NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Naomi menghela napas lega ketika tiba di Cafe tepat waktu. Ia membuka hoodie merahnya lalu menaruhnya di loker bersama tasnya. Setelah selesai berganti baju. Ia bergegas menghampiri Riski yang akan memandunya. Hanya Riski yang dikenal Naomi.

"Kamu makan siang dulu." Naomi merasa konyol ketika Riski mengatakan itu. Disini ia ingin bekerja tapi pria itu menyuruhnya makan.

"Disini ada fasilitas makan siang dan malam untuk pegawai."

"Iya Kak."

"Kamu makan dulu, nanti kalau sudah selesai kembali lagi ke saya."

Naomi   tersenyum sumringah, itu artinya ia tidak perlu menahan lapar lagi sekarang. Rasanya seperti mimpi, kenapa tidak dari dulu saja ia menemukan cafe ini. Pantas saja cafe milik Yudistira selalu ramai, pemimpin mereka sangatlah baik hati terhadap karyawan.

Naomi bergegas mengambil piring untuk menaruh lauk pauk dan nasi. Makanan yang disajikan tidak buruk untuk standar karyawan. Bahkan lebih baik dari pada makanan yang harus ia makan dari ibunya setiap malam. Naomi

merasa diperlakukan seperti manusia disini. Jika di rumah ia lebih miripseperti seekor kucing yang diberi makanan sisa. Bahkan kucing tetangganya lebih baik kehidupannya dibanding dirinya.

Selesai makan, Naomi pergi ke dapur. Ia mendapat bagian membuat menu nasi goreng. Beruntung bumbu sudah dibuat ia hanya tinggal menggoreng saja. Cafe sangat ramai dan pesanan seperti tidak ada habisnya. Naomi berusaha bekerja sebaik mungkin. Ini pengalaman pertamanya kerja. Tidak ada satupun pegawai yang merasa di rugikan olehnya. Naomi senang, karena ia sudah memikirkan kemungkinan buruk jika ada pegawai yang tidak

menyukainya karena dia masih kecil.

"Naomi di panggil bos ke kantor." Naomi mengangguk, ia bergegas ke kantor Yudistira. Ia telah menyelesaikan tugasnya.

Pintu besar itu Naomi ketuk berulangkali. Ia tidak ingin langsung masuk tanpa izin sang pemilik. Mendengar perintah masuk dari dalam barulah Naomi masuk. Ia mengepalkan erat tangannya. Jujur ia tidak tahu untuk apa Yudistira memanggilnya kesini.

Naomi dengan ragu duduk di kursi dekat meja kerja Yudistira. Pria itu seakan sedang sibuk membaca beberapa laporan. Naomi menggigit bibir bawahnya sambil berpikir, untuk apa dia kesini jika tidak dianggap.

"Tunggu sebentar." Naomi mengangguk, diam-diam ia menatap wajah pria di depannya. Bosnya memiliki wajah yang tampan. Mengingat itu Naomi langsung memalingkan wajah. Ia tidak boleh berpikir seperti itu.

Yudistira menutup beberapa proposal tawaran kerja sama dengan cafenya. Ia juga sering menyewakan cafe untuk gathering atau acara-acara lain.

Hari ini banyak sekali permintaan acara tersebut. Cafe ini memiliki ruangan privat yang memang khusus digunakan untuk acara seperti itu. Tujuan utamanya adalah untuk menambah penghasilan.

"Gajimu hari ini." Yudistira menyerahkan sebuah amplop pada Naomi.

Tangan Naomi bergetar menerimanya. Ia tidak menyangka jika akan mendapatkan uang lagi. Hari

ini keberuntungannya. Sudah lama sekali ia tidak sesenang ini. "Aku akan membayarmu setiap kamu datang ke cafe ini. Biasanya aku membayar bulanan. Tapi khusus kamu, aku membayar harian," Yudistira seolah menebak apa yang Naomi pikirkan karena heran mendapatkan gaji.

"Baik pak."

"Jika kamu kesulitan menyimpan uangmu kamu bisa membuat tabungan atau menitip padaku." Tawar

Yudistira. Ia merasa kehidupan Naomi berbeda dengannya. Gadis itu memiliki sebuah masalah yang tentu saja rumit. Kemarin wajah gadis itu pucat seperti kelaparan sekarang gadis itu nampak segar dan cantik.

"Baik pak bos, terimakasih atas bantuannya."

"Ada lagi yang ingin aku berikan." Yudistira mengambil sebuah ponsel lalu memberikannya pada Naomi.

"Pak bos, maksudnya

ini?" Naomi terkejut ketika Yudistira memberikannya ponsel. Benda yang sangat Naomi idamkan. Karena tanpa benda itu, ia sering diejek di sekolah. Dibilang manusia primitif yang sulit dihubungi.

"Aku pinjamkan untuk mu.

Selama kamu kerja di tempatku kamu bisa memilikinya. Tentu saja itu agar aku bisa menghubungimu dengan mudah." Naomi senang bukan main bosnya begitu baik meminjamkannya ponsel.

Awalnya Yudistira ingin memberikan ponsel tersebut cuma-cuma. Namun ia takut Naomi menolak. Ia tahu tipe wanita seperti Naomi ia pasti akan menolak pemberian barang mahal dari seseorang.

"Terimakasih banyak pak."

