Awalnya Elodie adalah ibu rumah tangga biasa. Istri yang penurut dan ibu yang penuh kasih. Namun sebuah kecelakaan mengubah segalanya.
Sikap dan Perilaku wanita itu berubah 180 derajat. Melupakan segala cinta untuk sang suami dan putra semata wayangnya. Mulai membangkang, berperilaku sesuka hati seingatnya di saat 19 tahun. Namun justru itu memberi warna baru, membuat Grayson menyadari betapa penting istri yang diremehkannya selama ini.
"Mommy."
"Nak, aku bukan mommy kamu."
"Elodie Estelle."
"Grayson Grassel, ayo kita bercerai!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 ~ Malu
Tatapan Gray semakin dingin nan menusuk saat mendengar penuturan sang istri. Namun Elodie tidak peduli, wanita itu tak gentar sedikitpun dari posisinya saat Gray mulai berdiri dan mendekat.
"Kau yakin?" tanya Gray saat berdiri tepat di hadapan sang istri. Pria itu menatap lurus-lurus Elodie, menguarkan aura intimidasi yang begitu kuat.
"Ya, sangat yakin," sahut Elodie tegas. Wanita itu membalas tatapan Gray dengan berani, mata ketemu mata hingga kembali memberikan kesan yang berbeda pada pria itu.
"Apa alasanmu ingin bercerai dariku?" Gray berkata dengan tenang, pria itu beranjak dari posisinya. Berjalan ke arah sofa dan duduk dengan satu kaki di atas kaki lainnya.
Sementara Elodie mendengus, ia mendekati Gray dan berdiri di depannya dengan kedua tangan di depan dada. "Dikatakan pun, tidak akan cukup malam ini."
"Oh, sebanyak itu?" Gray menaikkan sebelah alisnya, mulai merasa tertarik dengan pembahasan mendadak ini.
Elodie menunjukkan sebuah buku yang sejak tadi ia pegang. Lalu membukanya lembar demi lembar dengan menggebu.
"Lihat! Buku diary ini ditulis sejak hari pertama menikah denganmu. Dari hari pertama saja sudah tidak ada hal bagus. Kamu pergi entah kemana di malam pernikahan. Bentakan, makian jadi makanan sehari-hari. Awalnya aku sudah merasa aneh saat tahu kamar kita terpisah. Tapi setelah membaca buku ini, aku jadi mengetahui satu hal. Kamu ... kamu sama sekali tidak menganggapku kan? Aku tidak tahu apa alasanku masih bertahan bahkan sampai enam tahun. Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku entah karena apa. Tapi sekarang tidak lagi! Aku mau melanjutkan mimpiku, mimpi yang tertunda karena menikah denganmu. Jadi ... ayo bercerai!"
Elodie berkata dengan tegas, namun entah kenapa kedua matanya berkaca-kaca. Hatinya terasa sesak, napasnya juga tercekat. Wanita itu merasa seperti tengah mengambil keputusan yang sama sekali tidak ia inginkan.
Namun ia tetap teguh, lagian tidak ada hal baik yang ia peroleh selama ini. Kamarnya yang terpisah begitu kosong, tidak ada pakaian layaknya seorang nyonya muda kaya. Bahkan bahan perias wajahnya jauh lebih sedikit dibanding saat ia menjadi gadis. Penampilannya juga jauh menua, padahal dulunya ia begitu merawat diri. Sebenarnya ia juga penasaran, hal apa yang membuatnya berubah 180 derajat seperti ini.
"Sudah?" tanya Gray membuat lamunan Elodie buyar. Wanita itu menatap sang suami seakan berkata apa maksud pria itu.
"Aku bertanya apa sudah selesai?" kata Gray sekali lagi. Pria itu bangkit dari duduknya, berjalan perlahan mendekati Elodie. Membuat wanita itu refleks mundur seirama dengan Gray yang mendekat.
"Ka-kamu mau apa?" tanya Elodie panik saat ia mulai terpojok oleh meja kerja pria itu. Gray bergeming, namun terus bergerak hingga tubuh sang istri benar-benar terpojok. Tanpa mengatakan apapun pria itu meraih kedua sisi pinggang sang istri, mengangkat tubuh kecil Elodie dengan begitu mudah ke atas meja kerjanya.
"Lepaskan! Kamu mau apa?" Kini Elodie mulai berteriak. Ia memberontak, berusaha turun dari atas meja. Namun kedua tangan besar Gray menahan dengan kuat, tidak membiarkan sang istri lolos sedikitpun.
Pria itu justru menekan tubuh sang istri hingga menempel sempurna di atas meja. Ia tidak peduli, meski harus mengorbankan berbagai dokumen yang sebelumnya telah ia susun rapi berurutan yang kini teronggok di atas lantai.
"Sialan, kau mau apa!" teriak Elodie tak lagi menggunakan bahasa sopan. Namun hal itu malah membuat pria di atasnya tersenyum dengan begitu mengerikan.
