Cahaya adalah gadis yatim piatu yang memiliki adik perempuan bernama Syila, mereka di rawat oleh pamannya setelah kedua orang tuanya meninggal. Cahaya berjanji kepada adiknya untuk terus bersamanya, bahkan jika ia dijodohkan pun akan berusaha melawan.
Suatu ketika pamannya sedang dililit hutang dan tidak mampu membayarnya, akhirnya Cahaya yang di jadikan tebusan hutang tersebut. Ia dijodohkan dengan Zeyyan yang memiliki cacat fisik yaitu kelumpuhan, serta bersifat dingin. Syila sangat kecewa karena Cahaya mengingkari janjinya.
Cahaya mencoba untuk tetap tegar menerima kenyataan ini dan bersikap baik serta sabar, ia berharap suaminya bisa mengizinkan adiknya tinggal bersamanya, agar ia bisa memenuhi janjinya. Zeyyan sedikit terempati setelah tahu latar belakang kehidupan Cahaya, dan juga karena kesabarannya untuk mengurus dirinya.
Namun suatu hari, tunangan Zeyyan hadir kembali setelah menghianatinya dan membuatnya terpuruk selama ini dan berusaha merusak rumah tangga mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bismillah, aku pasti bisa
Syila sedang duduk termenung di kamarnya, memikirkan apa yang sudah terjadi. Entah bagaimana nasib kakaknya disana, apakah suami dan keluarganya bisa menerimanya atau hanya sekedar tebusan yang tidak penting. Ia juga mulai merasa takut jika dirinya suatu saat nanti akan bernasib sama seperti kakaknya, ditambah bagaimana jika dirinya dimanfaatkan untuk meminta uang dari kakaknya.
"Apa yang harus aku lakukan." Kata Syila sambil berpikir.
Ceklek
Suara pintu terbuka.
"Syila, Ayo bangun! Jam berapa ini, apa kau tidak sekolah?" Kata Sita dengan nada sedirit tinggi, sambil berdiri diambang pintu.
"Tidak." Jawab Syila datar.
"Kalau begitu bantu aku." Kata Sita.
"Iya." Kata Syila malas, kemudian beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke dapur untuk membantu bibinya memasak.
"Kenapa kamu bolos sekolah?" Tanya Sita sambil fokus memotong sayuran, namun Syila tidak menjawab.
"Apa kamu juga ingin segera dinikahkan seperti kakakmu?" Tanya Sita.
"Tentu saja tidak." Jawab Syila cepat.
"Aku akan bekerja saja, ijazah SMP ku sudah cukup untuk melamar kerja." Kata Syila setelah diam beberapa saat.
"Kalau begitu kenapa masuk SMA segala? Buang-buang uangku saja." Kata Sita kesal.
"Setelah aku dapat pekerjaan akan aku kembalikan." Kata Syila.
"Percaya diri sekali." Kata Sita meremehkan Syila.
"Lihat saja nanti akan ku buktikan, dan aku akan pergi dari sini." Kata Syila didalam hati.
.....
Cahaya sudah bangun sejak subuh tadi, ia menyibukkan dirinya dengan menyiapkan air hangat untuk mandi suaminya, menyiapkan baju kerjanya, serta sarapan untuk suaminya, seperti yang sudah diberi tahu Efan yang merupakan asisten pribadi Zeyyan, yang biasa melakukan itu. Entah suaminya suka atau tidak, Cahaya hanya melakukan tugas nya sebagai seorang istri.
Zeyyan pun terbangun dari tidurnya yang nyenyak, dan melihat sekeliling kamar bahwa semuanya sudah siap seperti biasa, hanya saja tidak ada orang disana.
"Efan!"
"Butuh sesuatu?" Tanya Cahaya tiba-tiba datang.
"Ngapain kamu kesini? Dimana Efan?" Tanya Zeyyan dingin.
"Ada diluar." Jawab Cahaya lembut.
"Panggilkan dia, aku mau mandi!" Kata Zeyyan.
"Iya." Kata Cahaya menuruti keinginannya, ia pun segera pergi menemui Efan.
Tak lama kemudian Efan datang menghampiri Zeyyan.
"Kemana saja kamu, kenapa wanita kampungan itu yang muncul?" Tanya Zeyyan dingin.
"Maaf, Tuan. Tuan dan nyonya besar yang menyuruh saya untuk mengajari nyonya muda untuk mengurus Tuan." Jawab Efan sambil menunduk.
"Apa!" Kata Zeyyan dengan nada tinggi.
"Yang benar saja." Kata Zeyyan kesal sambil membuang muka.
"Ya sudah, lakukan tugasmu seperti biasa!"
"Baik, Tuan."
Seperti biasa Efan membantu Zeyyan mandi dan berganti pakaian, setelah selesai Efan mengantarnya ke dapur untuk sarapan. Dan disana sudah ditunggu oleh Cahaya yang menyiapkan sarapan untuknya.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Zeyyan dingin.
"Menyiapkan sarapan untukmu." Jawab Cahaya lembut.
"Begitu saja bertanya." Kata Cahaya didalam hati kesal.
"Kamu pikir kamu itu siapa?" Tanya Zeyyan dingin.
"Apa?" Kata Cahaya heran dengan pertanyaan suaminya.
"Kau itu bukan siapa-siapa, jadi jangan sok-soakan. Dan jangan menyentuh barang-barangku apa lagi menyiapkan makanan untukku." Kata Zeyyan sambil menunjuk istrinya.
"Ayo kita pergi, Fan! Aku tidak mau menyentuh makanan itu." Kata Zeyyan sambil menatap benci kepada istrinya.
