Aku adalah Arthurian Merlin, pengkultivasi sihir iblis yang melampaui batas kemampuan manusia. Aku menolak kedewaan dan berkeliaran di Bumi sebagai Iblis Amarah. Seorang pria yang membuat sungai darah mengalir disetiap langkahnya.
Banyak perang terjadi dari langkahku, tetapi pemenangnya tetap sama. Aku adalah orang yang kejam dan Iblis di antara segala Iblis. Semua pembantaian itu semata-mata demi melampiaskan dendamku terhadap tujuh Dewa dan kuil penyokong mereka yang telah menghancurkan keluargaku.
Namun, apa ini? Mengapa penyihir Iblis tersohor sepertiku bangkit di tubuh pemuda yang lemah ini? Lalu, mereka tidak menggunakan sihir di sini?
Aku, Arthurian Merlin, sang Iblis Amarah yang mencatat sejarah dengan darah, bangkit kembali di dunia yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlackMail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04 : Salah Sangka
Tabib cantik itu mengeluarkan peralatannya dari koper, sementara beberapa orang datang dengan tong air bersih di tangan mereka. Saat sang tabib mengeluarkan peralatannya, Arthur terkejut melihat jarum besar dan benang tebal yang disiapkan untuk menjahit lukanya.
Dia memang sudah mengira bahwa tempat ini belum mengenal teknologi medis yang canggih, tetapi tidak mengira akan sejauh ini. Meskipun demikian, dia memutuskan untuk tetap mengikuti rencana awalnya dengan hanya mengawasi dalam diam.
"Saya akan mulai merawat Anda sekarang." Dengan penuh kesabaran, tabib itu mulai membersihkan darah di sekitar luka Arthur dan dengan hati-hati mencabut pisau yang menusuk di dadanya. Meski dia sudah cukup berpengalaman, melihat pisau yang menancap di dada seseorang yang masih hidup itu benar-benar pemandangan yang sangat ajaib.
Saat pisau itu terlepas, sang tabib mengangkat suaranya dan dengan senyum berkata, "Ah, rupanya ini jimat keberuntungan Anda Tuan Muda. Saya tadinya kebingungan bagaimana bisa Anda selamat, rupanya cincin ini melindungi jantung Anda!" katanya sembari memperlihatkan cincin perak yang ia temukan di dalam luka Arthur.
"Cincin?" Arthur bingung, dia tidak merasakan ada benda lain selain pisau yang menancap di dadanya, bagaimana bisa tiba-tiba ada cincin di dalam sana?
Kiara yang melihat itu lantas bersorak di dalam hati dan kembali melemaskan tubuhnya yang tegang. Dia sudah sangat khawatir ada sesuatu yang benar-benar salah terjadi pada Tuan Mudanya karena masih hidup dengan pisau di dada, tetapi ternyata dia selamat karena sebuah cincin menahan mata pisaunya.
"Ini adalah... Aeros." Kejutan lain meledak di dalam kepala Arthur saat noda darah yang menutupi cincin disingkirkan. Cincin perak ini seharusnya tidak ada di dunia ini.
Aeros, sebuah singkatan dari artefak tingkat Dewa yang waktu itu sedang dikembangkan oleh ibu Arthurian Merlin. Proyek Aeros atau Arthurian Emergency Recovery Operation System, adalah sebuah rencana penciptaan artefak yang mampu menyediakan sumber daya tidak terbatas dengan menggunakan pecahan inti kristal meteor yang dulu membawa sihir ke Bumi. Pecahan Tuhan, begitulah manusia memanggil berlian kecil kemerahan yang memiliki sumber sihir tanpa terikat oleh aturan.
Proyek ini ditunda di saat kuil tujuh Dewa mengangkat pedang mereka kepada keluarga Arthurian dan Merlin terpaksa masuk ke dalam gua pengasingan untuk mempelajari sihir Iblis yang dinilai mampu untuk melawan kekuatan suci. Saat dia keluar dari gua, keluarganya sudah rata dengan tanah, sehingga dia mengamuk dan menjadi Iblis Amarah yang mencatat sejarah dengan darah.
"Aeros... Apa ini artinya aku masih berada di dunia yang sama? Tidak. Lebih dari itu, apa mungkin Aeros yang membangkitkanku kembali? Jika itu Pecahan Tuhan, membangkitkan seseorang yang sudah mati mungkin untuk dilakukan."
Semakin banyak Arthur memikirkannya, semakin terasa mau pecah pula kepalanya. Dia saat ini harus beristirahat terlebih dahulu, tubuh barunya sangat tidak stabil dan sangat canggung untuk berada di tengah keramaian tanpa sehelai benang pun di badan.
