NovelToon NovelToon
Dia, Senja

Dia, Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: liponh

Kisah hidup seorang anak perempuan yang tidak terlalu dekat dengan ayahnya. Dia juga berkali-kali di khianati oleh orang yang di cinta. Hingga bertemu dengan cowo yang baik, namun dia takut untuk memulai lagi.

"Aku bukan mati rasa, hanya saja aku takut akan salah orang lagi"
Aruna~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon liponh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4

Sepulang sekolah tidak seperti kemarin hari ini Aruna menyempatkan dirinya untuk memberikan kabar kepada Fabian agar lelaki itu tidak mengkhawatirkan dirinya.

Fabian dan Aruna beda sekolah wajar saja mereka berdua jarang sekali bertemu. Mereka masih satu komplek namun rasanya seperti orang yang LDR. Selain jarang bertemu mereka lebih suka menghabiskan waktunya untuk berkomunikasi dengan handphone.

Seperti malam ini, Fabian menyempatkan waktunya untuk menemani tidur sang kekasih dengan bertelepon.

"Gimana harinya" tanya Fabian saat telfon mereka sudah tersambung.

"Baik, cuma rada badmood aja" keluh Aruna.

"Kenapa hm?"

"Aihh, aku cuma cape sama tugas juga cape sama kelakuan temen laki-laki sekelas ku"

"Emang diapain kamu?"

"Engga ada, mereka cuma selalu minjem alat tulis ku, dan berakhir hilang"

"Kan jadi aku harus beli yang baru lagi" keluh Aruna.

Ini yang dia sukai, di saat dia merasa cape dengan dunianya. Setidaknya masih ada Fabian yang siap untuk mendengarkan semua cerita Aruna entah itu hal sekecil apa pun.

"Terus ngapain masih di pinjemin" sewot Fabian, dia juga ikut terbawa emosi kala mendengar keluh kesah Aruna.

"Yaa aku ga enak la" jawab jujur Aruna.

"Kamu itu terlalu baik" ucap Fabian.

"Masa iya aku harus jadi orang jahat, nanti kamu ga suka aku dong" kata Aruna di santai candaan.

"Aku sayang kamu apa adanya ko" jujur Fabian, karena memang itu yang saat ini sedang ia rasakan.

Mereka berdua tidak mengobrol begitu lama, karena Fabian sedang nongkrong bersama teman-teman jadi Aruna memutuskan untuk hanya mendengarkan obrolan Fabian dengan temannya sampai dia sendiri ketiduran.

"Cewe gue udah tidur" kata Fabian kepada temannya.

"Waktunya pesta" sambungnya.

_ _ _ _ _

Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, di hari Rabu ini Aruna memutuskan berangkat sekolah di antar oleh mama. Dia berangkat sedikit lebih awal dari yang lain.

"Wahh ternyata belum ada siapa-siapa" komentar Aruna setelah membuka pintu kelas dan tidak mendapati siapa-siapa di sana.

"Oke karena hari ini gue piket, jadi les't goo bersih-bersih" ucapnya sembari menaikkan satu tangannya ke atas ala-ala super hero.

Dia mulai menyapu bagian belakang kelas, dan betapa terkejutnya ketika ia menyapu bagian kursi anak laki-laki yang astaghfirullah banyak sekali bungkus jajan dilaci meja mereka.

"Ini mereka kok pada nyaman yaa duduk disini, udah kaya TPA aja" gerutu Aruna.

"Kalo gue jadi emak mereka udah gue coret dari KK karena males buang sampah"

"Toh tong sampah juga ga jauh-jauh amatt"

"Tinggal jalan kek apa susahnya, kaya tong sampah ada di Amerika sana itu baru gue maklum"

"Dasar males!"

Aruna sudah sangat mirip seperti ibu-ibu rumah tangga. Dirinya mengomentari apa pun yang dia lihat di depan mata. Dengan tangan yang lihai dia menyapu juga merapikan beberapa meja dan kursi yang tidak lurus dengan baris depannya.

"Ini kemaren yang piket siapa sih jangan-jangan pada kabur lagi" komentarnya lagi.

"Heii ibu Aruna, masih lama nyapunya?" tanya Kiya kala mendapati Aruna sedang berberes kelas dengan segala sewotannya.

"Udah boleh masuk belum nih" Zena menunjukkan batang hidungnya dari belakang tubuh Kiya.

Karena seperti biasa Kiya, Zena, dan Dara selalu berangkat sekolah bersama. Mereka bertiga jugalah yang selalu berangkat lebih awal dari pada yang lain. Namun, hari ini tidak karena Aruna lah yang lebih awal dari mereka bertiga. Ini sebuah rekor gaiss!!

Melihat dua temannya berkomentar kepada Aruna, Dara yang notabenya anak yang sangat irit bicara maka dia hanya diam melihat interaksi mereka bertiga.