"Astaghfirullohalazim." Ucap Cahaya setelah mendengar perkataan yang begitu menusuk hatinya.
"Apa salahku padamu, sehingga kau begitu membenciku?" Tanya Cahaya.
"Apa kau bilang?" Tanya Zeyyan, kemudian tersenyum sinis sambil membuang muka.
"Karena kau sudah memperburuk hidupku." Kata Zeyyan sambil menunjuk istrinya.
"Kau juga tidak tahu jika aku juga hanya korban." Kata Cahaya sambil berkaca-kaca.
"Diam!" Teriak Zeyyan sambil melempar piring yang berisi makanan yang disiapkan untuknya, tepat dihadapan istrinya. Sehingga makanan dan pecahan piring tersebut berserakan di lantai. Sedangkan Cahaya menangis sambil mengumpulkan pecahan piring tersebut karena terkejut.
"Zeyyan, ada apa ini, pagi-pagi sudah marah-marah?" Tanya Endra yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Ini semua karena dirimu." Jawab Zeyyan kesal.
"Ayo, Fan!" Kata Zeyyan memerintahkan Efan untuk mendorong kursi rodanya.
"Baik, Tuan." Kata Efan mematuhinya mendorong kursi rodany, namun tahan oleh Endra dengan memegang bagian kerangka sandanran tangannya.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Endra berdiri tepat dihadapannya sambil menatap tajam putranya. Sedangkan Zeyyan hanya Diam sambil melihat kearah lain.
"Dia itu istrimu." Kata Endra penuh dengan tekanan.
"Aku tidak butuh istri." Kata Zeyyan sambil menatap ayahnya, kemudian melepaskan tangan Endra dan mengkode Efan untuk kembali mendorong kursi rodanya. Efan yang sebagai asistennya hanya bisa patuh dengan perintah Zeyyan.
"Zeyyan!" Teriak Endra memanggil putranya, namun tidak digubris sama sekali olehnya.
"Ada apa, Pa?" Tanya Riana datang menghampiri suaminya.
"Lihat sendiri!" Jawab Endra sambil menunjuk Cahaya yang masih sibuk membersihkan lantai yang dibuat kotor oleh Zeyyan tadi, sambil mengisap air matanya yang tersisa.
"Karena itu aku ragu jika menikahkan Zeyyan." Kata Riana.
"Bukan itu yang aku inginkan." Kata Endra sambil menatap istrinya, kemudian menunjuk Cahaya menyuruhnya untuk menenangkan menantunya itu.
"Iya, Pa." Kata Riana mengerti kemudian pergi menghampiri Cahaya, sedangkan Endra pergi entah kemana.
"Cahaya, kamu tidak apa-apa?" Tanya Riana lembut sambil berjalan menghampiri menantunya.
"Iya, Nyonya." Jawab Cahaya sambil tersenyum.
Kemudian mereka sama-sama duduk di kursi.
"Panggil mama." Kata Riana sambil tersenyum.
"Maaf, Ma. Saya belum terbiasa."
"Tidak apa-apa."
"Maaf, aku belum bisa melakukan seperti yang kalian harapkan." Ucap Cahaya sambil menunduk.
"Tidak apa-apa, maafkan Zeyyan ya." Kata Riana.
"Dulu dia tidak seperti itu, aku sangat rindu Zeyyan yang dulu." Kata Riana sambil menatap sendu kearah depan.
"Memang dulu dia seperti apa?" Tanya Cahaya lembut.
"Sebenarnya dia itu orang yang baik dan ramah, tapi karena sakit hati yang ia rasakan seketika berubah menjadi seperti ini." Jawab Riana sambil menatap menantunya.
"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Cahaya penasaran.
"Dulu dia dekat dengan perempuan bernama Maria, mereka saling mencintai dan Zeyyan begitu bahagia bersamanya. Lalu satu tahun lalu mereka bertunangan, tapi saat tinggal satu bulan lagi mereka menikah, Maria dikabarkan menikah dengan orang lain." Jelas Riana sambil menatap kearah depan.
"Seketika itu Zeyyan begitu kecewa dan marah, dia ngebut-ngebutan dijalan untuk melampiaskan amarahnya, tetapi dia malah mengalami kecelakaan dan mengakibatkan cidera pada kakinya. Sebenarnya dia bisa sembuh jika dirinya mau terus berobat, tapi, karena mengingat momen itu Zeyyan malas untuk berobat dan sikapnya begitu dingin dan kasar." Lanjutnya.
"Masa depannya jadi suram, aku sebagai ibunya juga tidak bisa berbuat apa-apa." Kata Riana sambil menunduk sedih.
"Kasihan dia." Kata Cahaya merasa kasihan pada Zeyyan.
"Aku mengerti dengan perasaan Mama, aku akan berusaha untuk menyembuhkan lukanya." Kata Cahaya lembut tapi serius.
"Terima kasih, kamulah harapanku satu-satunya. Semoga kamu benar-benar bisa membawa cahaya kebahagiaan untuk keluarga ini." Kata Riana sambil tersenyum.
"Aamiin." Ucap Cahaya sambil tersenyum.
"Jadi begitu kisahnya, baiklah aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku harus bisa membuatnya kembali seperti dulu, mungkin saja aku juga bisa meminta Syila untuk tinggal bersama disini agar aku bisa terus menjaganya." Kata Cahaya didalam hati.
"Bismillah, aku pasti bisa." Ucap Cahaya didalam hati menyemangati dirinya sendiri.
Bersambung.....
gak yach???
lanjut thor ceritanya
di tunggu double up nya