Setelah tabib selesai menutup lukanya, Arthur memakai kembali pakaiannya dan dengan berpura-pura pusing meminta Kiara untuk membawanya pergi dari tempat ini, "Kiara, aku lelah. Bawa aku ke kediamanku."
"Baik, Tuan Muda!" Kiara dengan tanggap menopang bahu Arthur dan memandunya ke kediaman luar keluarga Mahesa yang kini ditinggali oleh Arthur.
Bersamaan dengan itu, berita percobaan pembunuhan si bungsu dari keluarga Mahesa sampai ke telinga kepala keluarga Mahesa, Arnold Al Mahesa, kakek Arthur. Dia langsung mengumpulkan para petinggi di dalam keluarga dan membahas tentang ini dalam rapat darurat.
"Aku masih tidak mengerti, alih-alih menargetkan Arkam yang memiliki potensi tinggi, pembunuh ini justru menargetkan Arthur yang bisa kita sebut dengan keras bahwa dia adalah sampah. Apa menurut kalian ini bukan upaya mengeliminasi diri sendiri? Kita semua tahu bahwa keluarga Gustav mengirimkan surat pembatalan pertunangan putri mereka dengan Arthur dan bocah itu menjadi depresi setelah itu." Putri ke lima, Selena Al Mahesa, bibi Arthur, memberikan pendapatnya.
"Selena jaga kata-katamu!" Mendengar penghinaan untuk putranya, Hans Al Mahesa merasa tidak terima. Dia menghantamkan tinjunya ke meja dan dengan serius mengeluarkan aura membunuhnya.
Selena terusik beberapa waktu dengan energi buas karnivora dari kakaknya, tetapi dia lebih kuat darinya sekarang, baik dari posisi di dalam keluarga maupun kekuatan, dia sudah tidak lagi ada di paling bawah. Dia menyeringai dan turut mengeluarkan aura membunuhnya yang tenang bagaikan aliran sungai di alam, dia terkekeh, "Kak, apa kamu pikir aku masih takut padamu? Apa yang aku katakan adalah fakta yang diketahui oleh semua orang, lebih baik kamu akui saja bahwa kamu sudah gagal sebagai seorang ayah."
Hans serasa tertusuk oleh banyak panah dalam satu waktu. Itu benar, semua yang dikatakan adiknya adalah kebenaran, dan berdasarkan dari bagaimana yang lain menatapnya dengan dingin, itu artinya mereka semua setuju dengan pendapat adiknya. Dia sudah kalah dan tidak ada gunanya menjadi keras kepala di saat seperti ini. Jadi, dia melepaskan auranya.
Melihat pemandangan menyedihkan ini, Selena merasa sudah kehilangan kesenangannya. Dia melepas auranya juga dan dengan malas berkata, "Meski begitu, sampah itu tetaplah sampah milik kita, tidak berlebihan jika kita menanggapi ini secara serius, masih ada kemungkinan bahwa upaya pembunuhan benar-benar terjadi."
"Aku dengar rumah bordil Bunga Plum dijaga dengan sangat ketat oleh banyak pendekar aura tingkat tiga akhir. Meskipun pembunuh itu gagal menyelesaikan misinya, kemampuannya dalam penyusupan pasti sangat luar biasa sampai-sampai tidak ada penjaga yang menyadari keberadaannya sampai akhir. Kasus ini mungkin lebih besar dari yang kita pikirkan." Putra pertama, Nahel Al Mahesa, menambahkan.
"Menurutku juga begitu, bisa jadi ini adalah sebuah ancaman yang terkait dengan rumah dagang kita. Mereka sengaja mengincar Arthur yang terlemah untuk menunjukkan seberapa tajam taring mereka. Masalahnya adalah... kita tidak pernah menyinggung kelompok manapun akhir-akhir ini." Tarem Al Mahesa, putra ke dua, setuju.
Arnold Al Mahesa juga sangat marah, dia memang mengabaikan Arthur karena dia lemah, tetapi sesampah apapun anak itu dia tetaplah keturunannya, mencoba melukainya berarti mencoba melukai keluarga Mahesa, untuk alasan apapun, dia tidak dapat menerima jika keturunannya sampai dibunuh di tempat kotor seperti itu.
Semua orang mulai bungkam, merasa kebingungan dan cemas karena tidak tahu siapa pelaku di balik rencana jahat ini. Saat situasi memanas, tiba-tiba pintu ruang rapat diketuk.
"Masuklah!" Arnold memberi izin.
Setelah mendapat izin untuk masuk, Ksatria Kiara dan Tabib Liam memasuki ruang rapat. Mereka berdua dipanggil untuk menjelaskan apa yang terjadi di tempat kejadian perkara. Tanpa basa basi, Arnold langsung menanyakan apa yang terjadi di sana dan apakah mereka mengetahui kejanggalan dalam kasus ini.