"Kalau kamu ingin memilikinya. Kamu bisa menyicil dengan memotong sepuluh persen gajimu setiap harinya." Naomi berpikir sejenak, ia rasa tidak masalah. Sepuluh persen tidaklah besar. Lebih baik gajinya di potong untuk mendapatkan barang berguna ini dari pada ia gunakan untuk bersenang-senang.

"Setuju pak bos." Yudistira tersenyum melihat betapa antusiasnya Naomi. Jika seperti ini Naomi terlihat seperti anak kecil tapi ketika di dapur dia lebih terlihat seperti orang dewasa.

"Kalau begitu kamu bisa pulang. Ambil beberapa makanan untuk kamu bawa pulang." Ujar Yudistira. Entah kenapa ia tidak ingin gadis itu kelaparan.

Naomi mengangguk patuh. Ia segera pergi keluar ruangan bersiap untuk pulang. Ia menepuk pipinya

berulang kali untuk membuktikan jika ia tidak bermimpi. Ini nyata benar-benar nyata. Malam ini ia bisa tidur nyenyak.

***

Naomi berlari tergesa-gesa menuju rumah. Ia yakin ibunya akan memarahinya karena pulang terlambat. Tanpa mengetuk pintu Naomi masuk. Benar saja Casandra dan Sisca menunggunya di ruang tamu. Mereka menatap Naomi tajam.

"Darimana saja kamu?"

"Les tambahan."

"Buatapa ikut les tambahan, jika pada akhirnya kamu tidak bisa lanjut SMA." Naomi mengepalkan tangannya menahan amarah. Andai saja mereka bukan keluarga sudah Naomi hajar habis-habisan.

"Nilaimuakan sia-sia. Lebih baik kamu mencari pekerjaan saja membantu mama mencari uang untuk membiayai kakakmu kuliah." Naomi tersenyum miris mendengar perkataan ibunya. Dia masih kecil tapi kenapa harus dia yang

membantu ibunya membiayai kuliah Casandra. Ia juga ingin sekolah bukan hanya kakaknya. Ia tidak ingin putus sekolah dan menjadi budak untuk Casandra. Ibunya sungguh tidak adil. Kenapa ia harus diperlakukan kejam seperti ini? Bahkan usianya masih belum genap 15 tahun.

"Bener banget ma. Lagian sekolah itu cuma ngabisin uang. Lo itu cuma anak pembawa sial. Percuma aja sekolah pasti masa depannya juga suram." Perkataan Casandra membuat Naomi kesal. Selalu itu yang diungkit, bagi

mereka berdua dia hanyalah anak pembawa sial sedangkan Casandra adalah anak pembawa keberuntungan.

"Jangan bengong aja mending kebelakang cucian menumpuk. Untuk malam ini kamu nggak usah masak. Kami mau makan malam di luar." Ketika ia tidak mendapat jatah masak itu artinya ia juga tidak mendapatkan jatah makan. Dulu ia selalu suka memasak itu artinya ia akan makan. Jika Naomi dan Cassandra jajan diluar itu artinya ia harus menahan lapar di kamar atau Naomi hanya makan nasi putih dan kecap kalau ada bawang baru ia akan

membuat nasi goreng. Sekarang berbeda, ia memiliki makanan sendiri. Ia sangat berterimakasih pada Yudistira telah merubah hidupnya yang suram ini.

Kemudian Cassandra dan Sisca keluar dari rumah untuk bersenang-senang. Naomi tidak peduli, ia bergegas ke kamar dan menguncinya. Setidaknya ia bisa sedikit lebih santai ketika mereka berdua keluar untuk bersenang-senang. Kabar baiknya ia tidak perlu memasak dan mencuci piring kotor. Tugasnya berkurang sedikit.

Naomi berbaring di kasur, ia mengambil ponsel dalam tasnya. Terlihat sebuah pesan masuk dari nomer tak dikenal. Naomi membacanya, tanpa sadar senyumnya mengembang. Nama Yudistira tertera disana.

Yudistira

Simpan nomerku...

Naomi

Siap pak bos..

Setelah membalas pesan itu. Ia membuka amplop yang diberikan Yudistira. Matanya terbelalak melihat uang sebesar seratus lima puluh ribu rupiah.  Menurutnya itu sangat besar untuk kerja paruh waktu. Jika dikali 30 hari

ia bisa mendapatkan 4,5 juta. Apakah Yudistira tidak salah  memberikannya amplop? Naomi curiga jika bosnya memang sengaja memberikangaji segitu. Karena setahunya gaji karyawan lain sebulan standarnya tiga juta rupiah. Sudahlah, anggap saja ini sebuah keberuntungan untuknya. Naomi menyimpan seratus ribu di dalam celengannya. Sisanya ia bawa untuk berjaga-jaga. Tidak lupa Naomi mengambil korek api di sakunya lalu menyalakannya. "Terimakasih untuk hari ini. Semoga kedepannya akan

lebih baik"

Kemudian Naomi bergegas mencuci baju, lalu ia akan mandi dan makan. Ia sudah tidak sabar makan makanan yang tadi sudah ia bungkus. Sepetinya besok ia harus membawa kotak makan agar lebih mudah mengemas makanannya. Sambil bersenandung Naomi berjalan ke kamar mandi. Ia bahagia hari ini. Hidupnya pasti akan berubah lebih baik.

***

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!