Tian Guo, ahli bela diri terkuat di Daratan Zhuyun yang dihormati sebagai pemimpin Istana Surgawi, menghadapi penderitaan terbesar dalam hidupnya ketika kekasihnya, Xie Mei, dan Ketua Sekte Naga Suci mengkhianatinya saat dia berusaha naik ke Alam Immortal. Dihancurkan oleh pengkhianatan yang tak terduga, Tian Guo hampir lenyap dalam petir kesengsaraan.
Namun, takdir berkehendak lain. Seratus tahun kemudian, jiwa Tian Guo reinkarnasi ke dalam tubuh seorang bocah bernama Tang Wuying. Dengan kesempatan kedua ini dari surga, Tian Guo bersumpah untuk membalaskan dendamnya. Memanfaatkan pengetahuan dan kekuatannya yang luar biasa, dia kembali menapaki jalan bela diri yang terjal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van_Liev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4 - Penentangan Tetua
Tang Wuying baru saja bangun setelah latihan yang melelahkan. Dia merasakan tubuhnya lebih kuat dan energik, berkat Pil Pemulihan Qi Murni yang diberikan oleh ayahnya. Saat dia meregangkan tubuh, pelayan masuk membawa nampan berisi makanan.
Pelayan itu meletakkan nampan di meja samping tempat tidur dengan gerakan hati-hati. Namun, Wuying memperhatikan bahwa wajah pelayan tersebut tampak ragu dan cemas, seakan-akan ada sesuatu yang ingin dia katakan tetapi takut untuk melakukannya.
"Katakan saja. Apa yang ingin kamu sampaikan?" kata Tang Wuying dengan suara tenang namun tegas.
Pelayan itu menunduk hormat sebelum akhirnya berbicara.
"Tuan Muda, saya tidak tahu apakah ini akan membantu, tapi saya mendengar Kepala Keluarga sedang di protes oleh para tetua keluarga. Mereka tidak setuju dengan keputusan beliau memberikan Pil Pemulihan Qi Murni kepada Anda."
Mendengar itu, Tang Wuying merasakan gejolak amarah yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Amarah itu tidak hanya datang dari dirinya sendiri, tetapi juga dari ikatan batin Tang Wuying yang asli. Tian Guo menyadari bahwa meskipun dia telah menggantikan jiwa Wuying, perasaan dan kenangan asli Wuying masih ada dalam dirinya.
"Para tetua itu berani mempertanyakan keputusan Ayah?" gumam Tang Wuying, dengan nada amarah yang jelas. "Seharusnya mereka mendukung pemulihanku, bukan malah mempersoalkan keputusan yang diambil untuk kebaikan keluarga."
Dia menatap pelayan itu dengan mata yang tajam. "Kamu boleh keluar sekarang. Terima kasih atas informasinya."
Pelayan itu membungkuk dan segera keluar dari ruangan. Tang Wuying berdiri, mengenakan pakaiannya dengan cepat. Dia tidak bisa membiarkan ayahnya menghadapi para tetua sendirian. Setelah memastikan penampilannya rapi, dia menuju aula pertemuan dengan langkah cepat.
Saat dia mendekati aula, dia bisa mendengar suara protes dari dalam ruangan. Para tetua keluarga sedang berbicara dengan suara keras, menuntut penjelasan dari Kepala Keluarga.
"Tuan Besar, memberikan Pil Pemulihan Qi Murni kepada Tang Wuying adalah keputusan yang sangat tidak bijaksana!" teriak salah satu tetua. "Pil itu sangat berharga dan seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih penting."
Kepala Keluarga Tang, dengan wajah tenang namun tegas, menanggapi, "Wuying adalah putraku dan penerus keluarga ini. Sudah sewajarnya aku melakukan segala cara untuk memastikan dia pulih demi masa depan keluarga Tang."
Seorang tetua lainnya berdiri, wajahnya memerah oleh amarah. "Tapi Wuying tidak memiliki bakat dalam bela diri! Memberikan pil seberharga itu kepadanya hanya sia-sia. Keluarga ini membutuhkan penerus yang kompeten, bukan seseorang yang tidak berguna!"
"Tuan Besar, dengan segala hormat, saya setuju dengan para tetua," kata seorang pria yang berdiri di sisi ruangan. Dia adalah Paman Tang Wuying, Tang Zheng. "Keluarga ini membutuhkan penerus yang kompeten. Putramu, Wuying, sudah membuktikan berkali-kali bahwa dia tidak mampu. Mungkin sudah saatnya kita mempertimbangkan orang lain."
