Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA
Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.
[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]
Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.
love u😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
Siang ini, sepulang sekolah, Giass mendatangi sebuah apartemen kecil yang lumayan jauh dari sekolahnya dan tentu juga jadi sangat jauh dari rumahnya.
Giass masih duduk diatas motor sportnya dan menatap gedung apartemen biasa di seberangnya.
Gedung apartemen itu hanya terdiri dari 10 lantai, dibangun dengan model apartemen lever rendah yang harganya cukup terjangkau untuk orang-orang dari kalangan menengah kebawah.
Untuk seorang Giass, pasti tidak mau tinggal di dalamnya. Kecuali dia sudah miskin.
Sayangnya, penulis tidak berniat membuatnya miskin.
Lama remaja 18 tahun itu memandangi gedung apartemen tersebut. Dia persis seperti mata-mata dengan penampilannya yang serba hitam. Untungnya dia tidak menggunakan masker dan helmnya pun dilepas. Jadi, penampilan tampannya yang terbuka tidak dicurigai.
Hari ini setelah obrolan 2 hari lalu dengan ayahnya, Giass berniat berkunjung untuk mencari tahu lebih dalam tentang sosok putri dari korban kecelakaan yang menimpa seorang sopir taksi yang menjadi alasan sang ayah merasa bersalah.
Dia ingin mencari jalan keluar untuk ayahnya. Jadi, langkah pertama adalah melihat langsung sosok itu. Agar dia bisa mengambil keputusan apa yang tepat.
Saat sedang asyik-asyiknya menunggu sambil mengamati sekitar, tiba-tiba matanya menemukan sesosok yang menarik perhatiannya.
Sosok itu adalah seorang gadis, mengenakan kemeja kotak-kotak panjang coklat yang mencapai lututnya, dengan lengan digulung hingga menjadi lengan 3/4, memakai kaos kaki kuning sepanjang betis dan sandal karet yang menutup bagian depan dengan model gembung. Sosoknya putih dan sekal hingga pipinya penuh yang bila dilihat-lihat rasanya membuat orang ingin menggigit. Rambutnya lumayan panjang ikal dan di ikat ala kadarnya.
Sosok itu sedang berjalan di trotoar depan apartemen dengan membawa beberapa kantong belanjaan sampai kedua tangannya penuh.
Tubuhnya yang mungil membuat Giass gemas dan merasa lucu. Persis seperti anak kecil yang pulang berbelanja. Tapi, itu hanya diekspresikan dari dalam hati. Dia harus tetap cool dari luar.
Tanpa sadar, matanya terus menatap sampai sosok imut itu menghilang kedalam apartemen. Setelah itu, baru dia tersadar. Otaknya pun kembali bekerja.
Mungil...
Cantik...
Terawat dengan baik... -Dalam arti keseluruhan-.
Mungkinkah...
Jika, iya... Tidak heran ayahnya sampai jatuh sakit. Anak perempuan yang di jaga dan di rawat oleh ayah yang protektif sampai menjadi seperti itu, pasti meresahkan hati bila tidak ada lagi yang menjaganya.
Kalau begini, bagaimana cara menyelesaikannya...
.
.
.
Hari kedua...
Giass kembali datang masih dengan gaya yang sama, hanya saja kali ini waktunya pagi sebab ini hari sabtu dan sekolah libur. Jadi, sebelum meluncur ke tongkrongan anak muda dia akan mampir ke sini dulu.
Kali ini dia ingin fokus pada tujuannya. Yaitu, mencari cara menyelesaikan masalah kegelisahan hati ayahnya dengan langsung fokus pada putri korban.
Selang 10 menit dari tibanya dia, sosok kemarin tengah berjalan keluar dari apartemen dengan pakaian berbeda.
Kemeja pink soft yang ujungnya diselipkan ke dalam pinggang celana kulot gantung hitamnya. Rambutnya diikat jauh lebih rapi dari kemarin dan mengenakan wedges datar yang nyaman. Secara keseluruhan, harusnya penampilan kali ini memberikan kesan dewasa, sayangnya gadis itu malah menjadi semakin imut yang sukses membuat telinga Giass memerah.
