NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Tertidur

Lily urung ke toilet. Tentu saja, karena di jam belajar seperti sekarang, toilet bakalan penuh oleh para siswa yang berbohong dan ngumpet di sana.

Untuk pergi ke kantin pun jelas tidak mungkin. Lily tak punya cukup uang meskipun untuk sekedar membeli minuman.

Menu yang disajikan di kantin sekolah Lily memang bukan menu ecek-ecek. Semua disesuaikan dengan selera para siswa yang rata-rata berkantong tebal.

Jadi untuk siswa seperti Lily, mustahil rasanya untuk bisa kongkow di sana.

Kemana ya? Pikir Lily sambil menyusuri lorong-lorong depan kelas.

Lorong yang dulu saat awal masuk sekolah, begitu mempesona Lily. Sekarang lorong itu terasa seperti lorong yang menyakitkan.

Lily berjalan ke bagian belakang gedung. Di sana ada rumah tinggal penjaga sekolah.

Lily mengenal salah satu di antaranya.

Pak Slamet si penjaga sekolah yang baik hati. Memiliki seorang istri yang juga sangat baik.

"Met siang, Bu," sapa Lily pada bu Slamet.

"Eh, neng Lily. Ada apa, Neng?" tanya bu Slamet dengan heran.

"Enggak ada apa-apa, Bu. Saya cuma mau numpang tidur aja. Ngantuk banget," jawab Lily jujur.

"Loh, kok ngantuk? Ini kan masih jam belajar?" Bu Slamet semakin heran.

"Iya, Bu. Tapi saya ngantuk banget. Semalam membantu pekerjaan ibu saya di rumah," sahut Lily.

Bu Slamet sudah tahu kisah kehidupan Lily yang mengenaskan.

Lily dan ibunya ditinggal pergi oleh bapaknya. Dan mereka tak lagi dinafkahi selama hampir dua tahun.

"Tapi, Neng...Kalau ketahuan neng Lily ada di sini gimana?"

Bu Slamet terlihat risau. Karena kalau sampai ketahuan, bukan cuma Lily yang bakal kena hukuman, tapi dia dan suaminya juga akan ditegur oleh pihak sekolah. Karena dianggap memfasilitasi siswa membolos.

"Enggak akan ketahuan, Bu. Lagian siapa yang mau main sampai ke sini. Mereka kan orang-orang kaya. Mainnya di kantin yang super mahal itu," sahut Lily.

"Iya, sih. Neng Lily sudah makan?" tanya bu Slamet. Dia tahu kalau uang saku Lily sangat tipis.

"Udah, Bu. Tadi bawa makan dari rumah," jawab Lily berbohong.

Lily tak mau merepotkan. Dia juga tahu kalau penghasilan pak Slamet sebagai penjaga sekolah, tidak banyak. Jangan sampai dia menambah beban mereka.

"Oh, ya udah. Kirain belum makan. Kebetulan tadi Ibu masak sayur asem sama goreng ikan asin kesukaan pak Slamet," ucap bu Slamet.

Glek!

Lily menelan ludahnya. Membayangkan segarnya sayur asem dengan goreng ikan asin. Apalagi kalau ditambah sambal terasi yang pedas.

Tapi sayangnya Lily sudah terlanjur berbohong.

Lily menghela nafasnya dalam-dalam.

Belum rejekiku. Batin Lily.

"Mari masuk, Neng. Tapi tempatnya kotor," ucap bu Slamet mempersilakan.

"Terima kasih, Bu. Sama aja, di rumah kontrakan ibu saya juga seperti ini. Sempit," sahut Lily.

Lily jadi ingat saat bapaknya masih menafkahi mereka. Ibunya mengontrak rumah yang bersih. Meski bukan rumah yang besar apalagi mewah. Tapi setidaknya ada kamar khusus buatnya.

"Saya tiduran di sini aja, Bu."

Lily menunjuk sebuah bale-bale bambu yang sudah reyot.

Kamar di rumah tinggal itu hanya ada satu. Ditempati suami istri yang baik hati itu. Tak mungkin Lily tidur di sana.

"Ya silakan, Neng. Tapi hati-hati, ya. Bale-balenya udah lapuk. Takutnya neng Lily malah jatuh," jelas bu Slamet.

"Iya, Bu. Saya juga tidurnya enggak banyak gerak kok," sahut Lily.

Lily pun segera merebahkan tubuh kecilnya di sana. Tanpa alas. Hanya ada sarung kumal yang jadi bantalan kepala.

