NovelToon NovelToon
Jodoh Setelah Hijrah

Jodoh Setelah Hijrah

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: As Cempreng

Ana Arista, gadis berusia 22 tahun yang hijrah dengan mulai memakai hijab. Namun, dia harus menerima kenyataan pahit saat pernikahannya dibatalkan dua minggu sebelum pernikahannya, karena alasan hijabnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon As Cempreng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Gimana Pak Hamdan?"

"Jadi, Pak Hamdan sakit apa?"

"Kapan Hamdan pulang?"

"Sekarang di rumah sakit mana?"

"Kapan boleh jenguk?"

Pertanyaan demi pertanyaan para tetangga, teringat dalam benak Anna. Dia menoleh ke samping, ke arah Damar yang tatapannya sama seperti saat setelah dia mandi. "Kamu nyetir, jangan melamun."

Damar mengangguk tanpa menoleh.

"Dahaknya positif mengandung kuman TBC." Apa yang dikatakan dokter terus dipikirkan Damar.

Damar merahasiakan sakit Pak Hamdan dari warga atas arahan ayahnya. Stigma TBC sangat buruk.

Kini, TB adalah penyakit yang menduduki peringkat kedua dalam daftar penyakit paling banyak menyebabkan kematian setelah COVID-19.

"Damar, bukannya kita mampir ke konter, padahal tadi bisa beli di tempat Winda."

Damar menoleh kiri. "Biar nanti aku saja yang beli habis isya. Kamu lihat ini macet." Sebenarnya Damar enggan bertemu Winda karena tahu wanita itu mengaguminya.

"Aku mau milih nomor sendiri."

"Oke. Kita nanti cari bareng." Damar mengambil satu kantong plastik dari atas dashboard. "Ini untuk stok kamu."

"Masker? Banyak sekali."

"Ya, kamu harus menyimpannya."

Ada dua dus dan dua bungkus masker. Semua model sekali pake. Jantung Anna menjadi berdebar. "Hm. Makasih ya?"

Damar melihat Anna sebentar. Lalu mengangguk.

"Siapa si, yang menolong Abi dan membawanya ke rumah sakit? Aku mau berterimakasih."

"Damar."

"Kamu?" Anna terkejut karena temannya itu menyebut nama sendiri.

"Kipas angin ibuku rusak, aku tahu abi bisa benerin beginian. Pas aku di pinggir jalan, abimu kelihatan di pintu kamar mandi dalam posisi memprihatinkan." Damar merinding.

"Astaghfirullah, untung kamu datang."

"Ayahku minta kita rahasiakan ini dari warga takut-takut ada omongan tak enak. Yang penting nanti Pak Hamdan terapi antibiotik tanpa putus enam bulan."

"Enam bulan?"

"Sampai dinyatakan sembuh sempurna. Tapi, kalau ada gejala belum sembuh ya ...terapinya lebih lama bisa 9 bulan. Kalau masih juga belum sembuh nanti dievaluasi. Ada yang katanya bisa 2 tahun, tergantung kasusnya."

"Lamanya," lirih Anna, dadanya seperti baru dihantam.

"Wajib minum obat tanpa bolong dan disiplin, biar bakterinya nggak kebal."

Tangan Anna menelusup ke dalam hijab, mengelus tengkuk yang merinding. "Abi sakit apa sampai perlu terapi lama?"

"Dari ... gambar Rontgen, dinding pembuluh darah pada paru-paru abi mengalami banyak kerusakan. Bakteri TBC yang menjakitinya. Aveolinya jadi terisi cairan yang harus segera dikeluarkan kalau tidak ... akan mengancam nyawa. Makanya Abi tadi kembali diperiksa dengan standar x-ray atau kalau ga CT-scan katanya yang lebih akurat lagi. Abi kemungkinan akan dioperasi nunggu hasil toraks."

Anna nyaris kehilangan kesadaran, tetapi dia kembali sadar saat merasakan kehangatan. Dia tertunduk memeriksa kehangatan itu dan terlihat berasal dari genggaman tangan Damar di atas hand rem.

Anna merasa begitu sedih. Maafin Anna, Abi !

"Ann, itu menular. Dokter akan melakukan tracing terhadap keluarga. Sedangkan Umi Sarah, aku, ayahku dan Azzam tadi juga sudah di tes. Tinggal kamu. Kalau kamu misal negatif kamu tetap akan diberi obat untuk pencegahan. Kalau kamu positif?" Damar membelokkan mobil ke halaman rumah sakit lalu mengambil kartu parkir.

Anna terhenyak seolah dia tahu jawabannya bukanlah hal baik. "Kalau aku positif?"

"Apapun itu, Damar akan selalu support kedepannya dan hasilnya seperti apa yang penting kita jalanin bareng-bareng," ucap Damar.

*FYI : Mengacu pada Laporan TBC Global yang diterbitkan oleh WHO Tahun 2023, Indonesia menempati posisi kedua setelah India dengan kasus sebanyak 1.060.000 dan kematian sebanyak 134.000. Artinya terdapat sekitar 15 orang yang meninggal akibat TBC setiap jamnya di Indonesia.

Anna coba mengosongkan pikiran. Kepalanya berat tak kuat lagi.

"Kemungkinan abimu baru bisa beraktivitas seperti biasa setelah enam bulan. Aku tetap di sampingmu jika Azzam menjauh karena ini."

