Dinikahi Rentenir

Ailyn tidak bisa tidur karena memikirkan negosiasi yang dia lakukan dengan Derick sebelumnya.

"Menikah?" gumamnya.

Sama sekali tidak ada dipikiran gadis kecil itu. Selama ini yang Ailyn lakukan hanya belajar dan belajar.

Menikah adalah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan mengingat usia yang masih belia.

"Aku kan masih 12 tahun," tambah Ailyn.

Namun, kalau menunggu lebih lama lagi bunga akan terus membengkak dan Ailyn pasti tidak akan bisa membayarnya.

Apakah hutang ayahnya akan ditebus dengan masa depannya?

Sungguh tragis sekali nasib Ailyn.

"Apa tidak ada cara lain selain menikah?" Ailyn terus berpikir keras.

"Tapi, bukankah kalau tuan Derick menikahiku hutang akan dianggap lunas?"

"Aku juga akan tetap bisa bersekolah, tidur di kasur empuk dan memakan makanan enak setiap hari?"

Gadis kecil itu mencoba mengambil sisi positifnya.

"Lagipula rentenir itu tidak gendut dan botak, dia masih muda dan tampan!"

"Aaaaa...."

Ailyn langsung berteriak dan menyembunyikan dirinya di dalam selimut. "Kenapa aku bisa berpikir seperti itu?"

Seketika wajahnya memanas karena malu luar biasa.

*

*

Di ruangan lain Derick masih berada di ruangan pribadinya. Dia juga memikirkan hal sama.

Bisa-bisanya Derick menawarkan pernikahan pada Ailyn.

Namun, hal itu pasti akan membuat ibu dan adik perempuannya kembali.

"Mereka pasti kembali saat mendengar aku menikahi bocah," gumam Derick merasa yakin.

Keesokan harinya, Derick kembali ingin berbicara pada Ailyn. Dia meminta asistennya untuk memanggil gadis kecil itu.

"Apa tidak salah, Tuan?" tanya sang asisten yang bernama Marco.

"Tidak salah sama sekali," jawab Derick.

"Tapi gadis itu masih terlalu kecil, kalau tuan ingin mempunyai istri saya bisa mencarikan kandidat yang jauh lebih baik," ucap Marco tidak setuju.

Derick menaikkan lima jarinya, kalau sudah begitu artinya dia tidak mau mendengar apapun yang dikatakan asistennya.

"Panggil saja dia kemari!" perintah Derick.

Walaupun Marco jauh lebih tua daripada Derick, dia sangat menghormati sang tuannya.

"Baiklah," Marco akhirnya tidak bisa membantah lagi.

Marco pergi mencari Ailyn yang pada saat itu tengah makan. Saat melihat Ailyn yang lahap dengan makanannya, Marco hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Setelah selesai, kau bisa menemui tuan Derick," ucap Marco tanpa basa-basi.

Ailyn melihat wajah baru lagi, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya patuh.

Beberapa menit kemudian, Ailyn datang menemui Derick yang sudah menunggunya.

Kali ini gadis kecil itu bersikap sopan dan anggun, penampilannya juga rapi dan bersih.

Derick memperhatikan Ailyn tanpa sepatah katapun.

"Kau sudah memikirkan jawabanmu?" tanya Derick memecah keheningan.

Ailyn meremas ujung bajunya sebelum memberikan jawaban. "Itu..."

"Sebelum menjawab, bisakah saya mengajukan beberapa pertanyaan?"

"Tentu saja," jawab Derick.

"Baiklah..." Ailyn menghela nafasnya dalam-dalam. "Apa saya bisa tetap bersekolah sampai perguruan tinggi dan mendapat fasilitas untuk itu?"

"Lalu apa saja tugas saya?"

Derick tersenyum miring, Ailyn memang penuh perhitungan dan teliti. Tentu saja gadis kecil itu tidak mau rugi.

"Kau masih bisa bersekolah dan tugasmu akan aku sebutkan secara berkala, untuk sekarang kau cukup menjaga sikapmu seperti ini," balas Derick.

Tidak ada jawaban pasti tentang tugasnya tapi Ailyn cukup lega kalau dia masih bisa bersekolah. Setidaknya dia harus tetap berpendidikan dan mendapatkan ijazah untuk bekalnya nanti.

"Saya setuju menjadi istri tuan rentenir," ucap Ailyn kemudian.