Lintang yang baru pulang ke kampung halamannya setelah 2 tahun merantau ke kota menjadi baby sitter merasakan kampungnya sangat mencekam. Ia melihat sosok mahluk menyeramkan saat Maghrib karena tidak percaya dengan cerita Doni bahwa kampungnya sedang terjadi teror oleh hantu Seruni.
Siapa Seruni sebenarnya, mengapa ia meneror warga kampung Sedap Malam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Malam ini di kampung Sedap Malam sejak memasuki waktu maghrib kembali mencekam, malam ini bertepatan dengan malam bulan purnama yang selalu membuat warga was-was, jangan kan untuk keluar rumah, untuk bernafas saja mereka sangat takut.
Terdengar suara aungan srigala dari arah hutan larangan yang berada di belakang kampung ini, mereka semua yang berada di dalam rumah masuk ke dalam satu kamar dan mengunci pintu rumah jendela dan memberikan irisan bawang putih yang konon dapat mengusir mahluk halus.
"Pak, ibu takut!" bisik Sumi pada suaminya yang sedang mendekap kedua anak mereka Raka dan Rido yang berusia 7 dan 5 tahun.
"Hussttt, tanang saja. Baca ayat kursi dan jangan berhenti sebelum mahluk itu pergi." Bisik Damar di telinga istrinya. Damar memeluk Sumi dan menutupi tubuh mereka berempat dengan selimut agar helaan nafas mereka tak terdengar oleh mahluk yang sedang berada di balik dinding bambu rumah mereka.
Sraaak!
Sraaakk!
Sraaakk!
Mahluk yang di yakini warga sebagai Seruni tersebut sedang mencakar-cakar bilik bambu tepat berada di belakang lemari. Tubuh mereka gemetar karena ketakutan. Takut jika kuku kuku Seruni dapat mengoyak bilik bambu mereka dan akan mencabik-cabik tubuh mereka.
Sementara di hutan larangan ada sebuah gedung yang menjulang tinggi, disana ada seseorang berpakaian serba hitam yang sedang mengelilingi api unggun yang besar, ia merapalkan mantra di bibirnya untuk membantu Seruni mendapatkan mangsanya malam ini. Pria berjubah itu mengiris telapak tangannya dengan pisau dan mengucurkan darahnya pada api unggun di depannya. Sesaat kemudian api tersebut menjadi besar. Pria itu tertawa terbahak-bahak karena pertanda jika Seruni telah menemukan mangsanya.
"Bapaaak!!!" Triak salah seorang wanita yang sedang menuju kamar mandi yang berada di belakang rumah. Wanita itu bernama Sulis, ia baru pulang dari luar negeri sebagai TKI dan baru sampai pagi tadi. Kedua orang tuanya sudah mengatakan jika tidak boleh keluar rumah jika sudah masuk waktu magrib. Tapi Sulis yang tidak diberi tahukan alasannya melanggar pantangan orang tuanya. Saat akan masuk kedalam kamar mandi, Sulis langsung bertemu dengan Seruni yang sosoknya sangat menyeramkan. Wajahnya pucat dingin, matanya bolong dan bibirnya sangat lebar hingga nyaris menyentuh telinganya. Seruni mencekik leher Sulis lalu membawanya terbang menuju ke hutan larangan.
Kedua orang tua Sulis yang sedang melakukan sholat magrib terkejut mendengar triakan Sulis, mereka berlari menuju belakang rumah dan terkejut melihat pintu belakang sudah terbuka.
"Ya Allah Sulis, pak Sulis pak!!" Triak Lasmi ibu Sulis yang limbung. Maman langsung menangkap tubuh Lasmi dan menutup pintu dapur, ia membawa Lasmi menuju kamar.
"Buk, sadar buk bangun!" Kata Maman menepuk-nepuk pipi Lasmi dan mengoleskan minyak angin pada hidungnya.
Karena Lasmi tak kunjung bangun, Maman meninggalkan Lasmi sendirian di dalam kamar. Ia ingin mencari anaknya di belakang rumah, Maman membuka pintu belakang dan melihat sendal serta ponsel Sulis tergeletak di tanah. Ia memungutnya dan menuju kamar mandi, Maman berharap jika Sulis bersembunyi di bilik kamar mandi.
Namun saat ia membuka pintu kamar mandi, Maman tak mendapati putrinya disana. Ia menangis karena Sulis sudah menjadi mangsa Seruni.
Sulis meletakkan jasad Sulis diatas meja berwarna hitam. Pria yang sedang duduk di depan api unggun mendekati Sulis dan tersenyum. Ia lalu membacakan mantra di depan jasad Sulis, lalu setelah itu menatap mahluk mengerikan di depannya.
"Nikmati santapanmu malam ini sayang." Ucap pria itu, perlahan tapi pasti, Seruni mendekati jasad Sulis dan menghisap darah Sulis melalui lehernya.