"Lo bertiga tetep disitu, sampe gue selesai nyapu!" cetus Aruna, dan hanya di balas dengan sebuah anggukan oleh mereka bertiga.

Karena melihat Aruna masih sangat sibuk sendiri, mereka bertiga memutuskan menunggu di depan kelas. Mereka duduk di kursi panjang depan kelas. Ada sekitar 15 menit mereka menunggu dan sudah ada beberapa teman mereka datang, seperti Alkira, Yira, Fera, Meisa, dan Mika.

Sama seperti Zena dan yang lain mereka berlima juga memutuskan untuk menunggu Aruna selesai dengan pekerjaannya dari pada ada nanti mereka yang kena omel.

"Ehh, ngomong-ngomong kayanya gue juga piket hari ini dehh" ucap Alkira. Dia baru ingat bahwa jadwal piket hari rabu dirinya juga ikut serta. Dan tanpa babibu dia langsung mengambil sapu dan meneruskan pekerjaan Aruna tadi. Sementara Aruna sudah siap untuk menadah sampah di depan pintu kelas.

Semakin siang, semakin banyak murid yang datang. Alkira dan Aruna juga sudah menyelesaikan pekerjaan mereka.

"Panas banget woyy" ucap Aruna sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.

"Lo nyapu bentar aja udah kaya orang abis joging" sembur Kiya.

"Udah tau temen kesusahan malah enak ngobrol didepan" Aruna membalas perkataan Kiya.

"Kalo sekarang jadwal gue, baru gue bantu" jawab Kiya dengan senyum pepsodentnya.

"Ck" Aruna berdecak sebal, bukan karena Kiya. Ia hanya kesal karena banyaknya sampah di laci yang mengharuskan dia mengambil dengan tangganya sendiri.

Pembelajaran pertama dimulai dan belum juga disuruh untuk mencatat, Ivan sudah mulai meminjam pulpen lagi ke Aruna.

"Woii, pulpen yang kemaren aja belum balik"

"Dan sekarang lo mau minjem lagi, jangan mimpi!" cetus Aruna

"Kok lo jahat banget sama temen lo sendiri" ucap Ivan dengan nada memelas.

Teman lain yang melihat hanya menggelengkan kepala. Sebab sedari kelas 7 Ivan dan Aruna sudah seperti tom and jerry. Bahkan Beberapa mereka menyebut bahwa Ivan dan Aruna cocok jika menjadi kaka dan adik.

"Run pinjem penggaris" ucap Darel.

"Ambil sendiri" jawab Aruna, ia mengabaikan permintaan Ivan dan lebih mengutamakan Darel.

"Oh okeh" dengan hati yang sangat sebal, Ivan akhirnya memutuskan untuk meminjam pulpen ke teman yang lain saja.

"Kiya pulpen" ucap Ivan.

"Ga ada!" jawab Kiya tanpa menoleh.

Karena tidak mendapatkan benda yang dia inginkan, Ivan berdiri dari kursinya dan mulai berjalan mendekati meja Seirra dan April."Serr minjem pulpennya yaa" ucap Ivan selembut mungkin agar mendapatkan barang yang dia inginkan.

Dan tanpa perlawanan Seirra membuka kotak pensil yang dia punya untuk mencari sebuah pulpen yang Ivan minta.

"Nah, tapi harus balik lagi" sebelum Seirra menyerahkan pulpen tersebut dia harus memastikan bahwa pulpennya nanti akan kembali lagi.

"Yaa, gue janji" ucap Ivan dengan gerakan menunjukkan dua jari di bentuk V.

"Dasar entah buat apa tu pulpen" gerutu Aruna.

"Kira-kira Ivan punya berapa pulpen ya" tanya Alkira yang ia tunjukkan untuk dirinya sendiri.

"Ya mana gue tau, tanya aja sendiri"

"Ye kok malah badmood si lo, orang gue lagi ngomong juga bukan tanya ke lo" sela Alkira membela diri dan berakhir tidak menerima sautan dari Aruna samasekali.

Sejujurnya Aruna sendiri juga penasaran entah berapa pulpen yang Ivan simpan di dalam tasnya itu. Dan yang sebagian besar mungkin adalah miliknya.

...☞🦋☜⁠  ...

...Helloww the readers👋...

...Timakasiii sudah membaca karyaa ku...

...Aku juga menerima kritik dan sarannya yaa...

...Jangan lupa yaa buatt like♡♡ and coment📝...

...Semoga kalian sehat selaluuu, love youu all💐...

1
Heyhoo
semangat kakak🤗
Anita Jenius
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
fdlalipahh: asiappp makasiii💗💗
total 1 replies
Heyhoo
Semangat Kakak💚
fdlalipahh: trimakacii atass suprott nyaa yaa💐
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!