas kematian murid-muridku adalah yang utama buatku sekarang."
"Baiklah. Aku akan membantumu, tapi dengan syarat tentunya!"
Dahi Ronggo yang dipenuhi keriput, terlihat semakin tebal. "Kalau ketua menginginkan Pedang itu, silahkan. Aku tidak akan menghalanginya."
"Itu yang pertama!" Senyum kecil ketua perguruan Rajawali Iblis itu terkesan begitu misterius.
"Syarat apa lagi ketua?"
"Kau dan perguruanmu harus tunduk dan menyatakan setia kepadaku. Serta perguruanmu harus bergabung dengan aliran hitam, bagaimana?"
Ronggo tercekat dengan syarat kedua yang diberikan Reksapati. Bagaimanapun juga dia tidak mau jika harus bergabung dengan aliran hitam.
"Kalau kau tidak mau tidak apa-apa, Ki. Tapi apa kau kira aku akan melepaskanmu keluar dari sini hidup-hidup?" Reksapati tersenyum penuh kemenangan.
Jakun Ronggo naik turun mendengar ancaman yang diberikan Reksapati. Rencana liciknya untuk memanfaatkan perguruan Rajawali Iblis, ternyata berbalik menjadi bumerang untuknya.