Dada Ana bergetar hebat. Seolah dia di Skak Mat.

Ana menghela napas. Apa Bang Azzam akan meninggalkannya seperti yang dilakukan Mas Rustam Alamsyah?

"Sakit banget kalau iya!" lirih Ana tetapi didengar Damar. Ia berharap Bang Azzam tidak meninggalkannya, dia tak siap sakit lagi, baru tadi siang rasanya baru kenal dan mengobrol, apa dia akan dibanting lagi.

"Ya Allah, Anna terima lamaran Bang Azzam kok, tetapi dengan adanya hal seperti ini aku sama sekali tidak tahu apa Abang masih mau dengan Anna," batin Anna menjadi tambah gelisah.

Fokus Anna kemudian terlempar jauh ke potongan demi potongan ingatan saat menjumpai Abi mengumpulkan air bening dari botol bekas yang masih tertutup. Untuk diminum dia dan umi.

Kan tidak ada kompor untuk merebus air. Itu yang paling mungkin berkontak dengan liur-liur bekas orang.

Preman itu jahat banget, tak mengijinkan keluarganya membawa barang-barang dari rumah lamanya. Alasannya, mereka meloakkan semua itu adalah untuk membayar bunga rentenir katanya masih kurang.

Tapi yang lebih terasa tidak adil kenapa Mas Rustam melemparkan bom penderitaan ini. Bukan dia bermaksud menyalahkan Mas Alam, tetapi secara tidak langsung abi jadi sakit karenanya, kalau bukan karenanya, keluarganya tak sampai harus mencari makan dan minum dari tempat sampah. Pasti, bakteri itu berasal dari sana, botol-botol bekas itu.

"Ann ... "

Anna mendongak karena lengannya dipegang Damar. Entah sejak kapan mobil telah berhenti di parkiran dan dia baru menyadari jari yang bukan muhrimnya itu berada di wajahnya.

Begitu gelapnya pikiran Anna seperti hari yang makin petang ini. Bergidik Anna oleh jempol panas Damar yang mengusap dibawah mata dengan kelembutan.

Cadarnya ternyata dingin dan basah. Genangan hangat meleleh dari di matanya dan Damar dengan cepat menghapus sebelum menyentuh cadar, tak memberi Anna waktu berpikir.

"Kita rawat Abi sama-sama ya? Jangan terlalu sedih."

Jemari Anna gemetar, punggung tangannya merasakan kehangatan paha Damar, sejak kapan di sana? Kenapa Damar begitu dekat.

Tatapan Damar yang dalam dan tak biasa, menghipnotis Anna. Tidak ada Damar yang jahil dan nakal seperti saat kecil. Damar bukan lagi anak kecil melainkan menjadi pribadi dewasa.

Anna malu merasakan kasih sayang Damar. Wanita mana yang selamat dari ini kecuali wanita yang imannya kuat dan ternyata imannya masih kecil tak selamat dari itu atau setan telah membisikkan sesuatu indah di telinganya dan menipu pandangan mata.

Astaghfirullah. Wanita itu berkedip dan merinding, menjauhkan tangan kanannya dari paha Damar.

"Mar, jangan sentuh .... " Tangan kirinya menarik tangan Damar agar menjauh dari pipi.

Rasanya menyedihkan saat dia merasa nyaman oleh sentuhan ini dan sedikit tak rela melepaskannya.

Astagfirullah rasanya ingin menjerit takut bila abinya jadi menanggung dosanya karena hal ini. Allah.

"Ann jangan sedih .... " Damar menggenggam pergelangan tangan kiri Anna dengan penuh arti, semakin Anna menolak semakin dia kuat menahan.

Lelaki itu yang mengira Anna terguncang soal abi. Walau memang benar, tetapi yang paling menakutkan bagi Anna adalah sentuhan Damar yang bisa dijadikan setan untuk menggodanya di kemudian hari.

"Aku sudah bilang kan? Tidak akan meninggalkanmu." Damar memegangi kedua bahu Anna tanpa memberi kesempatan Anna yang ingin berbicara padahal wanita itu sudah berulang kali akan membuka mulut.

"Lepas Damar!" teriak Anna akhirnya saat seluruh tubuhnya mendadak demam karena rasa bersalahnya.

Kini kebingungan berbalik memenuhi wajah Damar. Ia menebak goncangan psikis Anna jauh lebih parah daripada dugaan awalnya. Ia dipenuhi kekhawatiran seolah-olah dunia akan kiamat. "Jangan berteriak, aku tahu, aku tahu kamu sedih Ann-"

"Dosa, Damar! Kamu pegang-pegang aku!"

Tok Tok Tok!

Ketukan jendela begitu keras terdengar. Mata Damar berkedut melihat Azzam mengintip dari luar jendela.

"Buka pintunya!" Azzam dengan tinjuan menggedor -gedor pintu tatkala melihat Anna gemetaran.

1
Widi Widurai
kaya tau kisah inii.. tp dicritain siapa y 🤔
S. M yanie
semangat kak..
S. M yanie: sama sama kak, saling mendukung yah, karna aku baru belajar.
As Cempreng tikttok @adeas50: terimakasih kak yanie🙏 kakak juga semangat
total 2 replies
LatifahEr
Nyesek, Thor 😥
As Cempreng tikttok @adeas50: igh igk/Sob/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!