"Hisap sampai kau puas sayang, setelah ini kita akan bersenang-senang, aku sangat merindukanmu Seruni." Ucap pria tersebut membelai rambut Seruni yang gimbal.
Seorang pria tua keluar dari gedung bersama seorang wanita sebayanya.
"Siapa gadis itu?" tanya pria tua tersebut.
"Entahlah, aku belum pernah melihatnya." Jawab pria berjubah hitam tersebut.
"Nak, bersiaplah menyambut istrimu. Setelah ini biar aku yang mengurus Seruni." Ucap wanita tua itu. Pria berjubah itu tersenyum dan mengangguk lalu berlalu menuju dalam gedung tersebut.
Setelah darah dari tubuh Sulis mengering hingga tubuhnya kisut dan pucat, Seruni berubah menjadi seorang wanita cantik. Wanita tua di sebelahnya membimbing seruni untuk masuk kedalam sebuah ruangan berwarna hitam.
"Aku akan membantumu merias tubuhmu, suamimu sudah menunggu di kamar." Ucap wanita tua tersebut, Seruni hanya tersenyum menanggapi wanita itu.
Sedangkan jasad Sulis di kembalikan oleh pria tua itu ke depan rumahnya. Dengan menggunakan ilmu yang ia miliki hanya dengan sekedipan mata jasad Sulis sudah berada di depan rumahnya.
Seruni mendatangi suaminya yang sudah menunggunya di dalam kamar khusus mereka. Pria tersebut tersenyum senang melihat kedatangan Seruni, ia merentangkan tangannya menyambut tubuh Seruni.
"Aku sangat merindukanmu sayang." ucap pria tersebut dan mencium bibir Seruni, wajah seruni sudah kembali cantik seperti dulu, pria tersebut tidak ada rasa jijik dan takut sama sekali ketika mencumbui tubuh Seruni, ia sudah sangat merindukan istrinya itu. Malam ini ia kembali bercinta dengan istrinya yang sudah berbeda alam tersebut.
Di kediaman Doni malam ini Lintang tidak bisa tidur, ia terus-terusan memikirkan Doni, entah kenapa hatinya menjadi gelisah.
Lintang memutuskan untuk turun ke lantai bawah untuk menemui art Doni.
"Bik!" seru Lintang mendekati Lastri yang sedang mencuci piring.
"Ya non, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Lastri.
"Emm, boleh minta nomor telepon Doni nggak?" Tanya Lintang ragu-ragu.
Lastri tersenyum mendengar ucapan Lintang.
"Tentu boleh non, tapi Rina yang punya nomor tuan, sebentar saya panggilkan Rina ya. Rin! Rina!"
"Ada apa sih buk?" sahut Rina yang baru keluar dari kamar belakang.
"Ini, Non Lintang minta nomor nya Tuan Doni, tolong di kasih ya." Pinta bibik pada putrinya.
Rina tersenyum hambar pada Lintang.
"Mana ponselnya non, biar saya catatkan!" pinta Rina, Lintang menyerahkan ponselnya pada Rina.
Setelah mendapatkannya, Lintang kembali ke kamarnya.
"Terimakasih ya Rina, bibik. Kalo gitu saya kembali ke kamar dulu." Pamit Lintang.
Setelah Lintang menaiki tangga, Rina mendekati ibunya.
"Buk, sebenarnya siapa si Lintang itu? Kenapa Tuan Doni membiarkan Lintang untuk tidur di kamarnya? Sedangkan aku, jangankan tidur di kamarnya, mendekatinya saja tidak boleh." Ucap Rina kesal.
Lastri yang sudah selesai mencuci piring menoleh kearah anaknya.
"Ingat Rin, kita hanya orang biasa, sudah beruntung Tuan Doni mau menampung dan membiayai hidup kita selama ini. Jangan terlalu tidak tau diri dengan menginginkan menjadi nyonya disini. Jika bukan karena tuan Doni, mungkin sekarang kita menjadi gelandangan diluar sana. jangan pernah ikut campur apapun pada urusan tuan Doni jika tidak ingin akibatnya. Ibu sudah berkali-kali mengatakannya padamu bukan!" Lastri mencoba mengingat kan putrinya akan status mereka.
Rina menghela nafasnya kasar dan menghentakkan kakinya.
"Tapi Tuan Doni sudah mengambil keperawanan ku buk, tidak bisa begitu dong, dia harusnya bertanggung jawab." Umpat Rina kesal.
"Bukan dia yang mengambilnya, tapi kau yang menyerahkannya, kau yang menjebaknya kan. Kau memberikan obat perangsang pada minuman tuan Doni. Ibu sangat malu sekali dengan sifat mu yang sangat murahan itu Rina."
Mendengar jawaban Lastri, Rina semakin kesal. Ia meninggalkan Lastri dan menutup pintu kamarnya dengan kuat. Lastri hanya mengelus dadanya melihat kelakuan anaknya.