Ada keinginan untuk menggigit pipi chubby nya, terutama.
Sampai gadis itu pergi barulah Giass tersadar akan sesuatu.
Melihat kearah bus yang dinaiki gadis itu, dia bergumam. "Mau kemana dia?"
Karena penasaran, Giass memilih mengikuti kemana tujuan gadis itu.
20 menit perjalanan setelah melewati 1 pemberhentian, tiba di pemberhentian kedua barulah Giass melihat sosok mungil itu keluar dari bus. Lalu, lanjut berjalan kaki selama 5 menit sebelum tiba di sebuah cafe.
BONAFA Cafe.
Alis Giass naik melihat dimana tujuan gadis itu dan sesuatu melintas dibenaknya membuat matanya memancarkan kilat penuh makna.
.
.
.
Kring...
Lonceng di pintu masuk cafe berbunyi begitu pintu dibuka. Giass masuk seperti pelanggan pada umumnya dan langsung berjalan ke meja paling pojok dengan jendela kaca yang memberikan pemandangan depan cafe.
Salah seorang remaja yang duduk disana berseru begitu melihatnya.
"Giass! Akhirnya datang juga. Tapi, kenapa pagi sekali?" tanya seorang teman bernama Hoza.
"Dia bukan kau yang sudah seperti tunawisma." seru Boy, nama teman yang lain.
"Si*lan kau!" Hoza melempar tisu bekas kearah temannya sebagai pelampiasan kekesalan.
"Kebetulan aku ada waktu lebih awal. Jadi, aku datang." kata Giass seraya menarik kursi dan duduk.
Dengan gerakan santai dan alami, kepalanya memindai sekitar cafe mencari sosok yang tadi masuk sebelum dia sehingga tak ada yang menganggap aneh.
"Mau pesan apa? Biar ku panggilkan karyawan ku." kata Boy. Ya, cafe tersebut adalah usaha yang remaja itu bangun dalam kurun waktu 1 tahun ini.
Sesuai namanya, BONAFA Cafe. Singkatan dari Boy Natanoel Fargara.
"Kopi susu satu." pesan Giass langsung.
Boy pun memanggil salah satu pegawainya yang bertugas sebagai pelayan dan langsung menyebutkan pesanan Giass untuk segera di bawakan.
Hoza bernama lengkap Karhoza Benzy sedang mengunyah kripik kentang pesanannya yang dia pesan dalam porsi besar mengajukan pertanyaan pada Giass.
"Bagaimana kabar Paman Ginda? Apakah sudah membaik?"
"Masih perlu istirahat dirumah." jawab Giass singkat.
"Aku belum menjenguknya lagi. Daddy ku sibuk meminta ku bertanya padamu. Aneh sekali. Padahal dia bisa langsung bertanya pada Paman Ginda. Kenapa repot-repot melalui ku?!" keluh Hoza.
"Tinggal turuti saja, apa susahnya. Kau sendiri kenapa tidak menelpon atau mengirim pesan pada Giass daripada menunggunya muncul? Hmm?! Pada akhirnya, like father like son." tutur Boy lalu menggigit sandwich ditangannya.
"Ck!" decak Hoza tak bisa berkutik karena perkataan Boy benar.
"Bagaimana kalau besok aku kesana menjenguk Paman Ginda? Tidak mengganggu kan?" tanya Boy pada Giass yang sudah mendapatkan kopi susunya dan tengah meminumnya.
"Hmm... Datang saja." usai mengatakan itu, ekor matanya menangkap sosok yang dicari dalam diam.
Gadis itu berjalan turun dari lantai dua yang menjadi tempat ruang privat berada. Kini berjalan turun dan langsung berbelok mencari tempat duduk tak jauh di belakang Giass.
Untuk memastikan keberadaan gadis itu dibelakangnya tanpa diketahui siapapun, Giass berpura-pura melihat pundaknya dan memainkan jarinya disana seolah-olah ada sesuatu yang menempel di bajunya.