Dalam sekejap Gray menahan kedua tangan sang istri di atas kepala. Menyatukan bibirnya dengan bibir sang istri hingga membuat wanita itu membelalak.
"Mmmmhhhh!" Elodie memberontak keras. Namun Gray juga tidak mau mengalah, pria itu malah semakin memperdalam ciumannya. Melumat kasar hingga melembut saat merasa perlawanan sang istri berkurang.
"Hahhh!" Dada wanita itu naik turun saat Gray melepas tautannya. Ia meraup udara sebanyak-banyaknya, berulang kali sebelum sang suami kembali menyerang.
"Mmmhhh, le-pas!"
Gray kembali melepas, pria itu menatap dalam Elodie. Melihat wajah kacau wanita itu, ia menyeringai puas.
"Mau tahu kenapa kau bertahan denganku? ... ini, hal seperti inilah yang membuatmu bertahan."
"BRENGSEK!"
PLAK.
Elodie berhasil melepaskan diri saat Gray sengaja melonggar, tanpa sadar tangan kanannya melayang dengan kuat ke pipi kiri sang suami. Wanita itu bangun dan menatap pria itu dengan marah, namun ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Jujur saja, selain marah ia juga sangat malu saat ini.
Apa benar dirinya seperti itu? Memikirkan bahwa ia tidak ingat dan ada kemungkinan bahwa yang pria ini katakan benar membuatnya frustasi.
"Kau!" Elodie menghempas tangannya ke udara dengan kasar. Wajahnya cemberut, marah, kesal, malu bercampur jadi satu. Ingin memaki juga otaknya ngeblank. Wanita itu akhirnya berbalik pergi dengan kesal.
Sementara Gray memainkan lidahnya pada pipi bekas tamparan, lalu menyentuh dengan tangan. Pria itu tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya. Tamparan sang istri masih begitu terasa, tetapi entah kenapa ia sama sekali tidak marah. Justru terasa ada sesuatu yang menggelitik di hati.
Melihat sebuah buku yang tergeletak di atas meja, Gray mengambilnya. Memperhatikan sampul buku itu yang terdapat sebuah goresan tangan yang begitu indah. "Elodie Estelle," gumamnya dengan senyum tipis yang tidak juga luntur.
...
Elodie yang baru keluar dari ruang kerja sang suami dengan wajah merah padam melihat anak lelaki yang katanya adalah anaknya itu. Wanita itu hendak memanggilnya, namun anak itu mendengus begitu sadar akan kehadirannya.
"Heh? Apa-apaan itu?" gumam Elodie heran, jika anak ini adalah anaknya. Kenapa bersikap seperti itu?
Wanita itu berlari kecil, mengejar anak lelaki yang sudah berjalan lumayan jauh itu. "Hei, anak kecil. Eh, aku harus memanggilmu apa? Siapa namamu?"
Cedric kembali mendengus kesal. Meski ia suka membangkang, tapi ibu yang sangat menyayanginya tiba-tiba berubah tentu membuatnya tidak rela. Anak itu menghentakkan kakinya kuat, berjalan semakin cepat sebelum terpaksa berhenti karena tangannya dicekal sang ibu.
"Ada apa? Lepasin tangan aku!" Cedric menepis tangan Elodie dengan kasar, membuat wanita itu menatap anak itu aneh.
"Bibi yang bekerja di sini mengatakan kalau kamu anakku. Tapi apa seorang anak akan berperilaku seperti ini pada ibunya? Jangan-jangan bibi itu berbohong? Kamu anak Grayson Grassel bersama wanita lain, benar kan?"
Mendengar itu Cedric semakin melotot kesal. Apa-apaan? Dulu saja saat ia mengatakan bibi Freya lebih cocok menjadi ibunya, Elodie menangis sampai beberapa jam. Lalu sekarang?
Anak lelaki itu mengacak rambutnya frustasi sebelum kembali berteriak dengan kencang. "Mommy, aku Cedric Grassel. Anakmu satu-satunya!"
Elodie menegang dan memelotot dengan kaget. Ia berusaha menutup mulut Cedric namun anak itu menepis dan terus berteriak sembari menangis kencang.
Sementara Gray yang pintu ruangannya tidak ditutup Elodie kembali memejamkan mata sembari menarik napas berat. Sepertinya hari-harinya kedepan tidak akan mudah.
.
.
.
bukan utk d sakiti🤭
sbnarnya apa sih alasannya El kawin SM lakik model dajall itu
kyknya ada sngkut pautnya SM tmennya si El deh
trus si mertua ada dendam apa sama El ya smpai benci gitu
ksihan si el
emang siapa lagi yg pkai kekerasan dn TDK pyk pri kemanusiaan 😤🙄😒🤬😡😠🤭🤭
jgn mau d rendahkan muku🙄
punya Daddy g ada pendiriannya
tp buat gray kalang kabut biar nyaho😁🤭