NovelToon NovelToon
Love Of The Gonzalu Beach

Love Of The Gonzalu Beach

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Filychia Lala

Liburan yang Gina nanti-nantikan untuk mengunjungi salah satu kota indah di ujung Timur Indonesia yakni Larantuka NTT membuat dia bertemu dengan dua orang pria yang sama-sama baru saja dia kenal, Randy yang di atur oleh calon kakak iparnya (Rully) untuk menggantikan Rully dan Gina untuk pergi liburan bersama Gina. Sedangkan Ega yang karena keisengan Randy pada Gina, dia mendahului Gina berjalan dan akhirnya wanita itu tertinggal lumayan jauh di belakangnya, kejadian naas tiba-tiba menimpanya, secara tidak sengaja Ega menabrak Gina saat pertama kalinya menginjakkan kaki di kota budaya Larantuka.
Cerita tentang mereka pun akhirnya dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Filychia Lala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamunan mematikan

Beberapa menit kemudian Randy keluar dari kamar mandi, dia hanya menggunakan celana jeans dan bertelanjang dada sambil mengibas-ngibas rambutnya yang masih basah dengan handuk.

“Gina?” Randy heran dengan ekspresi Gina yang termangu tanpa berkedip sedikitpun bahkan sampai Randy mengayunkan tangannya di depan wajah Gina.

“Gina? Kamu kenapa? Kenapa menatap aku seperti itu?” Dengan terpaksa Randy menyentuh pundak Gina untuk membuatnya sadar.

“Ah?? Ah tidak, tidak kenapa-kenapa.” Gina menggelengkan kepalanya pertanda dia telah sadar dari lamunannya. “Aku hanya ingin menatap wajahmu saja.” Jawab Gina spontan.

Gina menjadi sadar dengan perkataannya barusan, akhirnya wajah cantiknya itu berubah menjadi semu merah pertanda dia sedang menutupi rasa malunya pada Randy.

“Aduhh, bodoh! Bodoh! Gina kenapa sih kamu bodoh benget? Bisa-bisanya menatap Randy seperti itu? Ini mulut juga kenapa ceplas-ceplos gitu?! Tapi emang sih, entah kenapa aku tidak dapat memutus tatapanku dari Randy.” Gina merutuku dirinya sendiri dalam hati.

“Gina? Udah siap? Barang-barangnya sudah beres, ayo turun! Taksinya sudah menunggu di bawah.” Kata Randy yang ternyata sudah selesai memuat semua barang-barang mereka ke dalam taksi sedangkan Gina masih saja terus melamun, entah apa yang sedang dia pikirkan.

“Hah?” Gina kaget sekaligus binggung mencerna kata-kata Randy barusan. “Kamu sudah siap yah? Aku ambil barang-barangku dulu.” Kata Gina setelah sadar dan bangkit dari duduknya.

“Udah Gin, kamu tidak perlu ke kamarmu lagi, semuanya sudah aku muat ke dalam taksi. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah jangan terlalu banyak mengkhayal dan sebaiknya segera turun karena sekarang sudah pukul 10.15. Taksinya sudah menunggu sejak tadi.” Jelas Randy.

“Hemm… maaf.” Hanya itu yang dapat dikatakan oleh Gina kemudian melangkahkan kaki keluar dari kamar itu menuju ke tempat dimana mobil taksi terparkir. Gina terus merutuki dirinya yang entah kenapa bisa mengalami kejadian seperti tadi.

“Gin, sebenarnya kamu ini kenapa sih? Aneh banget dari tadi deh.” Randy memecah keheningan yang sedari tadi karena lagi-lagi Gina melamun saja.

“Tidak ada apa-apa, maaf!” Jawab Gina.

“Yah sudah kalau tidak ada apa-apa, tapi kalau ada apa-apa, aku harap kamu mau berbagi cerita denganku.” Kata Randy berusaha percaya dengan perkataan Gina.

“Heemmm… Randy, kamu tidak tahu saja apa penyebab aku seperti tadi, aku juga bingung dengan diriku sendiri.” Kata Gina dalam hati.

“Tuh kan lagi-lagi menghayal, Gina jujur deh kamu kenapa? Terus kenapa kamu selalu saja menatap wajahku seperti itu? Aku jadi takut loh Gin.” Kata Randy yang menyadari kalau lagi-lagi Gina menatap wajahnya.

“Apaan sih?!” Gina jadi malu kedapatan menatap wajah Randy. Dia memalingkan wajahnya dari Randy kemudian menatap keluar jendela mobil, melihat pemandangan di luar yang mereka lewati.

Dua puluh menit perjalanan dari apartemen Ega menuju ke penginapan yang telah mereka booking sebelumnya.

“Mba, reservasi atas nama Randy Lucas.” Randy menunjukkan bukti reservasi kepada petugas resepsionis.