Agak bau memang. Mungkin karena tak pernah dicuci. Tapi bagi Lily tak apalah. Daripada kepalanya sakit kalau langsung kena bambunya.

Bu Slamet duduk di sebuah kursi plastik yang ditumpuk dua karena yang satunya sudah pecah.

"Bagaimana kabar ibu neng Lily?" tanya bu Slamet.

"Ibu sehat. Beliau baik-baik saja," jawab Lily berbohong lagi.

Lily tak mau kalau bu Slamet jadi ikut khawatir kalau Lily bilang sakit ibunya semakin parah.

"Syukurlah. Masih kerja kan, Neng?" tanya bu Slamet lagi.

Lily mengangguk pelan sambil membalikan badan menghadap ke samping.

Terdengar bunyi berderik dari bambu yang memang sudah rapuh.

"Hati-hati, Neng," ucap bu Slamet khawatir.

"Iya, Bu. Maaf." Lily lupa kalau bale-bale ini bergoyang saat dirinya bergerak.

"Bapak kamu belum ada kabarnya juga?" tanya bu Slamet prihatin.

Lily menggeleng lemah.

Yudi, bapaknya Lily pergi ke luar negeri sebagai TKI lima tahun yang lalu. Katanya dia ada di negeri sakura, Jepang.

Di awal kepergiannya, Yudi selalu mengirimkan sebagian gajinya untuk hidup istri dan anaknya.

Kehidupan keluarga kecilnya pun mulai membaik. Gendis, ibunya Lily pandai mengatur keuangan. Dia benar-benar memanfaatkan uang kiriman suaminya sebaik mungkin.

Hingga sampai Lily lulus sekolah dasar dan bisa masuk ke sekolah swasta favorit.

Sebenarnya kalau saja otak Lily cerdas, dia bisa masuk ke sekolah negeri yang digratiskan pemerintah.

Tapi apa daya, nilai Lily tak cukup menembus sekolah negeri.

Bagi Gendis, hal itu bukan masalah. Dia merasa mampu menyekolahkan Lily di sekolah yang bagus, dengan uang kiriman dari suaminya.

Tapi sayang, baru setahun Lily merasakan nikmatnya sekolah di tempat favorit, bapaknya tak lagi mengirimi uang. Bahkan kabarnya pun tak terdengar lagi.

Gendis sudah berusaha mencari suaminya ke agen yang membawa suaminya ke luar negeri. Tapi pihak agen tak bisa membantu mencarikan info.

Sejak itu, perekonomian Gendis mulai morat marit. Terpaksa mereka pindah ke kontrakan rumah petak yang jauh lebih murah karena tak sanggup lagi membayar uang sewa tahunan di kontrakan lama.

Bahkan Gendis pun harus banting tulang untuk kehidupan mereka. Gendis yang hanya lulusan SMA dan tak punya pengalaman kerja dan juga relasi, rela jadi buruh cuci di rumah orang demi menghidupi anak semata wayangnya.

Mestinya uang itu cukup untuk mereka. Kalau saja Gendis tak sakit.

Dokter memvonis Gendis mengidap tumor di rahimnya. Dan alhasil, uang dari gajinya sebagai buruh cuci dan setrika, habis untuk membeli obat.

Membayangkan itu, tak terasa air mata Lily menetes. Dia sangat sedih melihat ibunya yang harus menanggung beban hidup dan penyakit yang tak main-main.

Bu Slamet melihat air mata itu. Dia jadi merasa tak enak hati.

"Maaf ya, Neng. Pertanyaan Ibu bikin neng Lily jadi sedih," ucap bu Slamet.

"Enggak apa-apa, Bu," ucap Lily sambil mengusap air matanya.

"Ya udah. Sekarang neng Lily tidur. Ibu mau beresin dapur dulu."

Bu Slamet beranjak dari duduknya. Sambil menghela nafas, dia tinggalkan Lily sendirian.

Lily pun memejamkan mata. Berusaha tidur agar bisa melupakan masalah hidupnya.

Lily langsung terlelap. Karena dia memang kurang tidur semalam. Dia menggantikan pekerjaan ibunya menyetrika pakaian tetangganya.

Semalam Gendis mengeluh perutnya sakit lagi. Lily yang tak tega, terpaksa begadang.

Dari balik tirai lusuh, bu Slamet menatap Lily yang terlelap.

Kasihan sekali anak itu. Batin bu Slamet.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!