Ternyata gadis itu duduk menyamping dalam jarak 2 meter dibelakangnya sehingga saat dia menoleh sisi wajah imutnya terlihat.
Setelah memastikan jaraknya aman, Giass kembali bersikap biasa tapi memasang telinga baik-baik. Dia harus memastikan tidak kehilangan sosoknya karena misinya belum selesai.
Tak lama setelahnya, sosok perempuan lain muncul menyusul gadis itu.
"Qiena, maafkan aku!" perempuan berperawakan tinggi dan langsing bak model mendatangi gadis yang diawasi Giass, ternyata nama panggilannya Qiena.
Qiena menatap sedih kearah sahabatnya. "Illa, aku tahu niat baikmu, tapi ayahku baru saja pergi belum ada 1 bulan dan kau malah memperkenalkan aku pada seorang pria... Yang seperti itu?!" kalimat terakhir tak sanggup diucapkan oleh Qiena.
Gadis bernama panggilan Vailla atau Illa itu menjadi merasa bersalah.
Rasanya mau menangis. "Maafkan aku. Aku hanya takut meninggalkan mu sendiri. Kau hanya tidak tahu, dibelakang mu Paman Qio selama 2 bulan belakangan sebelum meninggal selalu bertanya padaku apakah ada pria yang menyukaimu, yang baik. Saat itu aku tidak banyak berpikir, tapi setelah Paman Qio pergi aku baru menyadari kalau yang dia lakukan adalah hanya ingin memastikan kau memiliki teman sebelum dia tiada. Tapi, siapa sangka beliau tiada lebih dulu sebelum kau bertemu jodohmu. Aku 'kan jadi merasa bersalah karena tidak menganggap serius pertanyaan Paman. Karena itu, beberapa waktu ini aku ingin menebusnya." suaranya mengecil diakhir. "Meskipun aku gagal menemukan yang tepat untukmu..."
Kedua gadis itu saling berbincang sementara 3 remaja di sisi lain gagal fokus.
Dimulai dari Hoza. "Oh, oh. Itu... Bukankah itu Vailla Georgea... Bintang iklan yang lagi naik daun itu?" tunjuknya pada Vailla yang belum selesai menampilkan ekspresi bersalahnya.
Mulut Hoza menganga melihatnya. "Wah. Ternyata dilihat secara langsung cantik sekali. Benar-benar menyegarkan mata. Ckckck..."
"Hah?! Iya. Ya ampun, hebatnya aku. Cafe ku dikunjungi seorang artis." kini giliran Boy yang berseru.
Sementara Giass memiliki jalan pikiran yang berbeda. Dia mengernyit sebelum mengajukan pertanyaan yang menganggu pikirannya. "Berapa usianya?"
Sebenarnya, Giass tidak bertanya tentang Illa pada keduanya.
Kedua sahabatnya malah menjawab serempak tanpa pikir panjang sebab fokus mereka ada pada Vailla, jadi mereka pikir yang dimaksud adalah usia Vailla.
"25 tahun."
"Astaga, cantiknya..." gumam Hoza memuji tanpa ampun.
Boy mengangguk mengiyakan. "Kau benar. Haruskah kita mencegatnya pergi untuk mengambil gambar?"
Keduanya pun saling memandang sebelum mengangguk sepakat. Keduanya benar-benar mengabaikan kelainan Giass yang batinnya sibuk.
"Perempuan tinggi itu cocok untuk usia 25 tahun, karena parasnya pun dewasa. Tapi, gadis itu... Apakah dia juga seumuran? Sedari tadi mereka mengobrol dengan lancar, seperti mengobrol dengan teman sebaya... Kalau begitu, jika gadis itu juga berusaha 25 tahun. Maka, dia 7 tahun lebih tua dariku!"
Jantung Giass berdetak dengan gila-gilaan saat ini kala mengetahui fakta itu.
.
.
.
.
.
.
.
ditunggu up lagi yah thor