Tang Zheng kemudian melanjutkan dengan nada sombong, "Anakku, Tang Wei, telah menunjukkan bakat luar biasa dalam bela diri. Dia adalah pilihan yang lebih baik untuk menjadi penerus keluarga Tang."
Kepala Keluarga Tang menatap saudaranya dengan tatapan dingin. "Zheng, aku menghargai pendapatmu, tetapi Wuying adalah putraku dan dia akan menjadi penerus keluarga ini. Aku percaya pada potensinya, dan aku yakin dia akan membuktikan dirinya."
Tang Zheng tertawa kecil, mengejek. "Potensi? Semua orang di sini tahu bahwa Wuying tidak memiliki kemampuan dalam bela diri. Kamu hanya membuang-buang waktu dan sumber daya keluarga ini."
Pada saat itu, Tang Wuying memutuskan untuk masuk ke dalam aula. Dia membuka pintu dengan tegas, menarik perhatian semua orang di dalam ruangan. Mereka semua terkejut melihatnya, terutama melihat penampilannya yang lebih sehat.
"Apa yang kalian semua pikirkan, memprotes keputusan Ayahku seperti ini?" Tang Wuying berkata dengan suara penuh wibawa. "Pil itu diberikan untuk memulihkanku, dan sekarang aku berdiri di sini, lebih kuat daripada sebelumnya. Apakah itu bukan bukti bahwa keputusan Ayahku benar?"
Para tetua saling berpandangan, tidak menyangka akan tanggapan langsung dari Tang Wuying. Tang Zheng, dengan senyum sinis, maju ke depan.
"Oh, lihat siapa yang akhirnya bangun. Wuying, kamu mungkin terlihat sedikit lebih baik, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa kamu tidak memiliki bakat dalam bela diri. Kamu tidak layak menjadi penerus keluarga Tang."
Tang Wuying menatap pamannya dengan tajam. "Paman Zheng, saya menghormati pendapat Anda, tetapi saya akan membuktikan bahwa saya layak menjadi penerus keluarga ini. Bukan hanya karena saya putra Kepala Keluarga, tetapi karena saya memiliki tekad dan kemampuan untuk membawa keluarga Tang ke masa depan yang lebih baik."
Tang Zheng tertawa sinis. "Kita akan lihat, Wuying. Tapi ingat, ini bukan tentang kata-kata, ini tentang tindakan. Dan sejauh ini, kamu belum membuktikan apa-apa."
Kepala Keluarga Tang, yang mendengarkan dengan seksama, kemudian berkata dengan tegas, "Sudah cukup. Wuying akan memiliki kesempatan untuk membuktikan dirinya. Dan sebagai ayahnya, aku akan mendukungnya sepenuhnya. Keluarga Tang akan melihat siapa yang benar-benar layak menjadi penerus."
Dengan itu, pertemuan berakhir dengan suasana tegang. Saat para tetua satu per satu meninggalkan ruangan, Tang Jinhai menghampiri putranya dengan langkah mantap.
"Wuying," panggil Tang Jinhai dengan suara lembut namun berwibawa. "Ikuti aku, kita perlu bicara."
Tang Wuying mengangguk dan mengikuti ayahnya keluar dari aula pertemuan menuju taman keluarga yang lebih tenang. Setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar, Tang Jinhai berhenti dan berbalik menghadap putranya.
"Pertama-tama, aku bangga padamu karena berdiri tegak di depan para tetua tadi," kata Tang Jinhai. "Kamu menunjukkan keberanian dan tekad yang besar."
"Terima kasih, Ayah," jawab Tang Wuying dengan tulus. "Tapi saya tahu ini baru awal. Saya harus membuktikan diri saya lebih jauh."
Tang Jinhai mengangguk setuju. "Benar. Dan karena itu, ada hal yang perlu kamu ketahui." Dia berhenti sejenak, menatap dalam-dalam mata putranya.
"Berhati-hatilah dengan Pamanmu, Tang Zheng," lanjut Tang Jinhai. "Dia tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang diinginkannya, yaitu menjadikan anaknya penerus keluarga Tang. Dia licik dan tidak akan ragu menggunakan cara-cara yang tidak adil untuk mencapai tujuannya."
"Terima kasih atas peringatannya, Ayah. Saya akan berhati-hati. Saya tidak akan membiarkan siapapun menghalangi jalan saya."
Tang Jinhai menepuk bahu putranya dengan penuh kebanggaan. "Ingatlah, Wuying, kekuatan sejati tidak hanya datang dari kemampuan bela diri, tetapi juga dari hati yang teguh dan tekad yang kuat. Aku percaya padamu, dan aku yakin kamu bisa melakukannya."
"Saya akan mengingatnya, Ayah."