“Baik, saya cek dulu yah!” Kata petugas. “Reservasinya sudah sejak seminggu yang lalu yah kak?” Tanya petugas itu setelah melakukan pengecekan.

“Iya.” Jawab Randy singkat.

“Sebelumnya tuan telah reservasi dua kamar yah?” Tanya petugas itu lagi.

“Iya.” Jawab Randy lagi dengan singkat, sementara Gina diam saja, dia merasa canggung untuk berbicara apalagi mengingat kejadian tadi.

“Tuan, kami minta maaf, untuk saat ini yang tersisa hanya satu kamar saja.” Kata petugas.

“Kok bisa?” Tiba-tiba Gina bersuara dengan nada marah.

“Maaf tuan, sebelumnya kami pikir bahwa tuan dan nona tidak jadi menggunakan hotel kami karena sudah seminggu tidak ada kabar, kami pun berusaha menghubungi tapi nomornya tidak aktif, jadi kami memutuskan untuk menerima konsumen yang lain. Sekali lagi mohon maaf!” jelas petugas.

“Nomorku tidak aktif? Yang benar saja, aktif kok.” Kata Randy mulai jengkel.

“Maaf tuan!” sang petugas resepsionis merasa tidak enak hati menghadapi Randy dan Gina.

“Kamu menghubungi nomor yang mana? Kok bisa nomorku tidak bisa dihubungi?!” Bentak Randy.

“Ini tuan, nomor yang tertera di reservasi.” Petugas menunjukkan bukti reservasi yang dia print.

“What?? Ini kan nomornya Rully, ini semua pastti dia yang rencanakan.” Kata Randy dalam hati setelah melihat nomor yang tertera di kertas itu. “Iii-iya, itu nomor saya.” Randy terbata, dia tidak mau Gina mengetahui hal itu, apalagi ekspresi Gina yang sudah tidak bersahabat.

“Jadi bagaimana tuan?” Petugas resepsionis menanyakan kepastian mereka.

“Kalau kami membatalkan, apakah uang bookingan kami bisa kembali?” respon Gina yang masi saja perhitungan, memikirkan untung dan rugi, paling tidak kalau mereka pindah ke tempat lain, masih dapat pengembalian sedikit.

“Maaf non, tidak bisa. Mohon pengertiannya, karena bukan kami yang membatalkan bookingan tuan dan nona, tapi tuan dan nona sendiri yang tidak mengabari kami.” Jelas petugas itu.

“Tapi kan….” Gina masih berusaha untuk membantah.

“Baiklah, kami ambil yang satu kamar itu.” Potong Randy. “Ayo antar kami ke kamar!” Ajak Randy pada petugas.

“Tapi Rand, aku tidak mau sekamar dengan kamu, tidak mungkin juga kan kita tidur seranjang?! Kamu bukan pacarku apalagi suamiku.” Gina mengejar Randy dan petugas itu yang mulai berjalan menuju ke kamar.

“Tenang aja Gin, aku janji nggak bakalan ngapa-ngapain kamu kok. Jangan pikirin yang aneh-aneh yah!” Balas Randy berbisik.

“Tuan, nona, ini kamarnya. Silahkan!” petugas membukakan pintu kamar mempersilahkan Randy dan Gina untuk masuk.

“Makasi yah!” Kata Randy.

“Jika membutuhkan sesuatu, silahkan hubungi saya atau datang ke meja resepsionis! Saya permisi dulu.” Petugas berpamitan dengan Randy dan Gina.

Setelah selesai mengatur barang-barang bawaan mereka di dalam kamar, mereka memilih meihat-lihat pemandangan di luar penginapan mereka terlebih dahulu sampai waktu jam makan siang, setelahnya Randy dan Gina menuju ke resto penginapan untuk menikmati makan siang.

Selesai makan Gina dan Randy kembali ke kamar mereka. Gina masih saja sibuk dengan handphone milik nya, entah berbalasan chat dengan siapa sedangkan Randy yang merasa capek lebih memilih membaringkan dirinya sampai tertidur di ranjang miliknya, kebetulan kamar mereka ada dua ranjang atau disebut twin room.

Menjelang jam lima sore, sesuai dengan isi surat yang ditinggalkan oleh Ega di kamar Gina pagi tadi, Gina segera bersiap dan menuju ke tempat yang disebutkan oleh Ega dalam surat itu.

“Selamat sore nona.” Petugas resepsionis yang tadi menyapah Gina saat lewat di depan meja nya di dekat pintu keluar penginapan.

“Eh, sore.” Gina kaget melihat keberadaan petugas itu.

“Mau ke mana non? Kok tidak bareng sama temannya?” Tanya petugas itu basah-basih.

“Dia lagi tiduran di kamar, aku tidak mau mengganggu tidurnya.” Jawab Gina singkat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!